Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Monday, January 6, 2014

Perjalanan Hidup Seorang Blogger Amatiran

(Apapun yang kita percaya tentang diri dan kemampuan kita, akan menjadi nyata bagi kita. - Susan L. Taylor)

Terkadang hidup itu seperti roda berputar, kadang di atas kadang di bawah, kadang kita dipuja kadang pula  kita dihina. Dalam hidup terkadang tidak kepastian, meskipun terkadang ada kepastian namun itu hanyalah sebuah kepastian semu. Kepastian semua yang memberi sebuah mimpi yang mana belum juga bisa menikmati mimpi tersebut langsung dibangunkan oleh sebuah kenyataan, kenyataan pahit. Kenyataan pahit yang membangunkan mereka dari mimpi-mimpi kosong mereka, yah tapi begitulah hidup. Suka memberi mimpi namun sedikit yang bisa mewujudkan mimpi itu. Namun hanya segelintir orang yang berjuang dan sukses dalam meraih mimpi-mimpi mereka.
(Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan harus menjaga dirinya agar tidak tertidur - Richard Wheeler)

Dan berawal dari mimpi itulah maka saya akhirnya sampai di posisi sekarang, sebagai seorang (calon) sarjana. Iya calon sarjana, maklumlah lagi skripsi saya. haha doa'kan saja semoga cepat selesai skripsi saya.
Dulunya ketika saya masih SD saya tak punya mimpi untuk berkuliah. Karena apa? ya karena dulu saya melihat keadaan ekonomi keluarga saya yang jangankan untuk memikirkan sekolah, untuk memikirkan apa yang akan dimakan besok saja masih tak berani untuk bermimpi. Semua berlalu seperti air yang mengalir, dan biarkan sungai yang akan menentukan aliran air tersebut sampai dimana akhirnya. Ya, kembali lagi di masa saya SD, masa dimana masa kecil saya penuh dengan rasa prihatin. Jangankan untuk meminta sepeda baru, untuk meminta uang saku sajapun saya tak mampu, karena begitu tidak teganya sama kedua orang tua saya. Sewaktu SD saya (masih) belum bisa naik sepeda, iya belum bisa naik sepeda. Belum bisa naik Sepeda di kala SD itu mungkin sebuah aib di mata anak seumuran saya waktu itu. Saya pun menerima dengan lapang dada setiap ejekan, celaan, dan tantangan (iya tantangan balap sepeda, mengejek sekali bukan?) Namun, saya tak malu dan saya menerima semuanya dengan ikhlas karena mungkin Alam Semesta dan Tuhan Yang Maha Esa belum mengijinkan saya untuk bisa bersepeda. (Oke, ini alesan saya saja.) Tapi, di hati saya, saya tanamkan tekad kuat untuk bisa bersepeda, dan untuk menyamarkan kelemahan ini saya berpaling ke sisi yang lain, yakni ke sisi mata pelajaran di SD. Saya berjuang, dan terus membaca semua bacaan yang ada di perpustakaan SD saya, dan hasilnya saya masuk 5 besar di kelas 6. Dan, akhirnya saya bisa lulus SD dengan nilai yang lumayan baik.
Setiap orang pernah mengalami masa sulit, untuk menghadapi dan mengatasi masalah itu semua yang menentukan adalah determinasi dan dedikasimu - Laksmi Mittal.

Tahap selanjutnya, SMP. Pada saat SMP inilah akhirnya Alam Semesta mengijinkan saya untuk bisa bersepeda seperti anak-anak yang lain. Dan, mungkin SMP nasibnya sama seperti di waktu SD, penuh rasa prihatin. Berangkat pagi naik sepeda ke sekolah merupakan hal yang biasa saya lakukan, meskipun jarak antara rumah dan SMP lumayan jauh sekitar 10 KM. Namun saya lakukan dengan senang hati, karena dipundak saya inilah nasib keluarga saya dipertaruhkan. Waktu demi waktu berlalu dengan ditemani sekumpulan buku-buku perpustakaan telah membentuk saya menjadi pribadi yang tertutup dan cenderung untuk "minggir" dari lingkungan sekitar. Ya, saya akui saya lebih suka kesunyian perpustakaan dibandingkan dengan hingar bingar kantin SMP. Ya, mau apa lagi? keadaan memaksaku untuk menjadi seorang yang tertutup. Tapi, syukurlah karena ketidakmampuan saya untuk bersosialisasi saya menjadi lebih dekat dengan rumah dan tidak terpengaruh pengaruh dari teman teman sebaya yang saat itu mulai merokok, minum-minuman keras, dan semua hal negatif. Blessing in disguise. Dan akhirnya, saya lulus dengan nilai terbaik nomer 2 di kelas, sebuah kebanggaan bagi saya, seorang anak desa yang tak mampu.
Mimpi tidak akan menjadi kenyataan lewat keajaiban, butuh keringat, determinasi, dan kerja keras. - Colin Powell

Tahap selanjutnya, Masa SMA. Ah apa iya? saya mesti ceritakan semua? Haha baiklah, saya ceritakan. Masa SMA, masa dimana sebagian anak muda jaman sekarang mengambil manfaat sebesar-besarnya dalam berurusan dengan masalah CINTA. Ya kalo bisa dibilang, bagi sebagian anak muda jaman sekarang masalah CINTA itu jauh lebih penting dibanding masalah SEKOLAH. Ibarat mereka galau karena cinta jauh lebih terhormat dibanding galau karena pelajaran. Miris bukan? Tapi mau gimana lagi, begitulah adanya. Sampai ada anggapan, berangkat ke sekolah itu bukan untuk bersekolah, namun untuk bertemu sang Gebetan/Pacar/Idaman. Dan, saya akui aku juga pernah mengalaminya meskipun dalam ini saya tak beruntung. HAHAHA tak ada seorang wanita pun yang mau sama saya pada waktu SMA. Apa yang bisa saya banggakan di waktu SMA? Muka minus, Dompet minus, Tampang juga minus, yang Plus cuma satu Otak saya agak pintar dibanding yang lain. Sejujurnya, saya pintar karena saya lebih banyak membaca buku bacaan dibanding yang lain, padahal sih aslinya otak saya lebih kurang dari mereka. HAHAHA Oke, kembali ke alur, saya akui masa SMA merupakan masa kejayaan saya. Masa dimana saya selalu masuk 5 besar di kelas, dan bahkan tak pernah lepas dari yang namanya peringkat 4 besar di kelas. Membanggakan bukan? (Bangga sekali) Ah, memang benar apa yang dikatakan Edward Hubbard, "Kegigihan dan usaha yang sedikit lebih banyak bisa membuat sesuatu yang tampak akan gagal berubah menjadi kesuksesan." Dan, perlahan di waktu SMA ini saya mulai bisa untuk menata kembali masa depan yang akan saya lalui, aku mau jadi apa setelah SMA. Dan, akhirnya saya pilih untuk menjadi seorang mahasiswa, iya mahasiswa temennya mahasiswi.
Setiap tindakan baik adalah awal. Kesejahteraan yang sesungguhnya di masa yang akan datang adalah kebaikan yang dia lakukan di dunia ini terhadap sesamanya. - Moliere

Tahap sekarang, Kuliah. Alhamdulillah, dengan modal nilai raport saya yang "pas-pasan" akhirnya saya bisa kuliah di Universitas kebanggan orang tua saya, UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN (UNSOED). Alangkah beruntungnya saya, saya mendapatkan beasiswa kuliah gratis. Beasiswa kuliah gratis dari dikti yang dikenal dengan Beasiswa Bidik Misi. Saya bisa kuliah selama 4 tahun, gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun. Saat ini saya memasuki semester 7, semester dimana saya mulai sibuk-sibuknya dengan skripsi. Tapi siapa sangka di semester 7 ini saya bertemu dengan seseorang wanita yang mampu merubah saya, dari seorang yang tak beruntung, menjadi seorang laki-laki yang paling beruntung di jagat dunia persilatan otak ini. Dan, dia bernama Fransiska. Dengan segala kelemahannya dia mampu menyingkap awan gelap yang menaungiku dan mampu merubahku dari individu yang apatis menjadi seperti ini. Dia mampu membuka pandangan saya, pola pikir saya, dan kehidupan saya secara drastis. Ya meskipun aku dan dia menjalin hubungan yang relatif sebentar, sekitar 4 bulan. Namun, saya akui dia punya pengaruh besar dalam perkembangan hidup saya akhir-akhir ini. 

Intinya adalah, asal kita mau berjuang dengan sungguh-sungguh mampu melihat kelemahan menjadi sebuah kekuatan yang akan berguna bagi kita. Kelemahan : Tak Bisa naik sepeda l Kelebihan : Mau berjuang untuk menguasai suatu hal di bidang lain. Seperti yang Herman Hesse katakan, Aku selalu percaya dan masih percaya, nasib apapun yang menghampiri kita akan selalu mampu memaknainya dan mengubahnya menjadi sesuatu yang berharga, baik untuk kita maupun orang-orang yang ada di sekitar kita. Saya percaya mimpi kita, itu bukan saja ditentukan oleh orang lain namun juga ditentukan oleh kita sendiri. Seperti yang dikatakan Eleanor Roosevelt, "Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada indahnya mimpi-mimpi mereka."

(Kegagalan adalah rencana alam untuk mempersiapkanmu pada tanggung jawab yang besar. - Napoleon Hills)

Ah mungkin sekian tulisan saya, itu dosen pembimbing sudah menunggu saya untuk bimbingan skripsi. 
Akhir Kata. Saya ucapkan terima kasih.

0 comments:

Post a Comment