Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Wednesday, May 13, 2015

Kopi dan Madu

Malam kemarin adalah malam rabu, malam dimana kopi dan rindu yang menjadi kombinasi rasa yang baru. Rasa baru yang menjadikan hati dan pikiran menjadi tak menentu, tertutup awan kelabu. Seketika pahitnya kopi berubah sepahit cairan empedu. Membuat lidahku kelu, membuat mulutku tergugu, tergugu dan membisu. Tanpa bisa ditahan, tanpa bisa dicegah semua terjadi begitu saja, semua gara-gara kamu. Kamu, sosok wanita yang entah kenapa semesta mempertemukannya denganku. Aku tak tahu, tak tahu mengapa semesta memilihmu?

Manis laksana madu, itulah kesan pertama tatkala bertemu denganmu. Perkenalan singkat yang didominasi oleh senyumanmu. Senyum simpul yang begitu menghancurkan, meruntuhkan segala pondasi benteng pertahanan diri yang sudah berdiri di hatiku sejak dulu. Seketika lumer, seketika melebur menjadi satu. Itu karena kamu, kamu dan senyumanmu. Entah kenapa seketika lidahku menjadi kelu, tak bisa berkata, menjadi bisu.


Jika aku adalah kopi, maka kamu adalah madu. Sudah selayaknya kopi harusnya bersatu dengan gula, dan bukan dengan madu. Tapi namanya anak muda, tetap saja (memaksa) berharap akan sosok dirimu. Berharap madu dan kopi menjadi satu dan menciptakan kombinasi rasa yang baru. Mungkin terdengar nekat, tapi bukannya itu mencirikan sosok diriku. Sosok anak muda yang tak tahu malu, yang (selalu) mengharapkan menjadi pasangan yang pas bagi kamu, kopi jadi pasangan madu. Ah aku memang tak tahu malu.

Kopi dan madu, perpaduan yang terlalu baru. Sekiranya menjadikannya pertentangan lama yang membuatnya tak bisa bersatu layaknya aku dan kamu, tak bisa menjadi satu. Ku akui kita hidup di dunia yang berbeda, aku di cangkir kopi dan kamu di sarang lebah madu. Sarang lebah madu yang kamu sebut sebagai keluarga besarmu. Apalah daya seorang putra peramu kopi yang terlalu mengharapkanmu. Keluarga besarmu telah memilihkan pilihannya untukmu, dan itu bukan aku. Bagiku kamu itu bukan gula pasir atau gula jawa, tapi madu. Madu dan kopi yang takkan pernah bersatu.

Ah sudahlah memang sudah begini adanya, ternyata alam semesta sedang bercanda tatkala mempertemukan kita. Ternyata itu semua hanyalah gurauan semata. Dan kita adalah salah satu korbannya, korban gurauan alam semesta. Baru sadar, ternyata kopi dan madu itu berbeda rasa. Jadi tak mungkin untuk mencampurkannya. Ah sialan, ternyata kita korban permainan alam semesta.


*Baru tahu ternyata kopi dan madu bisa buat campuran untuk menghilangkan jerawat dan digunakan untuk perawatan muka. Ah ternyata saya kudet sekali*

4 comments:

  1. Tulisan galau yang di tulis secara romantis. Ea banget dah pokoknya mah.. :D

    ReplyDelete
  2. Mantap nih, buat dipratekkin ngilangin jerawat :)
    Kunjung balik ya sob thanks dedimagination.blogspot.com

    ReplyDelete
  3. Aku pun ngga tau manfaat campuran kopi en madu, sampek tulisan ini ku baca.. ._. *ikutan kudet*

    ReplyDelete
  4. *Baru tahu ternyata kopi dan madu bisa buat campuran untuk menghilangkan jerawat dan digunakan untuk perawatan muka. Ah ternyata saya kudet sekali*

    wah, beneran nih...baru tau juga..

    ReplyDelete