Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Sunday, October 16, 2016

Cerita Dalam Cerita

Mau menulis apa itu bukanlah sebuah masalah, namun yang jadi masalah adalah ketika sudah tahu mau menulis tentang apa, tapi kebingungan mengenai cara eksekusinya. Perihal kejomplangan tentang cara penulisannya adalah hal yang biasa. Semua penulis mungkin pernah mengalaminya, yang menjadi pembeda adalah bagaimana cara mereka mengatasinya.

Adalah ironi, ketika kita tahu bahwa sesungguhnya kita punya ide yang hebat, namun ketika akan menuliskannya, kita merasa tersesat. Seperti halnya aku, yang kini terdiam terpaku di hadapanmu, selembar kertas putih tanpa noda. Sudah sedari tadi, aku terdiam tanpa bisa menggerakkan kedua tanganku menuliskan ide yang aku punya. Perihal kamu, yang sedari tadi menatapku tanpa bosan terus tersenyum seolah menyemangatiku, tapi tahukah kamu? Bahwa tatapanmu itu justru membuatku semakin gugup layaknya malam pertama kita dahulu.

Read More

Wednesday, October 12, 2016

Tiga Tulisan Berbeda

Malam ini terasa seperti biasa, kembang seroja mekar pada waktunya. Rembulan bersinar terang seperti biasa, burung balam pun tidur nyenyak di pelukan kekasihnya. Tak seperti biasa, kedua mata tak mau terpejam meski seribu bait doa sudah dipanjatkan kepada sanak sodara, dan juga kepada alam semesta. Entah kenapa, mungkin efek kopi yang sudah bekerja. Ah seperti biasa, kopi efeknya bekerja lambat, tak seperti Pak Jokowi yang terus giat bercuap untuk “Kerja, kerja, dan kerja” namun nyatanya kopi tak ada pengaruhnya, seperti pengaruh beliau yang cuma dijadikan bahan lelucon bagi kawan politiknya. Ah seperti biasa.

Kata orang, make up terbaik wanita adalah senyumannya. Namun dengan gaya yang tak biasa, kau datang mengejutkan dunia. Membuat para pria lari lintang pukang mengejarmu, mengejar cintamu. Entah kenapa, kau malah mengindahkan semuanya. Seperti ciri khasmu yang tak biasa, ternyata seleramu akan pria juga tak biasa. Entah kenapa aku, sosok yang jauh dari kata biasa, dan cenderung menjadi teropong, melihatmu dari jauh, mengamatimu dari jauh, mencintaimu dari jauh justru yang jadi pilihanmu. Entah angin darimana, kenapa layar hatimu berkibar kencang menuju ke arahku, menuju ke pelabuhan hatiku. Apakah ini namanya, pucuk dicinta ulam pun tiba? Ah mungkin begitulah adanya. Tak seperti biasa, hari ini aku jadi pria paling berbahagia di dunia. Ah peduli kata semesta, toh aku lagi jatuh cinta.
Read More