Semua Tak Sama

Perihal sebuah cerita yang tiada habisnya, tatkala semua tokohnya saling sibuk meninggikan egonya. Tanpa adanya kesepahaman, tanpa ada keselerasan, tanpa ada toleransi, semuanya sibuk meninggikan diri. Adalah sebuah keniscayaan tatkala semuanya sudah berjalan terlalu lama, enggan untuk berhenti, namun malas untuk melanjutkan lagi. Dan begitulah kini, yang tersisa dari sebuah kisah lama, yang kini telah menjadi sebuah diorama. Adalah sebuah dilema, tatkala ditawarkan dua pilihan, menjadi mantan atau manten. Tanpa kesiapan mental, tanpa alasan yang jelas, terciptalah alasan ketiga, menghilang. Tanpa kabar, tanpa cerita, tanpa aba-aba, tanpa pertanda, tiba-tiba menghilang begitu saja. Selayaknya matahari yang tenggelam di ufuk barat, hanya untuk muncul kembali di ufuk timur. Seperti itulah dirinya, yang kini tiada lagi sempat memberikan jeda, untuk sebuah tanya, “ Kenapa kau datang kembali?”