Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Sunday, November 26, 2017

Cerita Tentang Semesta Angkasa Raya

Suatu pagi aku terbangun dengan rasa aneh di kepala, dengan sebuah rasa yang tak bisa aku jelaskan dengan kata-kata. Pagi itu, umurku hampir dua puluh lima, umur dimana konon katanya bagi sebagian perempuan adalah umur yang wajib untuk segera menikah, takut jadi perawan tua, begitu kata para tetangga. Tapi setidaknya di umurku yang hampir dua lima tahun ini sebuah cerita tiba-tiba berputar di kepala. Meskipun masih tampak samar-samar, namun bayangan itu mengingatkanku akan sesuatu.

Sejenak memberi jeda kepada pikiranku untuk memproses lebih jauh, aku putuskan untuk menjerang air, berharap secangkir kopi hitam mampu membuat bayangan itu menjadi lebih jelas. Tak berapa lama, secangkir kopi hitam tanpa gula sudah tersaji di atas meja. Aku rengkuh tubuh cangkirnya sejenak untuk meresapkan hangat tubuhnya. Entah kenapa, ketika aku sesap secangkir kopi hitam itu untuk kali pertama, seketika bayangan yang tadi buram mendadak menjadi jelas. Membentuk sebuah cerita, membentuk sebuah nama, seketika menjelas menjadi sebuah roman muka, seorang laki-laki berkacamata. 

Read More

Tuesday, November 21, 2017

Cerita Dari Balik Reruntuhan

Sore itu hujan turun dengan begitu derasnya, dengan sesekali terdengar petir menyambar, mengkilat lalu meninggalkan gemuruh yang menggetarkan bumi yang kini aku pijak. Dari timur jauh, aku lihat cakrawala berkelap-kelip, dengan bunyi dentuman yang saling menyalak, tanda semakin dekat. 

Sesekali aku melihat pesawat berlambang swastika mondar-mandir di udara, mengejar pesawat berlambang palang merah, seolah ingin memburunya, menghabisinya sebelum dia menjatuhkan perbekalan yang dibutuhkan warga kota. Warga kota akan sebuah kota di timur laut Rusia, yang terkepung hampir seribu hari. Sebuah kota yang diberi nama sang pembebas negara dari kuasa kerajaan lama dan merubahnya menjadi sebuah komuni raksasa. 

Read More