Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Sunday, August 2, 2020

Tulisan Tengah Malam

Sudah lewat berhari-hari, sejak terakhir kali aku menulis di lembar ini. Lembar kosong yang tetap dibiarkan kosong. Banyak peristiwa yang terjadi, banyak cerita yang terlewati, banyak sekali alasan yang dijadikan alibi dibalik terhentinya produksi karya. Karya yang tersusun dari kata, kata demi kata, kalimat demi kalimat, yang bermula pada sebuah tanya, lalu merunut menjadi sebuah jawaban, yang kemudian menjadi sebuah cerita. Cerita yang diceritakan oleh Sastra Ananta. Namun, semua hanyalah sebatas angan saja, yang terjadi kenyataannya adalah tiap kata demi kata, kalimat demi kalimat, yang sempat ingin dituliskan, semuanya ditelan kembali. Semuanya tidak jadi dimuntahkan karena berbagai macam alasan, salah satunya ialah alasan itu sendiri. Alibi.

Terakhir kali aku menulis itu di waktu hari raya, dengan tema Virus Corona. Di Hari Raya, tulisan itu timbul ke permukaan. Timbul sebagai penanda, penanda bahwa Sastra Ananta masih ada. Bagaikan penanda gabus yang terapung di permukaan air sebagai penanda jaring yang terbentang di bawah permukaan. Banyak sampah yang tersangkut jaring, tidak hanya persoalan hidup saja, namun juga persoalan lainnya, termasuk persoalan yang ditimbulkan oleh Virus Corona.


Virus Corona telah menyebar ke seluruh Indonesia, menjadi wabah yang tidak bisa dihentikan penyebarannya, kecuali jika semua warga negara taat akan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Namun apa mau dikata, kata kini tinggallah sebatas kata, tak sempat menjadi jawab, hanya menjadikan tanya yang kian memusingkan kepala. Wabah Corona telah menyebar ke seluruh dunia, dengan jumlah orang yang terinfeksi telah menembus lima belas juta orang, denga ratusan ribu orang yang meninggal dunia. Di Indonesia, saat ini jumlah orang yang terinfeksi Virus Corona telah lebih dari seratus ribu orang, dengan lebih lima ribu orang meninggal dunia. Wabah Corona sudah menggurita dimana-mana, tua muda, kaya miskin, buruh atau tenaga kesehatan, pedagang hingga musisi semuanya terancam Virus Corona, namun banyak juga yang masih tidak peduli akan keberadaannya. Bahkan ada beberapa yang menganggap Corona hanyalah sebuah konspirasi. Konspirasi matamu!

Belum habis persoalan akan Wabah Corona, pemerintah kian dipusingkan dengan kasus Djoko Tjandra yang ternyata masih bisa bebas berkeliaran di Indonesia. Belum habis satu persoalan, muncul lagi persoalan terbaru. Salah satunya, munculnya Gerakan Menolak Tes Rapid di Pulau Dewata, yang didengungkan oleh salah satu musisi. Satu persoalan belum selesai, muncul lagi persoalan baru, perihal berita tentang olengnya salah satu Badan Usaha Milik Negara yang mengurusi perlistrikan nasional. Kasus ini seolah menambah pening kepala pemerintah, seusai dihantam kasus Jiwasraya. (Kabar terbaru; Djoko Tjandra sudah ditangkap di Malaysia)

Pemerintah dihantam bertubi-tubi, dihajar kanan kiri, namun tetap bertahan sekuat hati melakukan semuanya untuk negeri. Meski terkadang balasannya sungguh tidak tahu diri. Banyak contohnya, semisal dengan banyaknya pelanggaran terhadap penerapan Kebiasaan Baru; masih banyaknya orang yang mengabaikan penerapan protokol kesehatan; belum lagi hembusan kabar-kabar yang tak terverifikasi kebenarannya dari seorang musisi, yang seolah seperti sedang mencari sensasi di tengah kondisi yang tak tentu ini. Sungguh ironis sekali. Ibu Pertiwi sedang bersusah hati. Masih banyak yang tidak tahu diri.

Di Tanah Britania, penantian Liverpool selama tiga puluh tahun akan juara liga akhirnya berakhir juga. Liverpool Juara Liga Inggris. Liverpool juara dengan penuh gaya, juara dengan menerapkan himbauan untuk menjaga jarak dengan pesaing terdekat. Tidak tanggung-tanggung, tatkala juara Liverpool memberi jarak dua puluh lima angka dengan Manchester City selaku peringkat nomor dua. Hingga pada akhirnya di akhir musim, selisih angka dua lima itu tereduksi menjadi delapan belas angka saja. Tapi siapa peduli? Mereka saja tidak peduli. Persetan dengan selisih angka. Juara tetaplah juara, yang pantas dirayakan dengan suka cita.

Di Negeri Pizza, Si Nyonya Tua masih melanjutkan dominasinya dengan menjuarai Liga Italia untuk kesembilan kalinya secara beruntun. Hanya saja kemenangan ini tidak didapat dengan mudah, harus diraih dengan penuh susah payah, bahkan berdarah-darah, dan harus menunggu sampai liga tersisa dua pertandingan saja. Belum lagi banyaknya voucher-voucher yang digesek di tengah liga. Di lain cerita, ada Atalanta yang terus melanjutkan cerita indahnya dengan menelan lawan-lawannya, semua dihantamnya tanpa pandang bulu, sampai kini mereka duduk di peringkat tiga. Diam-diam mereka sedang mengincar peringkat dua. Sebuah prestasi tertinggi yang pernah diraih Atalanta selama keikutsertaan mereka di Liga Italia. (Kabar terbaru; Atalanta tetap berada di peringkat ketiga, Juventus menelan dua kekalahan beruntun di dua laga sisa mereka, namun tetap juara liga. Juara mah bebas.)

Dan, berita-berita sepakbola bermunculan lagi dan lagi. Sungguh tiada habisnya.

Sudah menjelang dini hari, isi kepalaku tidak bisa berhenti untuk menjelajah kesana-kemari. Membuka folder sana-sini, membaca lagi cerita-cerita yang tak sempat diceritakan kembali. Menyimak kembali kata demi kata yang tersimpan, dan sekali lagi, di ujung jurang perbatasan antara imajinasi dan lelap, aku kembali menemukan sebuah kalimat tanya yang terabaikan sekian lama;

Jika Bumi ini berputar, kenapa kita tetap berada di tempat yang sama?

Dan, belum sempat aku mendapatkan jawabannya, seketika semuanya menjadi gelap.

Aku terlelap.


Karawang. 
Awal Agustus 2020.


11 comments:

  1. Waktu berputar sangat cepat ya, atau mungkin kita yang terlalu abai dengan perputarab waktu disekitar kita.
    Setelah pandemi melanda, banyak hal yang semakin tidak bisa dikontrol, semoga kedepannya dunia terutama indonesia bisa kembali pulih dan semakin baik keadaannya

    ReplyDelete
  2. semuanya berjalan sudah sesuai garisan, kita hanya bisa melihat dan menjalani ya kang, ngga bisa berbuat banyak selain menjaga diri dan orang disekitar kita. Semoga diadaptasi new normal ini hidup kita lebih baik lagi

    ReplyDelete
  3. Whuahh aku justru baru tau di pulah dewata ada gerakan menolak rapid. Sungguh aku kudet sekali pada berita covid ini

    ReplyDelete
  4. Wabah pandemi membuat kita memiliki banyak cerita kehidupan berbeda ya yg bs menjadi catatan kehidupan

    ReplyDelete
  5. Cerita menarik tetapi di Liga Inggris dengan penantian Liverpool, liga italia kurang greget. Tapi menarik memang melihat sepak terjang Atalanta. Btw, ngasih saran aja, di web sebaiknya sih satu paragraf gak lebih dari 4 baris, biar enak bacanya.

    ReplyDelete
  6. Hmm, aku juga suka nulis ngalor ngidul tanpa tema spesifik kayak gini. Tapi waktunya nggak tengah malam sih, biasanya sore2 gitu. Seru tulisannya, bahas macam2.

    ReplyDelete
  7. nggak kerasa sudah lebih dari pertengahan tahun ya kak, pasti agak legaan bisa menulis kembali. satu postingan yang merangkum banyak hari, semoga suatu minggu2 ke depan lebih banyak tulisan kembali XD

    ReplyDelete
  8. Aaah~
    Renungan mengenai kehidupan dan apa yang terjadi saat ini memang tiada habisnya yaa...
    Aku kadang sering bingung juga, bumi berputar cepat sekali.
    Tetiba saja, malam sudah kembali menemani, padahal pekerjaan rumahtangga masih banyak menanti.

    ReplyDelete
  9. Senang ya kalau pas lagi ada ide nulis, bisa langsung dituangkan dalam bentuk tulisan. Saya kadang-kadang ada ide tapi mood nulisnya lagi ga ada,, atau mesti nunggu deadline untuk dapat ide buat dituliskan

    ReplyDelete