Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Friday, January 22, 2021

Sebuah Cerita : Lowongan Kerja

Semuanya bermula, pada suatu hari ketika aku mendapatkan undangan wawancara kerja di Bekasi.

Dulu, putus cinta itu rasanya begitu menyesakkan. Namun kini, putus kontrak kerja ternyata rasanya jauh lebih menyesakkan.

Tidak banyak yang bisa aku jelaskan perihal pembatalan kontrak kerja yang sudah aku tandatangani. Kala itu, aku baru saja sembuh dari Covid-19, dan masih dalam tahap isolasi mandiri ketika aku mendapat panggilan untuk segera menghadap direksi. Dan, ternyata panggilan itu adalah pemberitahuan bahwa kontrak kerja yang sudah aku tandatangani dibatalkan oleh perusahaan. Keputusan perusahaan sudah bulat. Karirku selama empat tahun pun tamat. 

Ya sudah, aku hanya bisa sambat.

---------------------------------------------------

Tahun Baru, Status Baru

Bukanlah hal mudah, mengawali tahun baru dengan mencari pekerjaan baru, apalagi di tengah Pandemi Covid-19. Bukanlah hal mudah, mengubah kebiasaan yang sudah tertata sedari dulu menjadi suatu kebiasaan baru. Sungguh, semua itu bukanlah hal yang mudah, tapi aku tidak boleh menyerah.

Segera setelah kepastian kontrak kerja dibatalkan, aku langsung mengurus segala berkas-berkas administrasi untuk keperluan melamar pekerjaan. Melalui situs penyedia info lowongan kerja, aku mendaftar ke beberapa posisi di beberapa perusahaan sesuai dengan kualifikasi yang aku miliki. 

Keesokan harinya aku mendapatkan sebuah email pemberitahuan berisi undangan wawancara kerja bertempat di kantor Divisi HRD, salah satu Perusahaan Manufaktur di Bekasi. Kirim surat lamaran kerja kemarin, keesokan harinya diundang wawancara kerja. Wow Cepat sekali? Aku tak menyangka.

Dan, semuanya bermula dari sini.

----------------------------------------------------

Semuanya bermula, pada suatu hari dimana aku mendapatkan undangan  wawancara kerja di sebuah perusahaan manufaktur di Bekasi. Jadwal wawancara jam 8 pagi, tetapi jam setengah 7 pagi, aku sudah sampai di lokasi.

Jujur saja, tidak banyak yang aku ketahui dari Kota Bekasi, selain kondisi jalan raya yang aduhai betul dan lalu lintas yang sudah sebegitu ramai meski belum gena jam 6 pagi. Selain itu, satu hal yang aku ketahui dari Bekasi adalah keberadaan Nasi Uduk enak yang ternyata lokasinya berada di seberang jalan tempat wawancara kerja.

Nasi Uduknya unik; terdiri dari nasi uduk yang rasanya begitu gurih, dilengkapi lauk pauk berbagai macam, ada telor, ada bihun, ada kentang, sambal, orek, dan kerupuk. Namun yang membuatnya unik adalah keberadaan kuah daging yang disiramkan ke nasi uduk, menjadikannya begitu nikmat ketika disantap lamat-lamat.

Harganya? 10ribu saja plus es teh manis pula. Murah euy! Otomatis satu porsi terasa kurang, jadi aku tambah satu porsi lagi. Andai saja, tidak ada jadwal wawancara kerja, mungkin porsi ketiga bisa menjadi opsi selanjutnya. Ya sudah, dua porsi cukup. Perut kenyang, hati pun senang.

Setelah menyantap dua porsi nasi uduk enak nan murah itu, aku memutuskan untuk mendatangi tempat wawancara kerja. Toh, sekarang sudah hampir jam 8 pagi. 

Entah karena pengaruh dua porsi nasi uduk atau tidak, pikiranku melayang terlalu jauh ketika melihat lokasi wawancara kerja. Lokasinya berbentuk seperti ruko yang berjejer, namun pintu masuk diatur sedemikian rupa, hingga tercipta sebuah tempat yang tidak aku duga.

-------------------------------

Unik sekali tempat ini, pikirku ketika aku masuk ke dalam ruangan. Ruangan itu memiliki interior yang elegan, dengan beberapa sofa empuk yang berjejer. Setelah bertanya ke sekuriti, aku disuruh menunggu di kursi antrian, kursi hajatan yang sudah dijejerkan di seberang sofa yang terlihat empuk tadi. Sialan.

Ternyata yang mendapatkan panggilan wawancara tidak hanya aku saja. Di kursi antrian sudah duduk berjejer empat orang berpakaian sama seperti aku, terdiri dari dua wanita, dua pria. Aku memilih duduk di sebelah pria berkacamata yang kelak aku tahu namanya adalah Sanjaya.

Tak lama setelah aku duduk, muncullah seorang wanita berpenampilan menarik dari balik pintu yang bertuliskan HRD. Berulaskan make-up tipis, dengan bibir merah merona, rambut panjang hitam tergerai, dia mendatangi kami yang sedang duduk mengantri. Suaranya begitu merdu, ketika dia memanggil sebuah nama;

“Sodara Anissa, silahkan ikut saya.”

Seorang wanita muda berjilbab seketika berdiri dan mengikuti dia, masuk ke ruang HRD.

Tidak lama kemudian, wanita berpenampilan menarik nan bersuara merdu itu pun keluar lagi dan mendatangi kursi kami. Sekali lagi, dia memanggil sebuah nama;

“Sodara Pujianto, mari masuk. Silahkan ikut saya.”

Seorang pria kurus tapi tinggi berdiri, dan dengan menenteng stopmap berwarna kuning, dia mengikuti wanita itu bagaikan seorang prajurit yang mengikuti komandannya ke medan perang.

Tidak sampai lima menit kemudian, wanita itu datang lagi. Namun kali ini ada yang aneh dari rambutnya, tatanan rambutnya entah kenapa sedikit berantakan. Ah sial, kenapa kepalaku malah berpikiran macam-macam?! Tapi apa yang terjadi di dalam sana?

Dia lalu beranjak ke tempat kami mengantri, lalu dengan suara yang sedikit bergetar, dia memanggil satu nama;

“Sandra Anastasia, silahkan masuk.”

Berjarak dua kursi dari kursiku, seorang wanita muda berdiri. Penampilannya bagaikan model iklan shampo, rambut hitam panjang, berkulit putih, dan bertubuh jenjang. Pokoknya penampilannya begitu menarik sekali, bangkit dari kursi dan mengikuti wanita itu masuk ke dalam ruangan HRD.

Aku masih melamunkan sosok Sandra itu, ketika tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Ternyata pria di sebelahku yang menepuk.

“Bro, si Sandra tadi cakep ya?”

“Eh, iya bro.”

“Duh parfumnya wangi banget. Eh iya, elu daftar disini juga bro?”

“Eh, iya bro.”

Sampai saat itu otakku masih lambat untuk memproses semuanya. Otakku masih sibuk memproses informasi soal Sandra tadi.

“Bro, lu daftar posisi apa bro? Gue Accounting Staff.

“Ambil Warehouse Staff, bro.”

Ketika kami sedang mengobrol, tiba-tiba wanita berpenampilan menarik itu keluar lagi, kali ini dengan tampilan yang lebih rapi dari sebelumnya. Suaranya terdengar begitu mantap, tatkala dia menyebut satu nama;

“Sodara Sanjaya Pradana, silahkan ikut saya.”

Seketika pria yang sedang mengobrol denganku berdiri. Oh jadi dia namanya Sanjaya.

Sebelum pergi dia menepuk pundakku sekali lagi, dan berkata:

“Bro, gue duluan ya bro.”

“Eh, iya bro. Sukses ya.”

Yasalam, otakku kenapa jadi lemot sekali.

Empat orang sudah masuk semua, tersisa aku sendirian. Lalu, tak sampai lima menit kemudian, pintu HRD terbuka, dan wanita berpenampilan menarik itu muncul lagi, dan menghampiri aku yang lagi memperhatikan dirinya. Dia hanya tersenyum, namun senyumnya berbeda dari sebelumnya, terlihat seperti senyuman Suzanna di film Beranak dalam Kubur.

“Sodara Ananta, silahkan masuk.”

“Eh, iya mbak. Maaf mbak.”

Aku pun bangkit berdiri, lalu mengikuti dia masuk ke ruangan HRD.

------------------------------------------

Ruangan HRD, menurutku dari tampilan interiornya itu seperti ruang kantor biasa. Di tengah ruangan ada sebuah meja besar, ada kursi di depan meja besar. Lalu pada setiap sisi kanan kiri meja besar ada pintu yang bertuliskan Ruang Seleksi 1 dan Ruang Seleksi 2.

Orang-orang pada kemana ya?

Di balik meja besar, duduk seorang wanita, belum terlalu tua, ya kira-kira sekitar umur empat puluhan, berkacamata bulat, berlipstik merah darah, dengan rambut yang disanggul. Dia seketika bangkit, dan tersenyum ketika melihatku berjalan ke arahnya.

Senyumannya. Senyuman yang sama seperti senyuman wanita yang berpenampilan menarik.

Terdengar suara gaduh dari Ruang Seleksi 1, seperti suara jeritan. Entah apa yang terjadi? Tapi aku sadar itu bukan urusanku. Wanita itu juga mendengarnya, tapi, dia bersikap biasa saja. Seolah sudah sering terjadi.

Dia menjabat tanganku, menatap mataku lekat-lekat, menggumam sesuatu, tersenyum, lalu mempersilahkanku duduk.

“Selamat datang, Bapak Ananta. Silahkan duduk.”

Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, aku menurut saja. Segera menduduki kursi di depannya.

“Perkenalkan saya, Susan Agagila, saya yang akan ...”

Lalu aku merasakan sebuah suntikan di leherku, yang mana suntikan itu menciptakan rasa sengatan aneh, yang menjalar dan menyebar ke seluruh tubuh. Membuat tubuhku lemas tak bertenaga. Pandanganku menjadi kabur seketika.

Samar-samar aku merasa ada tangan yang mengangkat tubuhku dari kursi.

“Cepat! Bawa dia ke Ruang dua.”

“Baik, bu.”

Tetapi, kemudian terdengar suara keras, suara pintu yang didobrak paksa. Seketika beberapa orang bersepatu lars masuk terburu-buru. Aku tidak tahu siapa mereka, aku juga tidak tahu ada dimana, kesadaranku sudah nyaris hilang sepenuhnya. Tapi, di ujung kesadaranku, aku masih mendengar seseorang berteriak:

“Jangan bergerak! Kalian sudah kami kepung!!!”

Aku masih mendengar semuanya, namun entah kenapa suara yang terdengar semakin lama semakin samar. Hingga kegelapan dan keheningan mengepungku.

Aku tidak sadarkan diri.

-------------------------------------

Sampai kemudian, aku terbangun di sebuah ruangan, dengan selang infus tertancap di lengan. Dari tempat tidur, samar-samar aku melihat seseorang berseragam duduk di kursi tunggu. Melihatku mencoba bangkit dari tempat tidur  orang itu seketika berteriak memanggil suster.

“Suster! Suster!! Mas, diam mas. Jangan banyak bergerak, mas. Suster!!!”

Kepalaku pusing sekali, tubuhku rasanya lemas sekali. Rasanya sekadar menggerakkan tanganku saja susah sekali. 

“Ngggg... Dimana aku?”

“Tenang, mas. Kamu aman mas. Tenang. Minum dulu ya.”

Dia lalu mengangsurkan gelas berisi air ke mulutku. Air apa ini?! Rasanya hambar sekali. 

Lalu, dia memberiku kacamata. Tatkala kesadaran dan penglihatanku mulai kembali normal, dia menghampiriku dan memberiku koran cetakan hari ini. Terpampang di halaman depan koran, tercetak dengan huruf kapital sebuah berita:


JARINGAN PERDAGANGAN ORGAN DALAM MANUSIA DIBONGKAR POLISI

MODUS OPERANDI: LOWONGAN PEKERJAAN

-------------------------------


Catatan : Cerita diatas adalah Cerita Fiksi yang terinspirasi oleh pengalaman pribadi penulis yang mendapat undangan wawancara kerja di perusahaan palsu. Dan, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat, saya minta maaf. Semua hanyalah ketidaksengajaan semata.


Karawang, 21 Januari 2020

20 comments:

  1. Wah, mantuull banget fiksinya , Kak
    Thriller-nya dapeettt, kece ini mah

    ReplyDelete
  2. Duh endingnya gue kebawa tegang beneran mas.. Tapi iya kah sebelumnya pernah dapet undangan wawancara kerja di perusahaan palsu? Ada cerita sungguhannya kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya itu cerita nyata, selasa minggu lalu aku dapat panggilan wawancara kerja, yg mana alamatnya ternyata ruko, dan dimintai uang jg hehe

      Delete
  3. Udah lama nggak baca cerpen dari Bang Fhandy ini, sekilas teringat cerita nyata tentang penipuan loker yang pernah ada di Twitter, tempatnya mencurigakan dan isi pekerjaan lowongannya berbeda2 antar pelamar, namun yg jd penipuan adl utk membayar jumlah tertentu .

    Kata beberapa orang, akan lebih aman jika melamar pekerjaan baiknya ada teman yang menunggui, namun kalau yg merantau kan belum tentu ada juga ya, jadi apapun itu sebaiknya berhati2 betul.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya benar sekali, jaman sekarang itu harus hati-hati dalam mencari pekerjaan, sangat rawan penipuan dan pekerjaan palsu

      Delete
  4. Kalau boleh aku tebak, awal cerita sampai dua pertiganya adalah kisah nyata. Modusnya aja yang dijadiin fiksi, juga nama tokoh-tokohnya. Hihihi.
    Aku pengen denger cerita nyatanya, dong.. :D

    Btw fiksinya keren..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya mbak, ini cerita aku ambil memang dari kisah pengalamanku sendiri, dan kebetulan saja dikembangkan jadi cerita pendek wkwk

      Delete
  5. Woaahh kerenn ih cerpennyaa,, horor juga ya kalau nyata human traficking, untuk fiksi ya ka hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga saja kisah perdagangan organ dalamnya itu bukanlah kisah nyata, untungnya fiksi hehehehe tapi cerita lamaran kerja dan perusahaan palsu itu nyata

      Delete
  6. Ya ampun, aku kebawa suasana, udah tampak nyata karena openingnya terasa real banget sama kondisi saat ini. Kagettt.. semoga fiksi ini tidak jd kenyataan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulilah cerita di atas hanyalah fiksi, namun latar belakang itu nyata mbak, aku dapat panggilan interview kerja di perusahaan palsu

      Delete
  7. Sereem banget yaa..
    Zaman sekarang memang kudu banget ati-ati. Dulu aku juga pernah loo...diwawancarai di tempat sepi (kantornya mencurigakan) untuk sebuah pekerjaan. Tapi aku takut, jadi aku ngibrit, melarikan diri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, jaman sekarang tuh harus waspada dan hati hati sama perusahaan yg kagak jelas,

      Delete
  8. Kirainnnnn beneran... udah degdegan. Pasti nasi uduknya beneran. Jadi laper hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahah tapi sepertinya nasi uduknya pun hanya akal-akalanku saja wkwkw

      Delete
  9. Wee seru banget mba, nulis diplatform juga nggak mba Sas? Dibuat panjang ke novel asik nih hahaa bikin degdeg serr

    ReplyDelete