Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Tuesday, June 21, 2022

Cerita Sekali Duduk : Kembalilah Esok Hari

Kadang-kadang ia bertanya dalam hati, terutama di musim kering, ketika cuaca malam begitu cerah, tentang negeri-negeri liar di luar sana, yang tak pernah terjamah dan hanya bisa terpetakan oleh imajinasinya. Tentang bagaimana negeri-negeri itu mendapatkan kiriman bulir-bulir putih dari langit, yang terkadang diiringi dengan jatuhnya reruntuhan langit yang sering membuat penduduknya menggigil dalam tidurnya.

Membayangkan bagaimana pemandangan pagi yang ditawarkan oleh alamnya, tentang bagaimana keadaan langit pagi yang semburat merahnya begitu berbeda dengan apa yang ada di negerinya. Belum lagi perihal gunung-gunung yang berjejer di balik hutan yang jarang dijamah oleh penduduknya, karena mereka percaya, hutan tempatnya para penyihir dan makhluk-makhluk aneh yang suka memangsa siapa saja yang memasuki wilayahnya.

Semuanya tampak jelas di kepalanya, walau sejatinya dia sedang berada di negeri yang hanya mengenal dua musim saja. Musim hujan dan Musim kering atau Musim kering dan Musim hujan, ah terserah mau kau sebut apa, intinya sama saja. Sesekali di malam yang semakin larut, dia menatap langit dan bertanya pada dirinya sendiri perihal apa yang ada dibalik gelapnya langit malam. 

Surgakah atau Neraka, begitukah? Dia bertanya-tanya karena para tetua adat dan pemuka agama di negerinya seringkali berkata bahwa siapa saja yang telah tiada, nyawanya akan terbang menuju langit. Namun, langit yang mana?

Sawah dan ilalang adalah tempat kesukaannya, tempat dimana dia bisa bebas menggelar tikar yang dia buat dari ilalang kering. Tikar yang seringkali menjadi saksi pergulatan batin maupun pergulatan fisik yang seringkali terjadi. Berbaring dan menutup mata, itulah yang sering dia lakukan. Entah memikirkan apa, terkadang dari balik gelap matanya, seringkali terlihat imajinasi-imajinasi yang menggambarkan dunia dan negeri asing yang seringkali dia bayangkan sebelumnya.

Bila sedang beruntung, lewat tengah malam, dia seringkali melihat susunan-susunan benda langit yang membentuk beraneka rupa makhluk yang seringkali oleh tetua adat dijadikan patokan untuk mulai berburu atau memulai musim bercocok tanam.

Susunan benda langit itu tidak pernah dia pahami, seringkali dia heran bagaimana bisa tetua adat membentuknya sedemikian rupa menjadi bentuk yang menjadi patokan untuk suatu hal. Sebenarnya banyak yang ingin dia bicarakan lagi, namun di ujung timur, langit mulai cerah, yang menandakan pagi akan segera datang. Pertanda, tugas jaga malamnya sebentar lagi akan selesai.

Sampai kemudian, terdengar suara di kepalanya: 

Kembalilah, esok hari.

Dan, dia pun terbangun.

9 comments:

  1. Aku pernah mimpi mati :) tapi dulu gak sampe mimpi dapet siksa kubur atau dikasih liat (suasana) surga dan neraka. Hehe, walau kayaknya "seru" kalau dikasih teaser dulu dari gambaran akhirat nanti ya hwhw.

    Tulisan di atas kayaknya bisa dikembangkan lagi jadi cerita pendek atau bahkan novel mas. Idenya menarik.

    ReplyDelete
  2. Jujur, cerita ini bahasanya wah serasa hidup dan pas baca kayak aku sendiri yang mengalaminya. Dengan kata lain, tersihir masuk ke dalam ceritanya, gak heran dengan bahasa indah seperti ini mampu membuat pembaca terkecoh. Mimpi. Ide yang menarik.

    ReplyDelete
  3. Ia pun kembali pada esok harinya dan membayangkan hal yang sama. Namun keajaiban terjadi. Ia betul-betul berada di negeri yang selama ini berada dalam bayangannya. Ia sedikit terheran, tapi kakinya tetap melangkah mengikuti jalan yang hanya setapak.

    Dan setelah menyelesaikan 99 langkah ia bertemu persimpangan. Ke arah manakah ia harus melanjutkan perjalanannya?

    ReplyDelete
  4. sebuah lamunan dan pemikiran yang juga kerap hinggap di kepala. kalau jawabannya kita tau saat ini juga, kira-kira kita siap ga ya untuk menerimanya?

    ReplyDelete
  5. Aku suka membayangkan sesuatu kalo menatap langit malam. Karena gak paham rasi bintang, jadi membayangkan meteor yang jatuh dan berubah wujud menjadi seseorang yang mampu mengangkat duka dari bahu setiap orang. Tapi nggak mungkin juga sih karena setiap ada bahagia pasti ada duka di sisinya hanya beda waktu dan tempat aja.

    ReplyDelete
  6. ia membayangkan malam tapi lalu terbangun...
    sungguh aku kurang mengerti keseluruhan, walau bahasanya indaaah banget

    ReplyDelete
  7. Aku jadi ingat mimpi dalam mimpi dalam mimpi.
    Jadi seketika terbangun, ternyata itu masih dalam mimpi dan terbangun lagi masih dalam mimpi. Baru yang ketiga kalinya, ia benar-benar terbangun dalam keadaan yang sesungguhnya.

    Sungguh perjalanan yang panjang untuk memaknai sebuah mimpi yang kerap hadir dalam hidup.

    ReplyDelete
  8. Ceritanya bikin merinding, karena terasa dekat di sekitar. Jangan-jangan sama dengan suara hatiku selama ini. Kegelisahan, kadang muncul sebagai mimpi. Mimpinya seperti kenyataan, sehingga kadang terbangun dengan menangis.

    ReplyDelete
  9. Soal mimpi memang suka jadi misteri, sebuah hal yang tidak terduga bisa bertemu dengan siapa saja dan menggapai apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin terjadi.

    ReplyDelete