Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Tuesday, August 23, 2022

Cerita Sekali Duduk: Inferiority Complex

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa pada akhirnya merasakan juga apa yang disebut masa “Habis semuanya”. Habis semuanya, masa dimana segala kebutuhan keluarga tidak ada lagi yang tersisa, habis semuanya dalam waktu yang sama. Mulai dari beras, gas, lauk pauk, air galon, token listrik, bensin motor hingga pulsa. 

Tidak pernah terbayangkan betapa rasanya yang sebegitu menyedihkan dan sebegitu nelangsanya, sampai sekiranya untuk mencukupi semuanya belum bisa seutuhnya. Beberapa barang sudah dijual, mulai dari yang sederhana, sampai beberapa peralatan elektronik sudah terjual. Bahkan beberapa buku koleksi pribadi, diantaranya buku-buku langka pun terpaksa dijual demi mencukupi kebutuhan keluarga. 

Ketiadaan pekerjaan, menjadi penyebab utamanya. Tidak memiliki pekerjaan, tentu saja tidak ada penghasilan. Sedangkan kebutuhan keluarga selalu ada setiap harinya, kompor di dapur harus setiap hari mengepul. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, segalanya habis, bahkan untuk mencukupi kebutuhan yang sederhana akan beras pun pikiran berputar keras.


Barang mana yang harus dijual? Barang mana yang harus dijual? Adalah salah satu contoh pemikiran yang seringkali terlintas di dalam pikiran. Ibarat kata, rela menjual apa saja, demi menyambung nyawa. Beruntungnya, tidak pernah terlintas di pikiran untuk berhutang. Karena paham konsekuensi dari berhutang ya harus mengembalikan pinjaman dengan beban bunga yang kadang lebih tinggi dari ego para politikus dalam negeri. 

Bilamana ada buah yang harus dimakan saat ini, tentu saja tidak akan pernah terpikirkan untuk menelan buah simalakama. Buah yang rasanya begitu pahit dan getir, seolah memberi sensasi kenyang yang semu, setelah itu akan meracuni seluruh tubuh dengan berbagai macam syak wasangka yang semakin merumitkan isi kepala. Terkadang terlintas di dalam pikiran untuk pulang ke kampung halaman. Sekedar untuk menata ulang kehidupan yang amburadul di tanah perantauan. Namun rasa malu dan sungkan begitu menguasai diri, tidak jarang orang tua tiba-tiba mengirimi pemberitahuan bukti transfer ke rekening pribadi, sekedar untuk bertahan hidup, begitu kata mereka.

Betapa malunya, betapa getirnya, seharusnya sebagai anak yang mengirimi orang tua uang bulanan, namun kini justru sebaliknya. Jujur saja, hal itu semakin hari membuat diri hilang muka. Ah beruntungnya, bukan terlahir dari keluarga Jepang. Mungkin sudah terpikirkan untuk melakukan Senpukku. Melakukan hara-kiri. Tidak terbayangkan sebelumnya, betapa nyata rasanya akan beban hidup yang kini telah membelah diri, tidak hanya menjadi beban hidup namun juga menjadi beban pikiran yang perlahan mulai mempengaruhi kesehatan. 

Kesehatan semakin tidak bisa dikendalikan, kontrol diri tidak lagi berada di tangan sendiri. Beban pikiran membawa dampak negatif pada kesehatan, yang secara perlahan mulai terasa di sekujur badan. Salah satu yang mulai terasa adalah jantung kini mulai mudah terasa sakit dan berdebar-debar, seringkali gejala sesak nafas begitu menyiksa dada. Sudah lama, BPJS Kesehatan keluarga tidak lagi terurus, bahkan kini membayar premi bulanannya saja tidak lagi mampu. Ketiadaan pekerjaan, secara nyata memberi efek berantai yang begitu mengerikan pada dampak kehidupan keluarga.

Seringkali terlintas di pikiran untuk pergi merantau lagi, pergi melintas pulau, pergi entah kemana hanya untuk bekerja. Setidaknya rasa Lelah akibat bekerja jauh lebih terasa faedahnya daripada rasa Lelah akibat mencari kerja. Betapa masygulnya, melihat beberapa kawan kini dengan ringannya membeli gadget terbaru, melakukan gaya hidup mewah, hidupnya terasa begitu menyenangkan dan membahagiakan. Rasanya ingin sekali untuk menonaktifkan media sosial hanya untuk tidak melihat hal-hal semacam itu. Namun, urusan mencari pekerjaan banyak dilakukan lewat media sosial. Alhasil, ya seperti maju kena mundur kena.

Sampai kini beberapa proses lamaran pekerjaan tidak kunjung membuahkan hasil. Beberapa progress wawancara akhir juga tidak ada lagi kelanjutannya. Seolah kabar baik berhenti di depan pintu, enggan untuk masuk, enggan pula untuk mengetuk. Dewi Fortuna sebagai petugas pengantar kabar baik pun kini seolah lupa alamat, dan hanya mondar-mandir saja, sembari merutuki alamat yang tak jelas dan pemilik yang tak bisa dihubungi. Meskipun dari jauh, sudah terlihat jelas, namun nyatanya Dewi Fortuna berbalik arah dan memilih pergi.

Perasaan putus harapan, terkadang melintas begitu saja di dalam pikiran. Menyerah dan menyerah, pasrah akan nasib yang rasanya tak bisa lagi diubah. Kehancuran bahkan sudah terlihat dari jauh, beberapa burung pemakan bangkai sesekali terbang di atas kepala. Entah sedang menanti waktu yang tepat, untuk mendarat, dan menyantap hidangan yang lezat. Tidak banyak yang bisa dipikirkan lagi, selain rasa putus asa dan perasaan terkalahkan yang semakin hari terasa begitu familiar di dalam diri. Perasaan rendah diri kini sudah tidak tertahan lagi. Tidak lama lagi, mungkin depresi akan datang menghantui. Semoga saja bisa menahan diri.


Mungkin inilah yang disebut Inferiority Complex.

22 comments:

  1. Posisi ini titik terendah dan paling putus asa sebenarnya, tapi kalau menyadari akan ada masa yang seperti ini harusnya mulai menghemat dari sekarang. Setidaknya di masa sulit seperti ini masih ada yang tersisa selebihnya juga harus berusaha keluar dari titik ini. Terima kasih ceritanya!

    ReplyDelete
  2. Walau di "dimensi" yang berbeda, aku pernah juga merasakan titik terendah dalam hidup. Sampai-sampai berimbas ke kesehatan mental. Baca tulisan ini, aku gak bisa komentar banyak selain mendoakan semoga masa-masa sulit segera berlalu. Yang terdekat mungkin semoga segera dapat pekerjaan sehingga perlahan kehidupan akan terasa normal dan menjadi lebih stabil. Amiiin.

    ReplyDelete
  3. Pernah ada di posisi seperti itu ketika bom bali, bisnis bapak bangkrut, mobil harus dijual hanya untuk makan. Tapi sekarang menyadari betapa menabung dan hidup frugal itu penting

    ReplyDelete
  4. Beberapa orang memilih berhutang saat mengalami hal yang serupa. Padahal berhutang malah menambah beban sih menurutku.

    ReplyDelete
  5. Membaca akhir tulisan ini tentang 'burung pemakan bangkai', seketika aku ingat film Fall yang baru saja saya tonton. Film tersebut menceritakan dua orang wanita yang terjebak di atas menara setinggi 600 meter, dan rasanya sudah tak ada harapan untuk bisa kembali turun. Bahkan di atasnya sudah siap burung pemakan bangkai yang siap sedia memakan mereka.

    Tapi, apapun itu semoga diberikan kemudahan dan jalan terbaik untuk setiap masalah yang dilalui ya.

    ReplyDelete
  6. titik terendah seseorang pasti semua mengalami, yuk bangkit, sambil berbenah diri, mungkin hendak naik kelas. Hidup cuma sekali, semga segala kemudahan menghampiri

    ReplyDelete
  7. Semangat terus kakak. Hidup di dunia memang banyak banget ujiannya. Tapi insya Allah bila kita mau bersabar, pasti ada jalan keluarnya.

    ReplyDelete
  8. ada kalanya kita di bawah..insya Allah akan tiba saatnya kita di posisi sebaliknya. terus menyemangati diri utk tak pernah menyerah & berusaha bangkit saat di bawah sama pentingnya dg terus bersyukur dan menjauh dr rasa takabur saat di atas. bgmn pun...tetap semangat.m

    ReplyDelete
  9. Di setiap proses kehidupan pasti ada pembelajaran. Jika dipercepat, Allah ingin kita bersyukur. Jika diperlambat, Allah ingin kita bersabar.

    Jangan menyerah, ya kak :)

    Seperti lirik lagu D'Masive:

    Tuhan pasti 'kan menunjukkan
    Kebesaran dan kuasa-Nya
    Bagi hamba-Nya yang sabar
    Dan tak kenal putus asa

    ReplyDelete
  10. sekarang memang masa sulit untuk semua orang... belakangan saya banyak baca status teman teman yang kesusahan.. untuk semua teman-teman semoga rezeki dan kabar baik segera datang yaaaa

    ReplyDelete
  11. Dan saya juga pernah mengalami di posisi tersebut. Benar-benar merasa menjadi orang yg tak berguna, makan untuk diri sendiri saja kebingungan.

    Dulu saya rela jual HP Android demi menyambung hidup. Digsntikan dg HP jadul. Banyak yg tanya kenapa, tapi ya, seringnya saya hanya jawab dg senyuman.

    ReplyDelete
  12. Berada di posisi yang sedang sulit dan titik terendah ini selalu menimbulkan banyak prasangka buruk. Aku pun demikian, kak..
    Merasakan ketidaknyamanan dan lebih baik begini dan begitu.. tapi ingat bahwa hidup adalah ujian dan ujian itu jangan diletakkan di dalam hati.
    Tugas hamba hanyalah berusaha dan berdoa. Biar Allah yang mengalirkan segalanya dengan tangan kasihNya.
    Takdir yang baik tidak akan muncul tanpa adanya kesakitan.
    Suatu saat, masa-masa ini akan menjadi kidung senja yang indah untuk anak-cucu.

    ReplyDelete
  13. Jadi bingung mau komen apa karena saya pernah berada di posisi ini. Bahkan untuk beli susu anak pun hampir gak bisa, hiks.

    Tetap semangat yaa, Kak. Semoga kondisi ini gak bertahan lama, kakak bisa segera mendapatkan pekerjaan dan bisa hidup berkecukupan seperti dulu lagi, amiiin

    ReplyDelete
  14. Tidak berhutang untuk memenuhi kebutuhan ialah jalan yang berat tapi tepat menurut saya. Karena kalau terjerumus hutang, bisa berlipat lagi nantinya untuk mengembalikannya.

    ReplyDelete
  15. semoga segera dibukakan jalannya ya. dalam hidup kita pastinya akan menghadapi berbagai kesulitan dan rintangan dan di saat seperti itu tiada yang lebih pantas kita mintai pertolongan selain Allah SWT

    ReplyDelete
  16. Wahh pernah banget rasanya di titik ini, sampai saya harus menjual blog saya kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan itu. Sampai pada akhirnya fokus di satu titik, dan perjuangkan hal itu sampai berhasil. Syukurlah bisa kembali normal.. Semangat kak, semoga bisa dibukakan jalannya dan jangan menyerah!

    ReplyDelete
  17. Jangan putus asa ya kak.. Tetap ikhtiar, berdoa, dan berusaha, Insya Allah semua masalah pasti ada jalan keluarnya :)

    ReplyDelete
  18. Tetap semangat Kak. Semoga segera diberikan jalan untuk mendapatkan pekerjaan. Insyaallah nanti ketemu jalannya. Saya juga dulu pernah nganggur, terus dikirimin ortu terus saat kerja di luar Kota. Akhirnya saya balik lagi ke rumah, Cari kerja lagi. Alhamdulillah dapat kerjaan yang dekat dengan ortu

    ReplyDelete
  19. semangat kak! semoga segala kesulitannya segera teratasi yaa dan bisa berdiri mandiri

    ReplyDelete
  20. Ini fiksi kan? Kalau bukam, semoga segera berlalu. Tetap bertahan. Mungkin bisa sambil jualan. Jadi barang yg dijual dijadikan modal yg berputar. Kayak bkin makanan. Asal halal toh bisa menghasilkan uang. Yang penting jangan gengsi kerja apa saja. Karena gengsi ga bisa kasih kita makan

    ReplyDelete
  21. semangat ya kak. semoga diberikan kemudahan dan kekuatan. kita semua adalah pejuang. semangat :))

    ReplyDelete