Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Sunday, October 2, 2022

Sebuah Cerita Pendek: Sebuah Pemahaman

Tepat pada saat pintu itu dibuka perlahan-lahan, seorang perempuan muda masuk dan terkejut melihat sekitarnya. Seketika dia terdiam dan terpaku melihat begitu banyak manusia yang bergelimpangan.

Tak ada suara, tak ada gerakan, tak ada luka, hanya satu warna yang menjadi kesamaannya, warna pucat di wajah dan di kaki mereka menunjukkan bukti bahwa mereka sudah tidak bernyawa. Tidak banyak yang bisa dia lakukan selain mencoba dalam usaha yang penuh kesia-siaan membangunkan seorang perempuan muda yang tergeletak paling dekat dengannya.


Rasa dingin seketika menyebar ke sekujur tubuhnya setiap kali tangannya menyentuh tubuh perempuan muda di depannya. Bibirnya seketika kelu, segala diagnosa yang sudah dipahaminya di luar kepala seketika lenyap begitu saja. Semuanya berganti menjadi sebuah tanya, bagaimana bisa dia meregang nyawa? Bagaimana bisa mereka meregang nyawa dalam satu waktu yang sama?

BAGAIMANA BISA?!

Tidak sadar dia menjerit melihat kondisi perempuan muda di depannya. Namun tak ada suara yang keluar, tak ada balasan yang terdengar, semuanya mati, bahkan jam dinding pun tiba-tiba tak terdengar suara detaknya. Semua bisu, semua diam.

Perlahan dia menangis, namun dia menyadari tak ada air mata yang keluar, kecuali sebuah pemahaman, bahwa akhirnya dia merasakan apa yang namanya menangis tanpa air mata.

Akhirnya dia menangis, menangis dalam tangisan yang tak pernah dia lakukan selama hidupnya.

Menangis tanpa air mata, melihat tubuhnya terbaring kaku tanpa nyawa.

Korban Gas Air Mata.

9 comments:

  1. Aah..jadi..apakah wanita yang menangis itu adalah wanita muda yg jasadnya dia sentuh karena paling dekat dengannya? Ataukah.. aah..aku rasa itulah pemahaman yg kuperoleh..

    ReplyDelete
  2. Seperti mimpi tapi ternyata realiti, gitu ya. Aku bacanya rada goosebump hehehe...

    Tapi sepertinya banyak kok di sekitar kita, manusia yang punah sebelum waktunya. Jalan makan tapi ngga tau apa gunanya mereka berjalan itu. Tanpa tujuan.

    Keren kak karyanya

    ReplyDelete
  3. Kalimat penutupnya yang pendek, gagal menahan nafas tercekat.
    Tragedi Kanjuruhan, lalu pekan ini, tragedi Itaewon.
    Kesedihan yang menyesakkan. Namun semoga siapapun yg ditinggalkan, diberikan keikhlasan dan ketabaan seluasnya. Aamiin

    ReplyDelete
  4. aduh aku bacanya kok ngeri ya mba, hehe. spechless aku

    ReplyDelete
  5. Puncaknya yang paham adalah orang yang mengalami ya. Tidak ada yang mau peristiwa itu terjadi.

    ReplyDelete
  6. apa ini seperti si mbaknya jadi arwah yang kemudian dia melihat dirinya sendiri ya mbak? pilu begini ceritanya jadi teringat tragedi Kanjuruhan euy..

    ReplyDelete
  7. Wah aku kok deg deg an baca cerpen ini
    Mana bacanya pas malam hari gini
    Auto merinding bulu kudukku
    Hehe
    Nice story kak
    Ditunggu cerpen selanjutnya

    ReplyDelete
  8. Menyakitkan sekali..
    Ketika kita bisa menangisi apa yang terjadi di sekitar kita dengan air mata dan ketika memahami bahwa keadaan tidaklah sama dengan kenyataan.
    Masih menjadi misteri.. Namun, begitu jualah hidup ini berjalan. Penuh dengan misteri.

    ReplyDelete
  9. Saya jadi bingung mau komen apa, tapi tragedi gas air mata di stadion di Malang kemarin memang sangat menyentuh hati. Terimakasih sudah menuliskan cerpen ini, Kak

    ReplyDelete