Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Saturday, April 30, 2016

Tentang Satu Pertanyaan

Dua minggu bukanlah waktu yang sebentar. Baginya dalam keadaan biasa, dua minggu bisa menghasilkan lima atau delapan tulisan. Namun tidak saat ini, baginya dua minggu adalah waktu yang terbuang percuma, tanpa karya, tanpa tulisan. Semua itu membuatnya gila, sampai suatu sore, aku bertanya pada dirinya “What’s Your Goal?”. Dia bingung, dia celingukan, bukannya menjawab dia malah balik bertanya “How about you? What’s Your Goal?” Kampret! Ditanya bukannya ngasih jawaban, malah ngasih pertanyaan! 
https://timemanagementninja.com/2013/03/10-questions-you-must-answer-about-your-goals/

Terkadang kehidupan jaman sekarang itu membingungkan, untuk menghadapinya perlu kesabaran ekstra. Dia itu seperti wanita pada umumnya, yang suka memberi banyak kode-kode, tanda-tanda tak jelas. Terkadang dia bicara apa adanya, namun terkadang dia bicara layaknya seorang filsuf jawa, perlu waktu ekstra untuk aku bisa mencerna apa maksudnya. Layaknya Derrida, dia selalu memberi pertanyaan balasan tatkala aku bertanya pada dirinya. Teori Dekonstruksi, dia menyebutnya dan dia tergila-gila akan teorinya Derrida, Selalu ada tanya, dibalik sebuah tanya.
Read More

Friday, April 15, 2016

Gadis Bermata Biru

Hidup adalah pilihan, begitulah katanya. Kata dia, seorang gadis bermata biru yang sering aku sebut dalam tiap doa. Menerima dirinya, menyatu pada dunianya, bagai menelan mentah buah simalakama. Terasa begitu pahit, namun begitu legit, itulah kamu wahai gadis bermata biru. Nasibmu dan nasibku bagai pinang dibelah kapak tumpul. Tidak rata, dan tidak seirama. Tak bisa menyatu, tak bisa mencapai titik temu. Itulah kamu, sosok yang kini menjadi abu-abu. Ada dan tiada, kini nasibmu tiada ada bedanya.

Hidup adalah perjuangan, begitulah kilahmu tatkala aku tanya kenapa kamu memilih menjadi sosok seperti itu. Sosok yang banyak orang mencibirnya, namun banyak juga orang yang mencarinya. Rela bayar mahal, demi sekedar untuk mendengar desah nafasmu yang binal. Bagimu, kehidupanmu kini adalah perjuangan, tak peduli seluruh dunia memakimu perempuan sundal. Bagimu apalah arti dunia, yang hanya bisa memaki tanpa bisa memberi sedikit rasa empati. Bagimu dunia itu tidak ada artinya, hanya sebatas tempat untuk mencari keping-keping permata yang kau berikan pada rakyat jelata. Sebagai penebus dosa di waktu muda, begitulah katamu. Selalu begitu. Di depanku, kau bercerita panjang lebar tanpa terkecuali. Seluruh ceritamu bagaikan meluruh jatuh di hadapanku. Begitulah katamu, selalu seperti itu setiap kali kita bertemu.

Read More

Saturday, April 9, 2016

Sungai Kata

Sungai kata, yang mengalir jauh menembus setiap batas ideologi yang hampir sama namun nyatanya berbeda. Melarutkan berbagai macam rasa, menghanyutkan berbagai macam jenis jiwa, mulai dari yang suka mengembara, suka mencinta, dan mereka yang hanya suka menuliskannya saja. Aliran katanya perlahan namun pasti akan mengalir dari setiap gurun gersang sekalipun. Tanpa terkecuali.


Sungai kata, yang mengalir jauh dari puncak kebesaran logika dan bermuara pada samudra kedalaman jiwa. Kebesaran logika yang mengakui dirinya ada, kebesaran logika yang mengakui bahwa dirinya manusia, dan mampu membedakannya antara dia dan mahluk hina melata di seberang alam sana. Kedalaman jiwa, hanya ada kedalaman yang tersisa dari setiap kata yang mengalir lewat sepuluh jari yang dibantu dua mata, hanya ada sisa rasa yang tertinggal di dasarnya, membuat cerukan, menjadikannya hamparan pemahaman baru.

Read More

Wednesday, March 30, 2016

Sebuah Cerita: Pengalaman Pertama Antara Saya dan MyJNE

Bagi sebagian orang belanja secara online adalah sesuatu yang biasa. Namun tidak bagi saya, pengalaman saya belanja secara online tak beda jauh dengan pengalaman cinta yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Entah kenapa saya lebih menyukai pembelian secara konvensial, secara langsung bertemu dengan pembelinya, melihat barangnya, dan segera membayarnya. Rasa percaya bagi saya adalah segalanya.
Aplikasi JNE

Semuanya segera berubah di Bulan Maret Tahun 2016, untuk kali pertama saya melakukan pembelian secara online. Ya secara online, awalnya sih dag-dig-dug, antara penasaran, cemas, khawatir sekaligus bercampur takut. Takut kalau cintanya tak terbalas, barangnya tak sampai tujuan. Tapi untungnya ada JNE, Perusahaan besar yang sudah terpercaya dalam hal pengiriman rindu barang dan logistik. Terpercaya karena selalu tepat sasaran dan tepat waktu dalam proses pengiriman. Sekiranya jika Dewa Asmara kebingungan dalam proses pengiriman cinta kepada tiap hati manusia, mungkin saya bisa menyarankan dia untuk menggunakan jasa pengiriman lewat JNE. Dijamin tepat sasaran.

Read More

Sunday, March 27, 2016

Book Review: Supernova, Inteligensi Embun Pagi

Judul: Supernova Episode: Inteligensi Embun Pagi
Pengarang: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN: 978-602-291-131-9
Tahun Terbit: 2016
Tebal Buku: 710 Halaman.


Supernova Episode : Inteligensi Embun Pagi
Akhirnya, episode terakhir dari serial buku Supernova karya Dewi “Dee” Lestari akhirnya terbit juga. Saya mulai mengikuti novel Supernova dari sekuel pertama di tahun 2010-an. Dan mulai tahun 2012 saya mulai mencari dan mengoleksi setiap seri Supernova. Dan akhirnya, Sekuel Supernova yang terakhir berjudul “Inteligensi Embun Pagi” mendarat dengan manja di lemari buku di kamarku untuk melengkapi koleksi buku-buku Supernova yang sudah ada. Supernova sendiri terdiri dari 99 keping, yang terbagi dalam 6 buku serial Supernova. Untuk kali pertama, saya akan mencoba melakukan review buku, dan Supernova Inteligensi Embun Pagi adalah buku pertama yang akan saya review.
“Manusia itu ngomong A, padahal B. Mukanya bikin C, padahal di hatinya D. Tujuannya E, tapi mutar-muter dulu sampai Z. Bahasa itu kan, gunanya buat jadi topeng. Manusia belum sanggup transparan. Itulah efek kelamaan pikun.” ~ Pak Kastunut, Halaman 415.

Read More

Friday, March 18, 2016

Senja di Bulan Juni

Senja di Bulan Juni, tampak begitu indah semburatnya. Pesonanya yang selalu aku suka sejak pertama kali berjumpa. Laksana candu yang membuatku ketagihan selalu. Tiada hari tanpa melihatmu, tak peduli sedang turun hujan ataupun turun salju. Dimana aku melihat langit, disitu aku selalu teringat akan sosokmu, sosok senja yang seolah mengingatkanku pada sosokmu. Sosok yang dulu selalu ada untukku, bersama menatap senja dan menghabiskan secangkir kopi madu, kesukaanmu, kesukaanku, kesukaan kita dahulu.

Senja di Bulan Juni, awal bulan di hari yang tak sengaja. Tak sengaja kenapa aku berhenti di tempat itu, kafe pinggir kota yang menghadap langsung ke arah cakrawala. Kafe Senja, begitulah orang menyebutnya. Entah karena apa, awalnya aku tak tertarik untuk mendatanginya. Namun hari itu, aku tahu kenapa kafe itu diberi nama Kafe Senja. Kafe Senja, yang hanya ramai tatkala waktu senja. Kursi di pinggir jendela, hanya itu kursi yang tersisa, itu pun tanpa sengaja aku harus berebut paksa dengan seorang wanita. Namanya juga anak muda, tak pernal rela untuk melepasnya karena dia pikir dia yang pertama mendapatkannya. Dan dia pun ternyata berpikiran yang sama, sama ngototnya, sama kerasnya, akhirnya kita pun sepakat berbagi tempat. Aku kursi kiri, kamu kursi kanan. Di depannya tersanding senja yang ternyata begitu indah terlihat dari sana.

Read More

Friday, March 11, 2016

Ah Iya Lupa

Ditatapnya dalam dalam keramaian di dekatnya, tampak begitu semarak dengan berbagai pola yang bercorak, ada yang berdua, ada yang bertiga, ada pula yang beramai-ramai, semuanya terpisah, semuanya terkotak-kotak. Terkotak dalam setiap dialog basa basi sekedar kata sapa seperti biasa. Ah sekiranya semua memang suka basa basi, tapi kenapa dirinya tak bisa? Tak bisa berkata, meski sebatas untuk membalas tiap ucapan yang datang kepadanya.

Ditatapnya keramaian di dekatnya, yang perlahan perlahan semakin ramai. Derai tawa, deru musik, semua berbaur menjadi satu, semakin ramai. Perlahan sesuatu menggetarkannya, tak seperti biasanya dirinya begitu sepi, merasa sunyi, di tengah dunia yang menjadi seperti saat ini. Diam dan diam, hanya itu yang bisa dilakukan ketika berbagai serpihan kata menghantamnya, menyapanya, lalu mengajaknya bicara. Namun tetap saja tak bisa, tak ada yang keluar dari mulutnya, hanya tatapan mata kosong yang menjawabnya seolah berkata “Apa yang kamu katakan? Aku tak mengerti!

Read More