Terbangun dengan kepala berat di pagi hari, tidak ingat apa yang terjadi semalam, dan tidak tahu sedang berada dimana. Beberapa helai pakaian berserakan di tempat tidur, dengan beberapa gaun wanita berserakan juga di lantai. Entah milik siapa, tidak ada bedanya, tidak ada yang yang tahu ini punya siapa, itu punya siapa.
Kesadarannya masih belum pulih benar, ketika melihat lampu kamar mandi menyala, dengan gemericik suara shower yang teredam oleh pintu kamar mandi yang tak seberapa tebalnya. Terlihat siluet bayangan seseorang di bawah shower dari balik kaca buram pembatas di pintunya, entah dia siapa, entah pria entah wanita, entah kenapa dirinya tidak mengenakan apa-apa. Apa yang terjadi sebenarnya? Begitu pikirnya.
Tidak lama kemudian, suara shower tak terdengar lagi, terganti oleh suara senandung merdu seorang wanita. Dia hendak memejamkan matanya kembali, ketika tercium semerbak aroma wangi yang begitu dia kenali. Ah entahlah, mungkin sedang bermimpi, begitu kilahnya. Kesadarannya mendadak pulih benar, ketika tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di pipinya.
Mimpinya ternyata bisa begitu nyata, sampai kemudian dia membuka matanya, dan terbelalaklah dia, bahwa sosok yang ada di depanya adalah sahabatnya. Rambutnya masih basah tergerai, dengan tubuh yang terselimuti handuk yang tak muat di tubuhnya. Dan, dia baru saja diciumnya, kegilaan macam apa ini? Bukan main gilanya kenyataan.
Sempoyongan berjalan ke arah wastafel, sejenak untuk mencuci muka, sejenak untuk memulihkan kesadaran. Tidak banyak yang dirasakan, selain pengar yang tiba-tiba mekar dan menyebar di kepala, dan lenyap seketika, terganti oleh segarnya air yang membasuh muka. Ini hanya mimpi, ini hanya simulasi, ini hanya sebatas khayalan saja, begitu pikirnya.
Terpekur lama di depan wastafel, memikirkan semuanya, sampai kemudian terasa tangan berkulit mulus yang memeluknya dari belakang, yang disusul dengan kecupan di punggungnya yang merambat naik ke lehernya, meninggalkan jejak lipstick merah, dan disusul dengan bisikan mesra di telinganya:
“Malam yang indah, Vania. Semalam, kamu sangat hebat.”