Sebelas dua belas, berjarak tidak lebih dua puluh empat jam. Terarak begitu banyak beban yang mengusik pikiran, perihal berbagai macam keluhan yang tak sempat ditunjukkan. Kepada dunia, kepada mereka, yang menganggap semua tampak baik-baik saja. Tidak banyak yang tersisa, di hari dia bertambah usia, kecuali sejumput harapan yang dia kumpulkan secara perlahan, dari tiap remah-remah kenyataan yang tak kepalang tanggung membuatnya berpikir sebelas dua belas kali lebih banyak dari biasanya. Tidak banyak yang tersisa, tapi tidak apa, yang terpenting masih ada sisa. Sisa-sisa harapan yang bisa dia bangkitkan selayaknya foniks yang bangkit dari abu.
Hujan Terakhir
Fandhy Achmad R
March 13, 2021
48 comments
Read More