Jika
dipikir-pikir lagi, terkadang aku merasa bahwa aku telah dilahirkan di tempat
yang salah, di lingkungan masyarakat yang salah. Namun, jika diperhatikan lebih seksama, ada relik
panjang yang membuatku berpikiran seperti itu tanpa melihat kembali lewat sisi
yang lain, sisi yang mana mengatakan bahwa “Dirimu
lebih baik diam saja. Dan, terima nasibmu!”
Aku tidak tahu siapa yang mengatakannya. Logikaku
berpikiran bahwa yang mengatakan semua itu adalah hati kecilku, namun ketika
diperhatikan dengan seksama hati kecilku ternyata masih meringkuk dalam tidur
nyenyak. Lalu, siapa yang tadi berkata?