Aku ingin bercerita tentang suatu masa, dimana ada
seorang anak lelaki yang nekat pergi seorang diri, menuju rimba industri di
sebuah kota kecil dekat ibu kota. Kota yang tak dikenalnya, kota yang tak
pernah terlintas di kepalanya, kota yang berjarak delapan jam perjalanan dari
kota asalnya, kota yang tak pernah disangka akan memberinya sebuah pengalaman
langka, berlayar di bawah senja.
Berlayar di bawah senja, baginya adalah pengalaman
yang langka. Dengan menikmati hiruk pikuknya deburan ombak, yang seolah saling
bersahutan dengan deru mesin kapal, di tengah lautan, nikmat Tuhan mana yang
dia dustakan? Sebagai orang asli pegunungan, lautan adalah khayalan yang sering
dia impikan, selayaknya surga yang dirindukan, selayaknya kamu muara segala
kerinduan, lautan adalah kemustahilan yang selalu dia usahakan. Sekiranya
semesta sedang berbaik hati padanya, dia pun kembali bertemu lautan, tak hanya
bertemu, dia pun berlayar di tengahnya, dengan tujuan pulau seberang, ditemani
langit senja yang tak pernah bosan, dalam menawarkan keindahan.