Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Monday, April 24, 2017

Sebuah Cerita: Lautan, Senja, dan Aksara

Aku ingin bercerita tentang suatu masa, dimana ada seorang anak lelaki yang nekat pergi seorang diri, menuju rimba industri di sebuah kota kecil dekat ibu kota. Kota yang tak dikenalnya, kota yang tak pernah terlintas di kepalanya, kota yang berjarak delapan jam perjalanan dari kota asalnya, kota yang tak pernah disangka akan memberinya sebuah pengalaman langka, berlayar di bawah senja.


Berlayar di bawah senja, baginya adalah pengalaman yang langka. Dengan menikmati hiruk pikuknya deburan ombak, yang seolah saling bersahutan dengan deru mesin kapal, di tengah lautan, nikmat Tuhan mana yang dia dustakan? Sebagai orang asli pegunungan, lautan adalah khayalan yang sering dia impikan, selayaknya surga yang dirindukan, selayaknya kamu muara segala kerinduan, lautan adalah kemustahilan yang selalu dia usahakan. Sekiranya semesta sedang berbaik hati padanya, dia pun kembali bertemu lautan, tak hanya bertemu, dia pun berlayar di tengahnya, dengan tujuan pulau seberang, ditemani langit senja yang tak pernah bosan, dalam menawarkan keindahan.

Read More

Saturday, April 15, 2017

Tulisan Tanpa Arah

Akhir-akhir ini, saya merasa ada sebuah pusaran kasat mata yang menyedot segala bentuk semangat yang ada pada diri saya.

Dimulai pada suatu hari, dimana tanpa sengaja ada sebuah benda kasat mata yang datang dan menghantam tepat di tengkuk belakang kepala. Tanpa sengaja, keakuratannya telah memicu aktif sebuah lubang tersembunyi yang ada dalam diri saya, yang terbuka perlahan, menyedot segala sesuatu secara perlahan. Sekiranya, sejak hari itu saya merasa ada yang berubah, tanpa bisa dicegah. Terasa ada sesuatu yang salah.



Gejala pertama dimulai dengan enggannya mata terpejam di waktu malam. Lubang kecil terasa telah tercipta di balik sudut mata, yang kadang kala selalu menghantui lewat gelapnya. Gelap yang tak biasa, gelap yang mampu membuat kesadaran lari terbirit mengadu kepada kedua mata, untuk segera terbuka, dan mengerjap cepat meraba dan mencari saklar di pojokan kamar. Biasanya mata akan tetap terjaga sampai jelang waktu setengah dua, tepat dimana gerobak nasi goreng terakhir bergelegak jalannya, lewat tepat di depan jendela kamar saya.

Read More