Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Thursday, May 21, 2015

Surat Untuk Warung Blogger

Hretan RoÄ‘endan... feliç Aniversari ... Šťastné Narozeniny... gelukkige Verjaardag... Maligayang Kaarawan... Joyeux Anniversaire... Alles Gute Zum Geburtstag...  boldog Születésnapot... Breithlá shona... Buon Compleanno... Selamat Hari Lahir... Gratulerer Med Dagen... Wszystkiego Najlepszego Z Okazji Urodzin... feliz Cumpleaños... Grattis PÃ¥ Födelsedagen... Wilujeung Tepang Taun... Happy Birthday... Selamat Ulang Tahun Warung Blogger!

Di dunia tersedia banyak bahasa, namun khusus momen ini tulisan dengan banyak bahasa namun tetap satu arti juga. Selamat Ulang Tahun Warung Blogger! Semoga di umur yang ke 4 ini, Warung Blogger diberi kesuksesan dan semakin melebarkan sayapnya dalam menyebarkan gerakan #HappyBlogging ke seluruh Indonesia.

Read More

Friday, May 15, 2015

Surat Untuk Madu

Hai, Madu.
Ini aku Ara, teman lama (mantan kekasih)mu yang kau panggil Kopi, gara-gara namaku Mahmud Arabika. Arabika. Ya, Kopi Arabika, kopi yang jadi favorit ayahku dan jadi sumber rejeki keluargaku. Ya, ayahku adalah peramu kopi arabika, ayahku sangat menyukainya. Dan entah sebab apa, kita bertemu di kedai kopi di tengah kota. Rima Dunarsih, itulah namamu. Rima Dunarsih, ku plesetkan jadi Madu sesuai namamu riMA-Dunarsih. Dan kau pun tertawa menerimanya. Aku tertawa. Kita tertawa bersama.

Rabu malam setahun kemudian, di tempat yang sama, kau mungkin tak sadar hari itu akan menjadi pertemuan yang penting. Berbulan-bulan sudah ku tahan cintaku padamu, dan hari ini adalah hari yang tepat untuk mengutarakannya padamu. Aku bingung, harus bagaimana mengatakannya dan bagaimana cara mengutarakannya. Aku tak begitu ahli soal begini. Ketika berangkat aku bimbang, apakah mesti kubukakan seluruh perasaanku agar kau dapat mengetahuinya. Atau aku biarkan saja tertutup karena kau pasti bukan tak tahu, hanya saja barangkali aku sebenarnya yang tak tahu.

Read More

Wednesday, May 13, 2015

Kopi dan Madu

Malam kemarin adalah malam rabu, malam dimana kopi dan rindu yang menjadi kombinasi rasa yang baru. Rasa baru yang menjadikan hati dan pikiran menjadi tak menentu, tertutup awan kelabu. Seketika pahitnya kopi berubah sepahit cairan empedu. Membuat lidahku kelu, membuat mulutku tergugu, tergugu dan membisu. Tanpa bisa ditahan, tanpa bisa dicegah semua terjadi begitu saja, semua gara-gara kamu. Kamu, sosok wanita yang entah kenapa semesta mempertemukannya denganku. Aku tak tahu, tak tahu mengapa semesta memilihmu?

Manis laksana madu, itulah kesan pertama tatkala bertemu denganmu. Perkenalan singkat yang didominasi oleh senyumanmu. Senyum simpul yang begitu menghancurkan, meruntuhkan segala pondasi benteng pertahanan diri yang sudah berdiri di hatiku sejak dulu. Seketika lumer, seketika melebur menjadi satu. Itu karena kamu, kamu dan senyumanmu. Entah kenapa seketika lidahku menjadi kelu, tak bisa berkata, menjadi bisu.

Read More