Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Sunday, July 16, 2017

Bullying Itu Tidak Lucu

Pramoedya Ananta Toer dalam buku Bumi Manusia, pernah berkata bahwa, “Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan.”(*) Tapi bagaimana dengan mereka, mereka yang mengaku sebagai mahasiswa, dengan tega melakukan tindakan yang tercela. Menghina dan membully seorang mahasiswa juga yang kebetulan berbeda dengan mereka. Konon kabarnya, si korban hampir setiap hari menerima bully­an dari teman-teman kampusnya. Sedemikian kesalnya, si korban melemparkan tempat sampah ke arah pembully-nya. Dan, lebih menyedihkannya lagi adalah mahasiswa-mahasiswa lain yang melihatnya justru menertawakannya, seolah-olah itu merupakan hal yang biasa terjadi, dan dianggap lucu. Bullying itu tidak lucu, gaes!

Dan, lewat rekaman video berdurasi beberapa detik ini, seluruh dunia pun sadar bahwa sesungguhnya kegiatan bullying itu masih saja menghantui, terkhusus bagi mereka yang memiliki kekurangan dalam tubuhnya.

Ini videonya:
 Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=FNd8DcAQKBY 

Setelah menonton video ini, yang saya pikirkan cuma satu. “Sebenarnya, apa yang ada di pikiran mereka?” Kok tega-teganya membully sesama mahasiswa satu kampusnya sendiri, hanya karena kebetulan dia memiliki kekurangan pada tubuhnya. Sekiranya, pernahkah mereka berpikir bahwa dia (Korban) pun tidak pernah memiliki keinginan untuk terlahir sebagai seorang Tunagrahita?

Read More

Sunday, July 2, 2017

Tulisan Pertama di Bulan Juli

Setelah kesana kemari melakukan pencarian, akhirnya tiap orang akan kembali bertemu dengan sebuah tempat dimana ia memulai (pencarian) untuk kali pertama. – T.S. Elliot

Agenda sebelum kembali ke tanah rantau, adalah menata apa yang sudah ada. Termasuk menata rasa ikhlas untuk meninggalkan sementara kenangan bahagia yang terwakilkan oleh aksara, yang tertumpuk rapi di dalam lemari tua. Menatapnya, bagiku merupakan bahagia yang sederhana. Terasa sederhana, namun begitu nelangsa. Sekiranya andai aku bisa menambah waktu liburan lebih lama, dengan sangat rela, akan aku habiskan untuk membaca setumpuk buku baru yang belum terbaca. Atau setidaknya mengenang kembali kisah cinta Alamanda, di dalam buku Cantik itu luka.


Selain orang tua, tumpukan buku-buku inilah yang selalu mengingatkanku akan kata pulang. Mengingatkan akan sebuah mimpi lama, yang sampai sekarang belum terwujud juga. Rumah. Tempat segala rasa kembali berpulang, tempat merubah segala gundah menjadi remah-remah penuh hikmah, Rumah, tempat dimana segala lelah terasa begitu mudahnya, lenyap begitu saja. Dan tidak ada tempat yang paling menyenangkan daripada kampung halaman (rumah) dan tidak ada komunitas yang lebih ekslusif daripada keluarga.(*) Dan semua itu, untuk sementara hanya bisa aku temukan disini, di kampung halaman. Jauh di pelosok negeri.

Read More