Pada tempat
yang tak tercatat, dalam setiap perjalanan waktu. Ada saja satu atau dua doa
yang tersesat dan menetap, enggan beranjak, hanya untuk memberi jejak, bahwa
ada anak muda yang melintas dan menitipkan mereka pada tempat yang tak
tercatat. Jauh sebelum dia melanjutkan langkah, ada setitik harapan yang
perlahan memijar dari balik kegelapan matanya, yang bahkan orang buta pun tetap
bisa melihat betapa terangnya pijar yang kian membesar. Dalam setiap tindakannya,
harapan itu tampak nyata, namun apakah dia berhak untuk tetap memperjuangkan
harapannya? Meski tanpa kata, dia tetap saja diam dalam usahanya? Anak muda itu
adalah Aku.
Jauh dan
dekat adalah sebuah jarak yang relatif dan begitu tampak bentuknya oleh mata,
dan bisa diukur dengan angka-angka. Lalu, bagaimana dengan jarak antara harapan
dan kenyataan yang terkadang terasa begitu jauh dan dekat dalam satu waktu? Aku
seringkali bertanya-tanya, dan mengutarakannya pada setiap kata-kata yang tak
sempat aku ucap ketika aku merindu akan sosokmu. Namun, tahukah kamu? Jika aku
mengatakannya padamu, adalah suatu tindakan yang tak perlu. Itu akan terlihat seperti
sedang menggarami lautan, sungguh tindakan yang tidak perlu.