Seorang anak
muda tak sengaja terjebak dalam guyuran hujan sore hari. Hujan sore hari yang
mendadak datang mengguyur segala badan, tanpa sempat berkelit, dan basah
seketika. Hanya bisa mengumpat, “Persetan keparat!” begitu teriaknya.
Sumpah serapah begitu saja tercelat keluar dari mulutnya. Tak peduli pada
langit, tak peduli pada bumi, baginya hari ini adalah hari yang berat. Setelah
tercelat dari pekerjaannya, terpegat dari kekasihnya, dan kini digapyak dengan
hujan deras yang menambah derita. Ah konspirasi semesta, begitulah dalihnya. Ah
persetan tak peduli, kapan lagi menikmati hujan dua ruangan. Ruang hati dan
ruang semesta. Baginya itu terasa seperti menebar mimpi di antara tidurnya.
Gratis tak perlu malu pada gadis manis yang pernah jadi kenangan termanis.
Menangis dalam gerimis, ah nikmatnya.
Sastra Ananta
Fandhy Achmad R
September 17, 2015
38 comments