Tidak ada waktu untuk rekreasi dan menyalurkan hobi, bahkan untuk mengeluh pun sudah tidak punya waktu lagi, selengkapnya ada disini
Tidak ada waktu untuk rekreasi dan menyalurkan hobi, bahkan untuk mengeluh pun sudah tidak punya waktu lagi.
It took all the strength, I had just not to fall apart. I’m trying hard to mend the pieces of my broken heart. And, I spent so many nights just feeling sorry to myself. I used to cry, but now I hold my head up high.~~ (Cake – I Will Survive)
Sedari kecil, saya diajarkan untuk hidup sederhana, bukan ala kadarnya tapi sederhana. Sederhana dalam arti yang sebenarnya, Jika yang ada tersedia itu merk A, kenapa harus repot-repot dan memaksa mencari untuk merk B? Ya begitulah adanya. Sesederhana itu. Pelajaran yang diajarkan oleh orang tua, tetap saya ingat sampai kini.
Bahkan beberapa keinginan yang saya punya, itu sebenarnya sangat biasa, dan sangat sederhana. Bagi sebagian orang, keinginan yang saya punya begitu biasa, begitu normal seperti orang yang lainnya. Hidup bahagia, tenang tentram, berkeluarga, dengan beberapa anak, dan memiliki pekerjaan tetap. Sungguh biasa sekali bukan? Ya memang begitulah adanya, sesederhana itu. Hanya saja terkadang semesta dan takdir membuat hal itu semua menjadi tidak sederhana. Terkadang ada saja bumbu-bumbu drama dan berbagai macam tambahan kejadian yang membuat hidup kian berwarna. Ya begitulah hidup.
Entah
kenapa tangan terasa begitu kaku dalam meramu kata, tak seluwes dulu, tak
segesit dahulu, semuanya jadi tampak begitu berbeda, sedangkan saya, sedari
dulu tidak ada bedanya, hanya beda tempat kerja saja.
Tampak di seberang jalan, berderet rumah-rumah dinas perusahaan, tempat dimana saya pernah bermimpi untuk menjadi karyawan tetapnya. Setidaknya target saya gantungkan target menjadi karyawan tetap di tahun kelima. Tapi sayang seribu sayang, pandemi datang, menyapu semuanya, termasuk mimpi saya. Tidak hanya menyapu mimpi saya, sekaligus menenggelamkan karir yang telah berjalan lebih dari empat tahun, dan kini seharusnya sudah masuk tahun kelima. Namun begitulah kehidupan, selalu saja menawarkan kejutan.
Banyak orang yang beruntung dan memiliki kesempatan untuk menyiapkan diri terlebiih dahulu sebelum mengajukan pengunduran diri. Entah karena sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih menarik gajinya, atau jam kerjanya. Namun sayangnya, hal itu tidak berlaku kepada saya. Saya dan dia, tentu punya takdir dan rejeki yang berbeda, jika saya hanya berdiam, merutuki diri dan membanding-bandingkan nasib dengan orang lain, semua hanya buang-buang waktu saja. Tidak ada gunanya.
Kanan kiri, sana sini, berbagai perusahaan sudah saya kirimkan lamaran pekerjaan. Banyak yang merespon dengan penolakan, banyak juga yang tidak merespon. Brengseknya, sekalinya merespon, responnya datang di waktu saya sudah mendapatkan pekerjaan. Brengsek betul. Banyak hal yang tidak pasti di dunia ini, termasuk soal gaji. Untuk soal ini, entah kenapa saya tidak terlalu berani dalam berjudi. Bukan karena masalah besarnya gaji atau jam kerja yang menyiutkan nyali, tapi karena sebuah komitmen dalam diri, yang mana egala sesuatunya itu sudah ada yang mengatur semuanya. Sederhana sekali hidup saya. Tidak banyak neko-neko.
Tidak banyak yang bisa saya lakukan, selain bangkit kembali setiap kali terjatuh. Tidak ada alasan untuk saya berdiam di pojokan, dan memaki-maki semua hal yang telah terjadi, sekaligus merutuki nasib buruk yang menimpa diri. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal yang tidak perlu, urusan orang lain itu sudah menjadi urusan mereka sendiri, buat apa pula saya mencampuri urusan mereka, meskipun terkadang bedebah juga, ketika melihat mereka mencoba mengurusi hidup saya. Merecoki kehidupan saya dengan berbagai macam drama, yang sudah saya anggap sebagai angin lalu saja, masuk kuping kiri, keluar kuping kanan, sesederhana itu, sesimpel itu.
It took all the strength, I had just not to fall apart. I’m trying hard to mend the pieces of my broken heart. And, I spent so many nights just feeling sorry to myself. I used to cry, but now I hold my head up high.
Jauh di dalam ingatan, berkelip berbagai macam peristiwa yang melintas begitu saja. Menciptakan jejak nostalgia, yang seringkali menerbangkan kupu-kupu di dalam dada, tapi seringkali pula menaburkan garam pada luka yang kembali menganga, tatkala berusaha kembali untuk mengingatnya. Untuk membiasakannya, membutuhkan waktu yang cukup lama. Saya hanya berusaha untuk tetap bertahan, tetap tabah menghadapi semuanya. Mencoba untuk tidak menginjak pecahan-pecahan remuknya mimpi, agar tidak lagi melukai diri. Seringkali, saya masih mengingat kembali, masa-masa di perusahaan lama, masa dimana segalanya tampak baik-baik saja, sampai semuanya musnah oleh wabah.
Saya ingin menangis,
jujur saja, saya seringkali ingin menangis. Menangis dengan sederhana. Menangisi
semuanya dengan segenap rasa. Tanpa malu akan kumis yang sudah menggurita.
Tanpa malu kepada umur yang sebentar lagi berkepala tiga. Saya hanya ingin
menangis dengan sederhana. Menangis yang bisa menciptakan kelegaan pada jiwa,
membebaskan segala rasa, meluruhkan beban di pundak, sekaligus mengingatkan
saya, bahwa saya juga manusia biasa.
Karawang, 12 Oktober 2021
Terkadang hidup bisa sedemikian tidak jelasnya, jika hanya dihabiskan untuk mencari penjelasan tentang apa yang tidak jelas dalam hidup. Karena semakin banyak mencoba untuk mencari penjelasan, maka semakin banyak pula hal-hal tidak jelas yang meminta penjelasan. Hidup memang seperti itu, apalagi jika hidup di suatu negara yang sangat indah dan selalu disirami cahaya matahari setiap tahunnya.
Tidak ada keluarga yang sempurna, tapi bagi saya, keluarga adalah tempat terbaik untuk kembali. Kembali dari tanah rantau, untuk menata diri, untuk menjaga tali silaturahmi, agar tetap terjaga dan terajut rapi.
Tengah Malam,
Terlalu banyak pikiran yang tidak bisa ditangguhkan ketika kehilangan pekerjaan. Apalagi hal itu terjadi di tengah pandemi. Kehilangan pekerjaan sungguh menyakitkan, tidak bisa dibayangkan jika hal itu bisa memberi bekas yang begitu dalam. Dibandingkan dengan kehilangan kekasih di masa muda, kehilangan pekerjaan di saat-saat seperti ini terasa jauh lebih menyesakkan. Kehilangan pekerjaan dan proses mencari pekerjaan bisa membuat isi kepala berputar setiap harinya. Tidak jarang, hal itu menciptakan perasaan insecure pada diri sendiri, dan menjadikannya overthinking yang berlebihan ketika menyadari bahwa sampai saat ini surat lamaran pekerjaan tidak kunjung mendapatkan balasan.
Sebelas dua belas, berjarak tidak lebih dua puluh empat jam. Terarak begitu banyak beban yang mengusik pikiran, perihal berbagai macam keluhan yang tak sempat ditunjukkan. Kepada dunia, kepada mereka, yang menganggap semua tampak baik-baik saja. Tidak banyak yang tersisa, di hari dia bertambah usia, kecuali sejumput harapan yang dia kumpulkan secara perlahan, dari tiap remah-remah kenyataan yang tak kepalang tanggung membuatnya berpikir sebelas dua belas kali lebih banyak dari biasanya. Tidak banyak yang tersisa, tapi tidak apa, yang terpenting masih ada sisa. Sisa-sisa harapan yang bisa dia bangkitkan selayaknya foniks yang bangkit dari abu.
Minggu pertama di bulan Maret, tidak banyak yang terjadi, hanya ada sedikit jeda yang tercipta oleh kata demi kata yang terangkai menjadi sebuah cerita, cerita yang telah lama usai. Tidak banyak yang perlu diperdebatkan, tidak perlu dipermasalahkan, semua orang punya cerita-cerita lama. Tidak bisa dilupakan tidak bisa diabaikan, semuanya melekat erat pada ingatan. Banyak yang menolak lupa, banyak pula yang menolak ingat, semuanya sama saja. Menjaga cerita-cerita itu tetap di kepala, selamanya. Kecuali, jika dirimu terkena amnesia.
Perkembangan teknologi yang semakin maju, memberi kemudahan bagi setiap manusia untuk menjalani kehidupannya. Kemajuan teknologi menawarkan banyak kemudahan yang bisa dimanfaatkan, seperti munculnya berbagai situs dan aplikasi pendidikan online yang mengajarkan berbagai kaidah ilmu. Ilmu yang ditawarkan tidak hanya soal ilmu materi saja, namun juga ilmu softskill yang sangat berguna bagi kehidupan ataupun untuk keperluan pekerjaan, salah satunya adalah Skill Academy.
Apa itu SkillAcademy?
Skill Academy adalah salah satu program milik Ruangguru yang mana di dalamnya terdapat berbagai pembelajaran materi tentang skill yang berkaitan dengan proses peningkatan kemampuan profesional seseorang. Skill Academy memiliki beberapa kelas yang berkaitan dengan berbagai bidang kajian profesional. Seperti tentang bagaimana strategi penjualan, bagaimana strategi digital marketing, bagaimana tips dan trik dalam merangkai kata untuk meningkatkan penjualan, ada pula kelas yang menawarkan tentang bagaimana mengolah dan menganalisis data menggunakan Microsoft Excel.
Semuanya bermula, pada suatu hari ketika aku mendapatkan undangan wawancara kerja di Bekasi.
Pada awalnya, aku sangat ketakutan ketika melihat segala kekacauan yang ada di kepalaku. Kekacauan yang ditimbulkan oleh kenyataan, perihal hasil Test Antigen yang mengatakan bahwa aku reaktif Covid-19. Dan, harus segera melakukan Test Swab untuk memastikan semuanya. Pada titik ini, tidak ada lagi yang bisa aku harapkan dari rencana pulang kampung untuk menikmati waktu liburan akhir tahun, karena kemungkinan untuk mendapatkan hasil swab negatif itu seperti mengharapkan ayam mengeong, mustahil. Tapi, bagaimana lagi? Karena memang begitulah prosedurnya, siapa saja yang akan menggunakan moda transportasi publik diharuskan memiliki bukti hasil test antigen negatif.
Tidak ada yang bisa dijelaskan lagi, ketika hasil swab keluar. Dan, memang benar adanya, hasilnya menunjukkan bahwa aku positif Covid-19. Tidak ada yang bisa aku jelaskan lagi, perihal apa yang ada di kepalaku saat itu. Segalanya hening, segalanya sunyi, bahkan kekacauan yang timbul di hari kemarin setelah melihat hasil test antigen pun tidak ada lagi. Aku tidak merasakan apa-apa. Bahkan keinginan untuk menangis pun tidak ada. Segalanya hening, segalanya sunyi, segala kosong. Sampai kekosongan itu tergantikan oleh suara isak tangis istri, yang terdengar dari ruang tamu. Ya, sembari menunggu hasil swab keluar, aku dan istri sudah jaga jarak, tidur pun terpisah. Sungguh Demi Neptunus, pedih sekali melihat istriku menangis karena melihat hasil swabku yang positif Covid-19. Hati kian pedih, tatkala harus menerima kenyataan bahwa aku tidak bisa memeluk istriku, sekedar untuk menenangkannya dan menghiburnya. Puji syukur, hasil swab istriku itu negatif. Jadi, hanya aku saja yang positif Covid-19.
Makna Kehidupan*
Diri yang
bercerita menjadi bintang dalam artikel “A
Problem”, karya Jorge Luis Borges. Artikel ini tentang Don Quixote, sosok
pahlawan yang menjadi judul novel terkenal Miguel Cervantes. Don Quixote
menciptakan dunia imajiner bagi dirinya sendiri, yang di dalamnya dia menjadi
pahlawan legendaris, maju memerangi raksasa dan menyelamatkan Putri Dulcinea
del Toboso. Dalam realitasnya, Don Quixote adalah Alonso Quixano, seorang
lelaki tua dari dusun; sedangkan putri Dulcinea adalah perempuan petani miskin
dari desa tetangga; dan raksasa-raksasa adalah kincir-kincir angin.
Borges bertanya-tanya, apa yang terjadi jika dengan keyakinan dalam fantasi-fantasi itu, Don Quixote menyerang dan membunuh orang sungguhan? Borges menanyakan sebuah pertanyaan fundamental tentan kondisi manusi: Apa yang terjadi bila benang-benang yang dipintal oleh diri kita yang bercerita menyebabkan gangguan berbahaya bagi diri kita dan orang di sekitar kita? Ada tiga kemungkinan utama; kata Borges.