Pada akhirnya tidak ada yang ditulis, meskipun sedari tadi banyak sekali hal-hal yang ingin ditulis.
Oktober, berjalan seperti bulan-bulan sebelumnya, terlalu biasa, terlalu monoton, terlalu banyak drama kehidupan yang melebihi sinetron. Segala sesuatunya seperti lagu lama yang diputar berulang kali, sampai bosan. Mengharapkan perubahan dengan segala perubahan tanpa kepastian seperti halnya sedang menggarami lautan, tak ada gunanya, tak ada faedahnya, hanya buang-buang waktu saja. Namun, bukankah kehidupan terkadang hanya sebatas menghabiskan waktu saja?
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa pada akhirnya merasakan juga apa yang disebut masa “Habis semuanya”. Habis semuanya, masa dimana segala kebutuhan keluarga tidak ada lagi yang tersisa, habis semuanya dalam waktu yang sama. Mulai dari beras, gas, lauk pauk, air galon, token listrik, bensin motor hingga pulsa.
Tidak pernah terbayangkan betapa rasanya yang sebegitu menyedihkan dan sebegitu nelangsanya, sampai sekiranya untuk mencukupi semuanya belum bisa seutuhnya. Beberapa barang sudah dijual, mulai dari yang sederhana, sampai beberapa peralatan elektronik sudah terjual. Bahkan beberapa buku koleksi pribadi, diantaranya buku-buku langka pun terpaksa dijual demi mencukupi kebutuhan keluarga.
Ketiadaan pekerjaan, menjadi penyebab utamanya. Tidak memiliki pekerjaan, tentu saja tidak ada penghasilan. Sedangkan kebutuhan keluarga selalu ada setiap harinya, kompor di dapur harus setiap hari mengepul. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, segalanya habis, bahkan untuk mencukupi kebutuhan yang sederhana akan beras pun pikiran berputar keras.
Dalam usaha yang
sia-sia, sebaris kalimat dituliskan dengan tergesa. Seolah hendak menutupi kenyataan
bahwa segala sesuatu kini tak lagi sama. Beberapa kalimat yang terbaca terdiri
dari beberapa kata yang tak lagi memiliki makna. Jauh sebelum segala sesuatunya
menjadi nyata, namun kini tiba-tiba keputusasaan begitu terasa, dengan
kebangkrutan seketika menjelma menjadi burung bangkai yang terbang mengitari
dirinya yang kini penuh dengan rasa putus asa.
Putus asa yang tak terjelaskan oleh dunianya, dunia yang kini secara pasti nyaris ditelan bulat-bulat oleh kenyataan yang begitu pahit. Sebulan terakhir tidak banyak variasi yang muncul dari dunianya, selain tulisan bernada sama, dengan tema yang tak jauh berbeda, yang semuanya diakhiri dengan lampiran daftar riwayat hidupnya. Menulis lamaran kerja.
Ada begitu banyak lagu yang berputar di dalam kepala. Beberapa di antara mendengungkan nada-nada dan menyamarkan luka dalam kata-kata. Liriknya seringkali terdengar gembira, meski nyatanya seringkali terdengar liris penuh nestapa.
Terlebih bila hujan sedang melanda, hal-hal yang begitu sederhana bisa dengan mudah memancing ingatan-ingatan penuh romantika. Tidak jarang kenangan penuh luka menghanyut begitu saja, mengikuti air hujan dan bermuara pada hati yang perlahan kembali basah, oleh luka, oleh kenangan, oleh kisah lama, oleh semuanya.
Sesekali terdengar guntur menyambar, sesekali terdengar percik dan suara bisik yang tersamar sempurna di balik irama lagu. Tidak banyak yang tahu, bila ada satu dua lagu, sangat dihindarinya namun sudah sebegitu dihapalnya di luar kepala. Bukan karena tidak suka, namun karena lagu-lagu itu begitu spesial untuknya. Terlalu sakit untuk diingat, terlalu manis untuk dilupakan.
Malam itu, Dia mengajakmu pergi. Malam dimana seharusnya menjadi waktu untuk mengumpulkan kembali rasa-rasa yang sempat tercerai berai oleh jarak. Terlihat dari jauh, dirimu masuk ke dalam mobil lelaki asing, tertawa dan bersenda gurau seolah kalian sudah begitu dekat. Sejak kapan? Entah, bahkan cerita tentangnya pun tak pernah.
Terbayang kembali semuanya di dalam kepala, sesekali dalam mimpi, ada sosok yang datang ke dalam mimpi. Dirinya terlihat samar, tidak jelas dirinya siapa, namun suaranya begitu familiar, suara yang seringkali membuat sadar akan siapa sebenarnya.
Esok hari, adalah waktu yang dijanjikan, bagi siapa saja yang percaya. Percaya akan kekuatan lagu, yang bisa membuatmu lupa akan luka, yang bisa membuatmu tertawa dalam derai air tawa. Banyak rasa yang ditawarkan, tinggal bagaimana dirimu memilih lagu yang tepat. Hanya saja, sayangnya, dirimu payah dalam memilih lagu.
Sendirian menatap langit malam, berharap segalanya menguar ke udara, masih saja tak ada bedanya. Keheningan masih menggantung di udara, ketika kemudian terlihat sorot cahaya dari kejauhan. Sorot cahaya dari lampu mobil, mobil yang tadi membawamu pergi. Kini sudah kembali lagi. Heran, begitu cepat mereka kembali, atau sudah terlalu lama dirinya terpaku menatap langit?
Tidak banyak yang dilihatnya, karena cahaya tiba-tiba padam, dan yang tersisa hanyalah bayangan-bayangan samar dua manusia yang sepertinya masih di dalam mobil, entah melakukan apa. Sampai kemudian terdengar suara pintu mobil yang terbuka, dan diikuti dengan suara mesin mobil yang menyala. Sorot cahaya mengagetkanmu, dan menyadarkanmu bahwa yang tersisa kini hanyalah kegelapan dan kegelapan.
Segalanya sudah menjadi gelap, termasuk hubunganmu yang kini sudah semakin gelap. Tidak jelas mau diapakan lagi. Sepertinya sudah tidak ada harapan lagi.
Terkadang mimpi yang begitu indah tapi tak terwujud, ya sudahlah.
Kadang-kadang ia
bertanya dalam hati, terutama di musim kering, ketika cuaca malam begitu cerah,
tentang negeri-negeri liar di luar sana, yang tak pernah terjamah dan hanya
bisa terpetakan oleh imajinasinya. Tentang bagaimana negeri-negeri itu mendapatkan
kiriman bulir-bulir putih dari langit, yang terkadang diiringi dengan jatuhnya
reruntuhan langit yang sering membuat penduduknya menggigil dalam tidurnya.
Membayangkan bagaimana pemandangan pagi yang ditawarkan oleh alamnya, tentang bagaimana keadaan langit pagi yang semburat merahnya begitu berbeda dengan apa yang ada di negerinya. Belum lagi perihal gunung-gunung yang berjejer di balik hutan yang jarang dijamah oleh penduduknya, karena mereka percaya, hutan tempatnya para penyihir dan makhluk-makhluk aneh yang suka memangsa siapa saja yang memasuki wilayahnya.
Beberapa deterjen menawarkan berbagai manfaat yang konon lebih unggul dari deterjen yang lainnya. Ada harga ada guna, begitu juga sebaliknya. Namun, ada kelemahannya juga, beberapa deterjen bahkan akan membuat tangan kasar apabila ketika digunakan dalam mencuci pakaian tidak bersih dalam membilasnya, sehingga bekas-bekas deterjen menempel di baju. Dan, ketika tidak kering, akan menimbulkan aroma yang aduhai betul tidak sedapnya.
Lalu bagaimana caranya agar tidak muncul aroma tidak sedap dari jemuran yang tidak kering?
Tentu yang dibutuhkan adalah pelembut pakaian dan pewangi pakaian. Pelembut pakaian dan Pewangi pakaian yang memiliki aroma harum dan tahan lama tentu akan membuat kepercayaan diri semakin bertambah. Apalagi ditambah dengan cuaca yang tidak menentu, pemilihan Pelembut Pakaian dan Pewangi Pakaian yang tepat bisa menjadi solusi untuk menghindarkan munculnya aroma tidak sedap dari pakaian yang tidak kering. Dan, pelembut pakaian dan pewangi pakaian terbaik itu: Molto Korean Strawberry Perfume Boost
Molto Korean Strawberry Perfume Boost
Molto Korean
Strawberry Perfume Boost menjadi pilihan sebagai Pewangi Pakaian dan Pelembut Pakaian,
karena menawarkan aroma rasa wangi nan manis yang menyegarkan dan memberikan
perlindungan terhadap tujuh bau membandel (Bau Apek, Bau Amis, Bau Bawang, Bau
Keringat, Bau Asap, Bau Polusi, serta Bau Badan) dan lebih tahan lama tujuh kali
lipat dibandingkan dengan merk lain, sekaligus memberi manfaat dalam
melembutkan pakaian. Dan, Molto Korean Strawberry Perfume Boost menjadi pilihan
terbaik bagi pelembut pakaian keluarga sekaligus pewangi pakaian keluarga saya.
Molto Korean Strawberry Perfume Boost tersedia dalam bentuk pouch berukuran 680ml dan bisa didapat melalui supermarket terdekat ataupun bisa didapat melalui E-Commerce (Tokopedia, Shoppe, atau JD.ID) dengan harga Rp 16.900,-. Selain itu ada kemasan praktisnya, untuk kemasan 9ml dengan harga Rp 500,-. Setiap pembelian 12 sachet kemasan 9ml akan mendapat bonus 1 sachet kemasan 9ml.
Molto Korean Strawberry Perfume Boost, aroma wangi yang ditimbulkan terkadang mengingatkan pada kisah cinta khas drama korea, manis, wangi nan mewah. Hal ini menjadikan Molto Korean Strawberry Perfume Boost sebagai Pewangi Pakaian Korea dan pelembut pakaian korea terbaik untuk keluarga.
Ternyata masih ada produk lain dari Unilever yang bernuansa Korea Strawberry, antara lain:
Rinso Korean Strawberry Powder 700gram
Rinso Korean Strawberry bisa
menghilangkan bau tidak sedap dan bau apek pada pakaian. Bisa menghilangkan noda
dan kotoran dalam sekali kucek. Menjaga kecemerlangan warna pakaian. Dengan
ekstra pelembut yang terkandung di dalamnya bisa membuat pakaian lebih lembut
dan halus, serta terasa lebih lembut dan tidak panas di tangan.
Wangi aromanya bisa tahan selama 21
hari dan dengan tingkat keefektifitas 99,99% dalam membunuh bakteri dan virus, Rinso
Korean Strawberry Powder 700gram bisa memberikan perlindungan efektif bagi
kesehatan keluarga.
Sunlight Extra Korean Strawberry
Dengan hadirnya
produk ini, kegiatan mencuci piring bisa semakin mudah dan menyenangkan.
Apalagi dengan ekstrak jeruk nipis asli yang terkandung di dalamnya, terbukti
secara ampuh dalam bersihkan lemak dan kotoran. Dengan kesegaran Korea Strawberry
membuat piring bersih kesat dengan kesegara khas korea.
Sunlight Extra
Korean Strawberry bisa didapat dengan di supermarket terdekat dengan harga Rp
13.500,-
Super Pell Korean Strawberry
Dan produk
terakhir dari Unilever yang mengusung Korean Strawberry adalah Supper Pell
Korean Strawberry, yang dengan teknologi power clean memudahkan dalam membersihkan
lantai secara optimal.
Belum lagi dengan
aroma Korea Strawberry yang memberikan aroma wangi yang menyegarkan, dan
wanginya awet tahan lama sampai 8 jam. Mantap sekali ya.
Jadi, tunggu apa
lagi?
Langsung pesan dan
beli semua produknya dan rasakan sensasi wangi manis dan segar Korea Strawberry.
Selamat mencoba.
Setiap hari raya, banyak pertanyaan yang bisa ditanyakan, tapi mengapa seluruh pertanyaan harus berpusat pada pertanyaan yang dimulai dengan “Kapan?”.
Tidak ada yang mengetahuinya sejak kapan semua ini berawal. Setidaknya sampai pertanyaan kapan mulai ditanyakan kapan. Pusing? Iya, sama.
Tiga puluh satu
tahun yang lalu berdirilah sebuah perusahaan nasional yang bergerak di bidang
pengiriman dan pendistribusian barang, perusahaan itu adalah JNE. Dengan mengusung
Tagline “Connecting Happiness”, JNE
didirikan dengan memiliki tujuan untuk memberikan banyak manfaat dan
menyebarkan kebahagiaan bagi semua orang. Dengan pelayanan pengiriman dan
pendistribusian barang yang optimal, diharapkan mampu membantu masyarakat dalam
mengembangkan bisnis yang mereka miliki.
Perkembangan jaman
yang semakin maju, menciptakan kesempatan yang luas bagi pengembangan bisnis
milik masyarakat. JNE hadir di tengah masyarakat, dengan komitmen untuk
membantu dan berkontribusi nyata dalam kemajuan perekonomian negara. Dengan
kualitas pelayanan yang mumpuni, JNE memiliki kesempatan untuk mengembangankan
bisnisnya juga. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pemisahan Divisi Logistik
menjadi unit usaha tersendiri dan terpisah dari unit kurir ekspress di tahun
2012. Kemudian, dilanjutkan dengan ekspansi di bidang logistic yang berfokus
pada layanan pergudangan, kargo, pengiriman barang untuk segala medan, baik
melalui udara, darat, dan laut di tahun 2013.
Senin, akhir bulan Januari, kamu mendapatkan sebuah panggilan dari nomor tak dikenal. Nomor yang tidak disangka-sangka akan memberimu harapan perihal masa depan yang menjanjikan. Setidaknya sampai saat itu, dirimu merasakan bahwa Dewi Fortuna sedang berpaling padamu, dan menawarkan keberuntungan yang ditunggu-tunggu. Seseorang menelponmu dengan nomor tak dikenal, yang suaranya mengingatkanmu pada tetanggamu. Tanpa curiga, kamu menyebutkan nama tetanggamu itu, yang dilanjutkan dengan persetujuan yang melanjutkan pada sebuah berita. Berita bahagia, atau lebih tepatnya kesempatan langka, begitu pikirmu, saat itu.
Lewat telepon yang berdering berulang kali, Dia menawarkan padamu sebuah kesempatan bisnis yang menurutmu Tidak ada salahnya untuk dicoba. Semuanya dijelaskan olehnya, perihal jenis, perihal harga, perihal segala tetekbengeknya bisnis yang ditawarkannya. Semuanya diawali oleh cerita, perihal saudaranya yang sedang terlilit masalah hutang dengan bank dan tidak membayarkan pinjaman bank. Alhasil, saudaranya itu terpaksa melelang seluruh asetnya, termasuk toko elektronik yang dimilikinya. Sampai titik ini, dirimu masih mendengarkan, sampai kemudian dia menawarkan, sebuah ide untuk membeli asset eletronik yang ada di toko saudaranya dengan separuh harga, lalu menjualnya lagi dengan harga normal. Betapa menguntungkannya, pikirmu saat itu, tanpa curiga, kamu setuju saja.
Entah kenapa, kamu mudah percaya, dan iya-iya saja. Termasuk ketika orang yang mengaku tetanggamu itu memberi nomor orang yang juga tak dikenal olehmu. Kamu diminta untuk mengaku sebagai sodaranya tetanggamu yang asetnya disita oleh bank. Dan, bodohnya, kamu iya iya saja, seolah di kepalamu yang dipikirkan hanya keuntungan semata.
0852xxxxx509, Ini nomor juragan elektronik di Roxy, begitu katanya.
Telpon saja, dia kenalanku, dia lagi butuh barang elektronik
untuk mengisi lagi tokonya, lanjutnya.
Tanpa curiga, kamu telpon itu nomor. Tersambung, dan terdengarlah suara seorang lelaki dengan logat mandarin kental, dia mengenalkan dirinya sebagai Koh A Siong, juragan elektronik di Roxy, kenalan tetanggamu. Terjadilah percakapan seputar bisnis yang entah kenapa juga, kamu iya-iya saja, dan seolah tersetir oleh perbincangan dengan Koh A Siong. Dirimu seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, yang menurut apa saja yang diminta oleh dia. Bolak-balik kamu telpon tetanggamu dan Koh A Siong, membicarakan perihal harga, membicarakan perihal bisnis, dan seterusnya.
Sampai pada akhirnya, Koh A Siong menyimpulkan bahwa dirinya mau pesan beberapa jenis elektronik dengan total semuanya sampai lebih dua ratus juta. Sedangkan modal awalnya, hanya seratus dua puluh juta. Selisihnya sekitar delapan puluh juta, lalu dibagi dua dengan tetanggamu. Hasilnya sekitar empat puluh juta, untuk tiap orang. Yasalam menguntungkan sekali. Di momen ini, logikamu sudah mati, isi kepalamu sudah tidak waras lagi. Di kepalamu hanya ada angka-angka keuntungan yang akan didapatkan. Semua itu membuatmu tidak waspada, sampai pada akhirnya tetanggamu menelpon lagi, dan mengatakan bahwa modalnya itu kurang sekian belas juta. Lalu, kamu diminta mencari sisanya itu, dan bodohnya kamu menurutinya. Kamu sampai rela meminjam uang kepada sodaramu, kepada perusahaan istrimu.
Pada momen ini, kamu masih belum sadar, kepalamu masih disibukkan oleh informasi-informasi terbaru yang diberikan oleh tetanggamu dan Koh A Siong. Kepalamu dipaksa mencerna segala informasi yang ada, tanpa mencurigai perihal nomor rekening yang diberikan tetanggamu, yang ternyata nomor rekeningnya tidak sesuai dengan nama tetanggamu. Bedebahnya, tetanggamu berkilah bahwa itu nomor rekening bank milik bendahara bank yang mengurusi pelelangan bank. Bodohnya lagi, dirimu iya-iya saja tanpa curiga. Sampai akhirnya dirimu setuju mentransfer uang sekian belas juta ke rekening tadi. Masih tanpa curiga, dirimu masih sibuk telpon dengan keduanya. Dan, akhirnya kamu berjanji untuk bertemu di depan lobi salah satu mall di ibu kota. Kamu menyetujuinya.
Siang itu begitu panas menyengat, dana kamu begitu semangat. Memacu kendaraan dengan sekencang-kencangnya, menuju Stasiun KRL terdekat, menuju Ibu Kota. Lewat jam makan siang, dirimu masih di dalam KRL, dan telponmu berdering, tetanggamu mengabarkan bahwa modalnya masih kurang tiga juta lagi, lalu kamu diminta untuk mencarikan lagi karena jika modal tidak mencukupi maka transaksi batal. Dalam kepanikan yang mendadak kamu menelpon sodaramu untuk meminjam uang lagi, dan mudah saja, sodaramu memberi pinjaman, tanpa curiga. Lalu, setelah uang terkumpul, lalu kamu telpon lagi tetanggamu itu untuk mengabarkan bahwa uangnya sudah ada, lalu kamu diminta untuk lekas mentransfernya ketika sudah sampai di Ibu Kota.
Tak berselang lama, Koh A Siong menelpon dan menanyakan dirimu sedang apa, lagi dimana, sama siapa, semalam berbuat apa, lalu kamu menjawab bahwa itu lirik lagu Yolanda. Sialan! Bukan itu maksud saya. Kamu menjawab bahwa sekarang kamu sedang di perjalanan. Dia menjawab oke-oke, ditunggu ya. Kabar-kabar saja kalau sudah sampai. Sampai disitu, kamu masih belum curiga. Setelah turun dari kereta, kamu lekas mengabari tetanggamu itu, bahwa kamu sudah sampai di Ibu Kota. Dia memintamu untuk lekas mentransfer uang kurangnya tadi karena ini bendahara sudah menanyakan mau bagaimana. Tanpa pikir panjang, kamu menuju atm terdekat, dan lekas mentransfer sesuai nominal yang dia minta. Dirimu kemudian diminta untuk menunggu di depan lobi, salah satu mall di ibu kota.
Sesampainya di depan lobi, kamu menelpon tetanggamu, lalu kamu diminta menunggu, karena tetanggamu beralasan sedang mengemas barang-barang yang dipesan Koh A Siong. Tak berselang lama, Koh A Siong menelponmu, dan menanyakan kamu ada dimana. Masih dalam perjalanan menjadi alasanmu, terjebak macet, begitu kilahmu. Panik, kamu mengabari tetanggamu, dan mendapati nomor tetanggamu itu sudah tidak aktif lagi. Berulang kali, kamu menelpon nomor tetanggamu, tapi hasilnya sama saja, nomornya sudah tidak aktif. Dicoba lagi, lagi, dan lagi, suara yang sama menjadi jawabannya:
Mohon maaf, nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif. Mohon dicoba sekali lagi.
Kamu berdiri sendiri di tengah lobi, di salah satu mall di ibu kota. Siang itu, lobi begitu ramai pengunjung, semua saling berseliweran di depanmu, tidak ada yang mengenalmu, tidak ada yang ingin tahu apa urusanmu. Semua lewat begitu saja, di depanmu, bagaikan ingatan-ingatan yang pada akhirnya menyeretmu sampai ke ibu kota. Ingatan yang menyadarkan, ingatan yang melemparkan kembali kesadaran dan logika yang tadi entah kemana. Semakin lama kamu menunggu, semakin besar kepanikan yang tercipta. Dicoba telpon tetanggamu sekali lagi, tapi jawabannya tetap sama saja, nomornya sudah tidak aktif.
Pada akhirnya, hari itu datang juga. Hari dimana kamu harus merasakan rasa yang begitu kamu takutkan selama ini. Kena Tipu. Iya, hari itu kamu kena tipu.
Uang sekian belas
juta yang kamu pinjam dari sodaramu, dari perusahaan istrimu, sudah dibawa lari
oleh orang yang mengaku tetanggamu. Tanpa membuang tempo, kamu lekas menuju ke
bank terdekat untuk mengabarkan perihal kasus yang menimpamu dan meminta bank
untuk memblokir nomor rekening yang diberi tetanggamu. Namun, bank sudah tutup,
dan satpam bank menjelaskan kepadamu, jika ingin memblokir rekening orang, harus
memiliki suraat laporan dari kepolisian. Dan, ketika kamu di kepolisian, kamu
mendapatkan fakta yang mana akan sangat sulit mengharapkan uangmu kembali.
Karena di kepolisian pun sudah banyak orang mengantri, karena menjadi korban
penipuan juga. Pulang dengan tangan hampa, pulang dengan membawa kesadaran yang
nyata, kesadaran bahwa dirimu baru saja kena tipu.
Kesedihan berubah bentuk, tapi tidak pernah berakhir. Orang-orang seringkali salah paham akan hal itu. Bahwa katanya, apa yang hilang akan tetap hilang, dan tidak akan pernah kembali lagi. Seperti halnya ketika kamu kena tipu. Mereka keliru, ketika kamu kena tipu, maka yang bisa merasakan itu hanyalah dirimu. Orang lain hanya menyediakan simpati dan empati untukmu, tapi tidak akan paham apa yang hanya bisa dirasakan olehmu.
Olehmu, yang baru saja kena tipu.
Banyak orang yang mengeluhkan tidak bisa tidur di waktu malam. Banyak yang mengatakan bahwa Overthinking menjadi penyebab utamanya.
Cara mengatasi Overthinking sebenarnya sungguh sederhana;
Dengan tidak memikirkannya sama sekali.
Karena semakin lama overthinking dipikirkan yang ada malah memunculkan overthinking yang lainnya, semakin overthinking.