Dua minggu bukanlah waktu yang sebentar.
Baginya dalam keadaan biasa, dua minggu bisa menghasilkan lima atau delapan
tulisan. Namun tidak saat ini, baginya dua minggu adalah waktu yang terbuang
percuma, tanpa karya, tanpa tulisan. Semua itu membuatnya gila, sampai suatu
sore, aku bertanya pada dirinya “What’s
Your Goal?”. Dia bingung, dia celingukan, bukannya menjawab dia malah
balik bertanya “How about you? What’s
Your Goal?” Kampret! Ditanya bukannya ngasih jawaban, malah
ngasih pertanyaan!
Terkadang kehidupan jaman sekarang itu
membingungkan, untuk menghadapinya perlu kesabaran ekstra. Dia itu seperti
wanita pada umumnya, yang suka memberi banyak kode-kode, tanda-tanda tak jelas.
Terkadang dia bicara apa adanya, namun terkadang dia bicara layaknya seorang
filsuf jawa, perlu waktu ekstra untuk aku bisa mencerna apa maksudnya. Layaknya
Derrida, dia selalu memberi pertanyaan balasan tatkala aku bertanya pada
dirinya. Teori Dekonstruksi, dia menyebutnya dan dia tergila-gila akan teorinya
Derrida, Selalu ada tanya, dibalik sebuah tanya.