Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Monday, December 9, 2019

Cerita Bima Sakti


(Sastra Ananta)
Duduk di samping jendela, melihat mereka bermain bebas. Menari kesana kemari, di bawah guyuran hujan, berlari riang, bermain air, tak peduli baju celana basah semuanya, tak peduli betapa repotnya nanti si bapak akan mencuci pakaiannya. Mereka kembar bersaudara. Semuanya bergembira, begitu juga aku yang melihat mereka dari balik kaca jendela.

Tidak jauh dari tempat dudukku, terlihat bapaknya yang mengawasi mereka dari balik jendela. Dia tersenyum saja melihat tingkah kedua anak kembarnya. Kembar bersaudara, Ardea Auriga dan Ardella Auriga, terlahir dengan jeda lima menit dengan Ardea sebagai yang pertama melihat dunia, begitu kata bapaknya. Sesekali dia melirik ke arah tempat dudukku, sembari geleng-geleng kepala dengan senyum di wajahnya, seolah meminta maaf kepadaku sekaligus mengharap pemakluman atas tingkah anak kembarnya. Dan, aku hanya tersenyum saja. Memakluminya.

Read More

Sunday, October 27, 2019

Karena Saya Adalah Saya

Sastra Ananta, adalah nama yang diberikan orang tua kepada saya, dan Sastra Ananta memiliki beberapa makna. Namun bagi mereka, nama adalah sebatas nama, tak peduli maknanya apa, meskipun banyak orang mencibir mereka perihal pilihannya, karena menurut mereka nama adalah doa. Apalagi jika menyangkut pemberian nama untuk anak, karena mereka menganggap pemberian itu menyangkut masa depan anak. Dan, Sastra Ananta menurut mereka itu tidak memiliki makna. Namun jawaban orang tua saya justru sederhana saja;

Lha wong kita sebagai orang tuanya biasa saja, kalian yang bukan siapa-siapa kok malah repot mengurusi soal nama anak kita? Tenang saja, Ada Tuhan di atas sana yang sudah mengatur semuanya. Kalian manusia lebih baik diam saja!

Dan, seketika mereka langsung terdiam mendengar jawaban orang tua saya.

Read More

Thursday, October 3, 2019

Suara Samar-samar

Gulma tumbuh lebat di pekarangan depan rumah yang tak terawat. Semak-semak tumbuh subur di lahan sawah yang kini tak ditanami lagi, saling menyeruak di antara batang padi yang mengering. Gulma dan semak sungguh tiada bedanya. Hanya satu perbedaannya, tempat mereka tumbuh. Jika diibaratkan, halaman depan rumah itu seperti tampilan seseorang, sedangkan lahan sawah yang tak ditanami lagi itu ibarat seperti akal pikiran. Gulma dan semak sama merusaknya. Jika dibiarkan menyebar, mereka akan mengambil alih semuanya. Menguasai semuanya. Hanya ada satu cara untuk menghentikan semuanya, membabatnya. Menghabisinya sampai akar-akarnya. Agar tidak tumbuh lagi, agar tidak muncul lagi. Bila perlu, dengan cara-cara revolusi. Membakarnya sampai hangus jadi abu.

Kata orang, Banyak Jalan Menuju Roma, begitu pula menuju Istana. Sungguh banyak jalannya. Ada yang lewat jalur bawah, merangkak dari dasar, menabur suara di antara hiruk pikut perkotaan, tiada yang sadar sampai suatu ketika dia muncul ke permukaan pengaruhnya sudah begitu besar. Banyak partai besar yang mengincarnya, demi ribuan suara yang mengikutinya. Namun ada pula yang lewat jalur atas, langsung duduk di kursi kuasa tanpa perlu berusaha merintisnya dari bawah. 
Read More

Monday, July 1, 2019

Entah Kenapa Saya Menuliskannya?

“Banyak hal-hal dan ide-ide baru yang kadang mengepak-ngepakkan sayap di benak saya, bagai burung-burung malam yang berterbangan, lalu lenyap menjadi bulu-bulu halus yang melayang-layang ketika saya berusaha menangkapnya...”
Gabriel Garcia Marquez, Love in the Time of Cholera; Hal 540

Entah kenapa, sejak setahun terakhir, menulis menjadi sesuatu yang sulit bagi saya. Entah apa sebabnya, saya tidak tahu. Semua ide-ide tulisan yang saya temukan dan saya simpan sepanjang hari, entah kenapa ketika ingin menuliskannya tiba-tiba semuanya lenyap begitu saja. Lenyap, nyaris tanpa sisa. Seolah ada lubang hitam di kepala saya, yang menghisap seluruhnya nyaris tanpa sisa. Hanya menyisakan kekosongan yang sedemikian kosongnya nyaris membuat saya terjebak dalam ruang hampa, tanpa ide, tanpa kata, nyaris tak ada-apa selain sebuah kalimat tanya.

Kemana?!

Kemana perginya semua ide-ide tulisan tadi? Kemana perginya semua kata-kata yang tadi berbaris rapi di dalam kepala? Kemana kamu sembunyikan itu semua, hai kepala? Kemana?!

Read More

Thursday, June 13, 2019

Mudah dan Anti Ribet, Keuntungan Membeli Motor Online di Moladin

Saat ini, membeli sepeda motor cukup mudah untuk dilakukan. Bahkan bagi yang memiliki dana terbatas sekalipun, pembelian motor bisa dilakukan secara kredit. Jika selama ini pembelian motor secara kredit sering dilakukan melalui dealer, maka seiring dengan perkembangan zaman, transaksi pembelian motor tersebut bisa dilakukan secara online. Sekarang ini untuk memperoleh barang yang dibutuhkan, Kamu tidak lagi repot-repot keluar rumah. Cukup dengan menggunakan smartphone atau melalui PC/komputer Kamu bisa mengakses situs kredit online, dan Kamu bisa melakukan transaksi kredit motor. Dan, salah satu yang cukup populer saat ini adalah kredit motor online di Moladin.


Kredit motor di Moladin menawarkan pengalaman membeli motor secara online yang menarik. Dikatakan menarik, karena di situs Moladin ini Kamu bisa memperoleh banyak sekali keuntungan dan kemudahan, selain itu Moladin juga menawarkan berbagai macam promo-promo yang menarik. Dengan bertransaksi online di Moladin, Kamu tidak perlu repot untuk datang ke dealer untuk mencari produk motor yang ingin dibeli. Dari rumah atau tempat kerja pun Kamu bisa mengecek ketersediaan produk tanpa harus meninggalkan pekerjaan yang sedang Kamu kerjakan.
    
Read More

Wednesday, March 20, 2019

Semesta, Bumi, dan Matahari

I just left my whole world behind me.
And sometimes i feel lonely
There nothing’s left inside me,
But in the outside, i don’t see anything
Feel nothing
Except worries!

Semuanya terlihat biasa saja, sampai pada akhirnya aku harus meninggalkan seluruhnya di belakang kemudi logika, dan membiarkan logika menjelaskan semuanya. Itu pun jika dia bisa melakukannya. Terkadang aku merasa sendirian, bahkan di tempat keramaian seringkali aku merasa sendiri.

Di tempat ramai, yang banyak bunya-bunyi, seringkali tercipta dengung yang tidak bisa aku mengerti. Pada mulanya hal itu tidak aku sadari, sampai suatu ketika aku menyadarinya, menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres di dalam kepala. Lebih tepatnya ada sesuatu yang berbeda. Aku tak bisa menjelaskannya yang berbeda itu apa.

Read More

Sunday, March 3, 2019

Sebuah Cerita: Lampu Kamar Depan

Lampu kamar depan rumahmu perlahan padam, pertanda sebuah isyarat, bahwa sebentar lagi kamu akan beranjak pergi. Dari dalam rumah, terdengar suara motor yang dituntun perlahan, lalu muncul keluar dari balik pintu. Terlihat kamu yang sudah memakai helm berlogo tiga huruf mati, pertanda akan segera pergi. Tapi sebelum itu terjadi, aku tahu pasti, kamu akan berhenti dulu, memarkirkan motormu di depan pintu, merogoh sakumu, mengeluarkan kunci, lalu menggembok rumahmu, dan perlahan mengekol motormu. 

Satu engkol, dua engkol, dan motor tak kunjung nyala, dari seberang rumah, aku terus mengamatimu, lalu dirimu terlihat menepuk jidat, lupa bahwa ternyata kunci motor belum dipasang ke motor. Ah pantas saja motor tidak mau menyala. Aduhai bodohnya dirimu, tak pernah berubah sedari dulu.
Read More