(Sastra Ananta)
Duduk di samping
jendela, melihat mereka bermain bebas. Menari kesana kemari, di bawah guyuran
hujan, berlari riang, bermain air, tak peduli baju celana basah semuanya, tak
peduli betapa repotnya nanti si bapak akan mencuci pakaiannya. Mereka kembar
bersaudara. Semuanya bergembira, begitu juga aku yang melihat mereka dari balik
kaca jendela.
Tidak jauh dari
tempat dudukku, terlihat bapaknya yang mengawasi mereka dari balik jendela. Dia
tersenyum saja melihat tingkah kedua anak kembarnya. Kembar bersaudara, Ardea Auriga dan Ardella Auriga, terlahir dengan jeda lima menit dengan Ardea
sebagai yang pertama melihat dunia, begitu kata bapaknya. Sesekali dia melirik
ke arah tempat dudukku, sembari geleng-geleng kepala dengan senyum di wajahnya,
seolah meminta maaf kepadaku sekaligus mengharap pemakluman atas tingkah anak
kembarnya. Dan, aku hanya tersenyum saja. Memakluminya.