Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Thursday, July 26, 2018

Ketika Logika Penuh Kegelapan


Berjalan dalam gelap adalah salah satu hal yang sulit untuk dilakukan bagi mereka yang terbiasa berlari dalam terang.

Jauh sebelum mata logika sempat menemukan cahaya pencerahan, langit mendung mendadak runtuh, menimpa dunia, menjadikannya semua gelap gulita. Tiada yang terlihat selain gelap, gelap, dan gelap. Tiada suara yang terdengar selain suara kepanikan yang seketika melanda mereka yang terbiasa dengan terangnya cahaya. Namun, jika didengarkan secara seksama akan terdengar suara samar yang timbul tenggelam seperti suara derap kaki yang terdengar mendekat dan menjauh dalam satu waktu. Terlihat tiada bedanya, karena semua sudah bercampur dengan gelap yang pengap nan senyap.

Meraba-raba dalam gelap, meraih apa saja yang ada di hadapannya, menendang semua yang tersentuh oleh kaki, sejenak untuk menciptakan suara, yang setidaknya memberi harapan bahwa di depan mereka ada tembok harapan yang bisa dituju. Namun, tatkala kaki menendang kesana kemari, yang didapat hanyalah ratapan-ratapan pilu yang sejenak terdengar lirih, lalu lenyap ditelan senyap. Gelap yang mematikan, gelap yang menjatuhkan mental, siap atau tidak, semua akan mengalaminya.

Read More