Berjalan dalam
gelap adalah salah satu hal yang sulit untuk dilakukan bagi mereka yang
terbiasa berlari dalam terang.
Jauh sebelum mata logika sempat menemukan cahaya
pencerahan, langit mendung mendadak runtuh, menimpa dunia, menjadikannya semua
gelap gulita. Tiada yang terlihat selain gelap, gelap, dan gelap. Tiada suara
yang terdengar selain suara kepanikan yang seketika melanda mereka yang
terbiasa dengan terangnya cahaya. Namun, jika didengarkan secara seksama akan
terdengar suara samar yang timbul tenggelam seperti suara derap kaki yang
terdengar mendekat dan menjauh dalam satu waktu. Terlihat tiada bedanya, karena
semua sudah bercampur dengan gelap yang pengap nan senyap.
Meraba-raba dalam gelap, meraih apa saja yang ada di
hadapannya, menendang semua yang tersentuh oleh kaki, sejenak untuk menciptakan
suara, yang setidaknya memberi harapan bahwa di depan mereka ada tembok harapan
yang bisa dituju. Namun, tatkala kaki menendang kesana kemari, yang didapat
hanyalah ratapan-ratapan pilu yang sejenak terdengar lirih, lalu lenyap ditelan
senyap. Gelap yang mematikan, gelap yang menjatuhkan mental, siap atau tidak,
semua akan mengalaminya.
Pertanyaannya
adalah kenapa bisa menjadi gelap?
Padahal sejauh yang diingat banyak orang, dan kemudian terserap dalam sebuah
hikayat kehidupan, langit cerah adalah idaman semua orang. Cahaya terang menjadi
perlambang harapan. Lalu, kini kemana semuanya pergi? Tiada yang menjawab
selain suara rekahan-rekahan dari balik gelap yang entah kenapa terasa seperti bergerak
sendiri, bergerak perlahan, terasa menekan, lalu remahnya meluruh jatuh, terasa
seperti debu, namun tak terlihat dan tak berwujud. Apakah ini penggelapan logika? Atau keruntuhan
moral manusia? Ah Entahlah, persetan dengan mereka yang menganggap agamanya
yang paling benar. Persetan dengan moral, jika yang terlihat paling alim pun
ternyata berkelakuan binal, banal, dan brutal. Dan, persetan dengan mereka yang
selalu berlindung pada alasan “Yang penting seiman”.
Mungkin itu semua terjadi di dalam tanah, mungkin
tenggelam di tengah samudra, mungkin terjebak di dalam kotak besi, atau mungkin
terhanyut di sungai yang penuh jaring. Tiada yang bisa mendengar suara, selain
suara lirih yang muncul dari dalam diri. Apakah itu suara hati? Apakah itu
suara nurani? Yang menjerit lirih untuk didengar, setelah sekian lama terbenam
dalam suara hiruk pikuk perebutan kuasa antar tiap manusia. Entah tiada yang
tahu. Berjarak selemparan batu, terlihat seperti bayangan gedung yang nampak
samar dengan gerbang megah di depannya. Ah apakah itu surga? Jika itu surga,
kenapa di depan pintu penuh dengan manusia bermuka merah, marah? Lalu jika itu
neraka, kenapa tiada malaikat penyiksa? Ini dimana? Kenapa semuanya gelap
gulita?
Bahkan, Gelap tidak mengijinkannya memiliki satu
momen sedikit cahaya penuh keremangan untuk berpikir. Sungguh, suatu perasaan
tenang yang tidak wajar tiba-tiba menelusup masuk ke dalam sanubari, yang mana
kemudian diartikan sebagai pertanda bahwa tidak ada hal baru yang akan terjadi,
kecuali pembungkusan aliran penuh kekotoran berwarna kehitaman dengan
jaring-jaring penyamaran yang dipenuhi dengan hiasan mural. Logika menjadi
sesat tatkala seberkas cahaya pencerahan dari luar malah dianggap sebagai
pengganggu yang sok tahu. Ya bagaimana lagi, kalau memang tidak tahu ya bilang
saja tidak tahu.
Tapi kalau memang tidak tahu malu, ya jangan diganti
pakai bambu. Apalagi sampai menutupinya pakai jaring-jaring yang katanya bisa
menyerap bau. Sungguh, butuh kecerdasan surgawi untuk bisa memahami dan menjelaskan
semuanya satu per satu kepada manusia gua yang satu ini.
Banyak hal yang
tidak kita ketahui, yang sudah dituliskan. Sesungguhnya manusia itu hanya debu
di jagat raya. Semakin kita tahu, semakin tidak tahu.
Fira Basuki (Kapiten Pedang Panjang, Hal 228)
Tertanda,
Si Manusia Gua
Tidak Bernama
Tidak Tahu ini
dimana
Tahun Berapa
Yang Penting Seiman,
Katanya
Yang penting seingatan. Karena kalau nggak diinget, sedih. Haha
ReplyDeleteAiiiih diselipin sindiraaaaan. Hahaha
ReplyDeleteApalagi sampai menutupinya pakai jaring-jaring yang katanya bisa menyerap bau.
Udah serius2 baca, eee satir tipis2. Hahaa
Ya, pasti gelap kalau tak mau membuka mata dan terus menutupnya, apalagi tinggalnya di gua dalam tanpa cahaya
ReplyDelete*eh
Berjalan di dalam gelap tidaj selalu buruk karena pernah berjalan dengan cahaya yang terlalu banyak malah silau dan membuat pandangan terhalang
ReplyDeleteMakanya kita butuh penerangan hati agar mata tetap bs melihat walau gelap. Jangan hanya modal seiman katanya
ReplyDeleteAku takut ama gelap kak. tapi kalau ada sama makanan aku ngga takut gelap kak. kalau udah gelap ama lapar pasti ngga kuat deh ya
ReplyDeleteGelap itu indah di waktu yang tepat. Tapi memaksa menggelapkan pandangan dengan hal tak wajar adalah hehe hehe hehe.
ReplyDeleteMungkin ada baiknya saat iman goyah krn dunia mendekat dulu ke Tuhan, mungkin Dia bisa kasi tau jawabannya apa yg harus dilakukan #ininyambungapagakyaaa ^_^v
ReplyDeleteMeski gelap aku mencoba selalu berhatap akan ada terang setelahnya. Tetang yang bisa menjadi pengantarku untuk lebih baik. Menjadi orang yang semakin baik
ReplyDeleteBiasanya setelah melihat gelap akan ada cahaya yang terang dan menyenangkan. Seperti dunia, setelah ada malam pasti ada siang dan itu berlangsung sepanjang waktu
ReplyDeleteada gelap, agar kita sadar betapa indahnya cahaya...
ReplyDeleteBerjalan dalam gelap memang mengerikan. Tapi ketika yakin ada hikmah di balik gelap, niscaya hati lebih tenang
ReplyDeleteSupaya mata hati kita tidak gelap, selalu kembali pada yang Maha Pencipta. Dengan bersandar pada-Nya kita akan tahu, begitu banyak hal positif dari kata "yang penting seiman.'
ReplyDeleteAku suka kata2 yang pentinh seiman..
ReplyDeleteWhat ever.... it !
Akunselalu suka baca sastramu mas.. ^^
Ku harus baca berulang.
Aku percaya, semakin manusia banyak tahu, memang semakin tidak tahu.
ReplyDeleteDan aku suka filosofi itu yang menandakan bahwa semakin banyak tahu, maka semakin menunduk.
Tidak lantas merasa istimewa atas "kekayaan"nya tersebut.
Menurut aku tuh, logika dan perasaan itu memang harus saling berpadu. Supaya ada gelap dan terang dalam kehidupan.
ReplyDeleteTapi inilah yang terjadi kebanyakan di saat ini mas.. Hampir semua logika penuh dengan kegelapan sehingga lupa bahwa terang akan selalu menunggu bagi mereka yang mau sebuah cahaya
ReplyDeleteSungguh butuh kecerdasan surgawi untuk memahami tiap ketik kata yang kamu lontarkan, Fan. Tak ada yang bisa dikomentari. Tulisanmu ada untuk dinikmati. Itu saja.
ReplyDeleteudah lama ga ngeblog, mau komenlah ah~~
ReplyDeleteyg penting seiman, yg penting udah ada pasangannya. Lalu, kapan disegerakan sama mbak-mbak itu? huehehe
TRADING ONLINE TERPERCAYA
ReplyDeleteIni dia, Broker Trading yang Transaksi Aman dan Proses Cepat
HASHTAG OPTION merupakan platform trading Binary Option berbasis di Indonesia.
Kami menawarkan produk-produk Cryptocurrency & Forex.
yuk gabung yukkk visit link nya www.hashtagoption.com
Minimal DP Rp. 50.000,- dapat BONUS Depo awal 10%** T&C
- Tanpa Komisi dan Bebas Biaya Admin.
- Sistem Edukasi Professional
- Trading di peralatan apa pun
- Ada banyak alat analisis
- Sistem penarikan yang mudah dan dipercaya
- Transaksi Deposit dan Withdrawal TERCEPAT
Ada BONUS REFERRAL juga lohhh...
Bonus Referral 1% dari profit investasi tanpa turnover....
Kami juga menyediakan AKUN DEMO untuk Trader HASHTAG OPTION yang ingin berlatih, sampai kamu benar-benar bisa menuju AKUN REAL
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete