Rembulan tak bertepi, alam semesta kelabu, halilintar, badai, bumi bergetar. Saat-saat penuh damai yang begitu langka; dengan dahi bertumpu di lutut, lengan melingkari kepala, aku merenung, menyimak, ingin rasanya aku tak usah ada. Namun kehidupan itu nyata, mutiara bening, bintang yang berkelip, dan angin yang berputar. Aku buta. Mataku menatap dunia lain, kehidupan lain yang semakain hari semakin mengecil. Warnanya memudar, citranya mengabur. Aku masih terbenam dalam tangis kebingungan dan terisak lemah. Aku tak berdaya menghadapi ketidakmampuanku mengingat segala yang samar itu, terbakar kenestapaan, terkurung dalam diorama. Terjebak dalam Enigma. Enigma kehidupan yang semakin aku tak mengerti. Siapakah aku? Kutanyakan pada maut yang meringkuk lelah di kakiku. Maut hanya mengerang, tak memberiku jawaban dan balik bertanya "Di manakah aku?".
Di manakah aku? Aku bisa mendengar tawa, suara-suara yang mengatakan "Pasti laki-laki, Tuan. Ia bergerak-gerak. Penuh semangat hidup". Entah itu apa, siapa dan maksudnya apa? Yang pasti aku bisa mendengar suara tawa. Suara tawa yang tersamar dalam tangisan penuh luka. Katanya Penuh semangat hidup? Hmmm.. tapi kenapa tersamar oleh tangisan penuh luka? Ah mungkin begitulah hidup, terkadang kita melihat sesuatu hanya dari apa yang kita dengar, tak mau menelisik lebih jauh apa yang ada dibaliknya. Begitu pula suara tawa dan tangis yang ku dengar.
Selalu ada awal dan akhir, dan setiap manusia punya takdir sendiri. Tidak terlalu penting akan menjadi apakah aku. Aku sudah lelah pada keluasan ini. Aku lelah berharap, menanti, menjadi diri sendiri, ... menjadi pusat dunia. Buat apa menjadi pusat dunia jikalau kita tau bahwa itu sebuah jebakan. Jebakan yang membuatku terkurung. Terkurung dalam Enigma. Enigma Kehidupan. Tak peduli apakah itu akan abadi atau hanya sementara yang pasti aku sudah lelah dengan semua ini. Aku ingin akhiri semua ini, Tapi bagaimana ? Bagaimana caranya? Aku tak tahu.
Aku merasa tenang mendengar desiran angin. Ku simak suara tetes air hujan. Di langitku di mana matahari tak pernah terbit. Di langitku di mana bintang tak pernah berkelip. Hanya awan-awan mendung yang mendominasi. Mendominasi langitku, Langitku yang tak sebegitu nyata bagiku. Aku bisa mendengar nyanyian seorang gadis kecil. Aku terbuai akan suaranya yang lembut tanpa dosa. Suara yang begitu lembut. Lembut menghanyutkanku menuju pusaran amarah yang tak aku pahami. Tak aku pahami namun bisa aku mengerti. Mengerti akan rasa kebebasan yang telah lama aku dambakan, aku inginkan, dan aku harapkan selama ini. Akhirnya aku tahu, dan mencoba untuk terus mencari tahu. Mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Enigma Kehidupan ini terasa begitu nyata.
Disadur dari berbagai kutipan-kutipan dalam Novel "Empress Maharani Wu" Karya Shan Sa
Disadur dari berbagai kutipan-kutipan dalam Novel "Empress Maharani Wu" Karya Shan Sa
makin kaya kosakatanya, keren bro...
ReplyDeletehehe makasih
Deletekeren (y)
ReplyDeletemakasih :D
Deletekeren broh (y) puitis sekali.
ReplyDeletemakasih X)
Deleteenigma = teka-teki atau ucapan yg membingungkan. Enigma Artikel, aku bingung/alias gak ngerti. *otak lagi lemot*
ReplyDeletehahaha iya emang teka teki
DeleteWah tulisannya keren ya
ReplyDeletemakasih B)
DeleteIni jelas mas bilang disadur dari beberapa kutipan buku, kan? Nah etikanya harus ada, Mas. Dari awal baca sampai akhir, ada beberapa celah di mana saya kurang nyaman baca narasinya karena terlalu banyak partikel "ku". Karena ini saduran, ada baiknya kutipan asli dari buku dikasih tanda atau batas atau apalah namanya biar pembaca tau mana yang tulisan dari buku, mana yang tulisan asli bikinan mas, biar ekspektasi orang ga salah. Hehe.
ReplyDeleteiya itu sebagian disadur kalo tulisanku yg bagian akhiran tiap paragraff :))
Delete