Tidak terasa, sudah lebih
delapan bulan menjalani kehidupan sebagai seorang pekerja Jakarta yang bolak
balik pulang pergi Karawang – Jakarta setiap hari. Dari rumah naik motor, yang
lalu dilanjutkan dengan kereta KRL. Dari Stasiun Cikarang sampai ke Stasiun
Sudirman, setelahnya KRL digantikan dengan MRT via Dukuh Atas – Blok M, kemudian
diakhiri dengan berjalan kaki menuju kantor. Ya kira-kira begitulah rutinitas
setiap hari.
Sepanjang perjalanan, banyak sekali cerita dan pengalaman yang didapatkan, mulai dari betapa nyeseknya melihat pintu kereta tertutup tatkala masih di anak tangga, atau melihat bocah yang tangannya kejepit pintu kereta, atau merasakan langsung bagaimana brutalnya Stasiun Manggarai di waktu jam kerja. Namun, dari sekian banyak, ada beberapa momen terbaik yang bisa didapatkan dari perjalananan pulang pergi Karawang – Jakarta:
Salah satu momen bengong
terbaik adalah Ketika bengong di KRL. Sembari duduk, kuping tersumpal headset,
putar lagu dengan volume sedang, lalu bengong saja, melihat sekitar, melihat
orang lain lalu Lalang, saling berebutan kursi penumpang, atau bagaimana
tingkah anak muda yang pura-pura tertidur di kursi prioritas.
Berangkat dari Stasiun Cikarang dalam kondisi
gerbong kereta masih sepi, bisa memilih kursi sesuka hati, mau berdiri bergantungan
pun tiada yang peduli, sungguh menyenangkan sekali. Lain cerita bila kemudian
kereta masuk dan berhenti di Stasiun Metland Telagamurni, penumpang mulai
padat, tidak jarang sesekali terlihat emak-emak yang berlari sembari menyeret
anaknya mencapai kursi incarannya.
Mendekat ke Stasiun
Tambun, kepadatan gerbong sudah mulai terasa, semakin banyak penumpang yang
tidak kebagian tempat duduk, beberapa memilih berdiri, di antaranya bahkan
tidak peduli, bila di depannya ada yang ngasih kode minta kursi. Bodo amat ya,
Sama-sama bayar, siapa cepat dia dapat. Terkadang memang begitulah adanya.
Cerita klasik di kereta.
Kepadatan penumpang mulai
terjadi di Stasiun Bekasi, para petugas sekuriti sudah mulai keliling menegur
satu persatu anak muda yang duduk di kursi prioritas, untuk memberikan kursinya
untuk yang lebih prioritas. Tidak jarang, sebelum ditegur petugas, aku juga
seringkali merelakan kursi untuk yang lebih prioritas, meskipun bukan di kursi
prioritas. Namun, begitulah hukum tak tertulis di kereta.
Berdiri dekat pintu, dan
bersandar besi kursi bisa jadi tempat terbaik untuk mengamati. Beruntungnya,
aku belum pernah melihat tindak kriminal di sepanjang kereta, walau beberapa
cerita sering kali terjadi ada penumpang yang kecopetan atau pencopet yang
dihajar ramai-ramai oleh penumpang. Ya begitulah kereta.
Sesekali ketika mata
enggan untuk terlelap, membaca buku bisa menjadi solusi yang tepat untuk
membakar waktu dan menghangatkan pikiran sebelum memulai berurusan dengan
urusan pekerjaan. Hanya saja membaca buku di kereta, bisa menjadikanmu pusat
perhatian karena akan diperhatikan dan dilihat oleh banyak orang. Terdengar
aneh memang, membaca buku di kereta bisa lebih aneh lagi, ya wajar saja,
mungkin mereka belum terbiasa melihatnya, aku sih ya ya saja.
Biasanya, kereta akan
melambat tatkala mendekati Stasiun Jatinegara, banyaknya perlintasan dan layanan kereta
jarak jauh menjadikan Jatinegara sebagai tempat terbaik untuk menanti, dan
mengingat apa saja yang terlintas di kepala, dan apa saja yang sudah terjadi sebelumnya. Perihal uang gaji
yang larinya lebih cepat dari kedatangannya, dan sebagainya. Di Jatinegara,
seringkali kegaduhan dan keramaian sekitar yang sebelumnya terlupakan, akan
kembali mulai terdengar, dan kesadaran pun perlahan pulih kembali. Beberapa
penumpang yang terlelap pun mulai terbangun kembali, bersiap untuk pertempuran
yang sebenarnya, Manggarai.
Sorak-sorai manusia, iringi
langkahmu menuju medan laga.~
Stasiun Manggarai,
mendengar namanya saja sudah bisa membayangkan bagaimana ramainya. Di Stasiun
Manggarai, pantang rasanya untuk bengong, kewaspadaan ditingkatkan, mata awas
memantau sekitar, mencegah tangan-tangan dan ulah nakal para penumpang yang
mencari kesempatan dalam kesempitan. Beberapa kali merasakan rasanya terhimpit
dan terjepit oleh penumpang yang nekat menerobos masuk walau sudah gerbong
sudah penuh. Beruntungnya, aku punya postur tubuh tinggi yang menjamin ketersediaan
asupan oksigen yang lebih segar. Ya walau tetap kejepit, tidak bisa
kemana-mana.
Untungnya kondisi gerbong
penuh penumpang dan saling himpit itu hanya berlangsung sebentar saja. Di
Stasiun Sudirman, segalanya terurai begitu saja, Sebagian besar penumpang turun
disini, termasuk aku. Menyebar ke segala sisi, ada yang menanti ojek online di
depan stasiun, ada yang jalan terus menuju Stasiun Dukuh Atas, ada pula yang
memilih jalan kaki karena lokasi kantornya tidak jauh dari Stasiun Sudirman.
Habis KRL, Terbitlah MRT...
Konon katanya untuk
cerita MRT akan ada kelanjutannya…~
Belum pernah naik KRL atau MRT nih Kak. Gak kebayang berdiri dalam waktu yg lama. Malah ada yg berseloroh kalo di dalam kereta gitu bagaikan pepes yg kepanasan.
ReplyDeleteSalut ama para pejuang rupiah yg rela desek2an di kendaraan umum dan menempuh perjalanan jauh demi sekarung beras dan sekotak berlian.
Juara euy rutinitas transportasi sehari-harinya. Saya kalau lihat banyak manusia gitu, udah pusing duluan. And then, soal baca buku di kereta, itu pernah jadi salah satu materi pelatihan akting soal konsentrasi. Dan ternyata memang nggak segampang itu menghilangkan distraksi dan tetap fokus pada buku.
ReplyDeleteWah anker nih, alias anak kereta
ReplyDeleteAku dulu pas di Jakarta juga sesekali naik KRL
tapi belum sempat cobain MRT sih
Pengen kapan2 pas ke Jakarta lagi mau coba naik MRT
Kadang memang asyik sih memperhatikan kegiatan orang-orang saat di kendaraan umum, termasuk KRL. Kita bisa sambil mendengarkan musik. Ini tuh bisa memberikan ide bagi seorang penulis. Cuma kudu ati-ati sih. Jangan sampai yang kita perhatikan lalu merasa tersinggung. hehehe
ReplyDeleteKerja di Jakarta memang luar biasa. Bukan hanya presure pekerjaannya tapi juga di Jalan.
ReplyDeleteDari naik KRL, MRT, hingga jalan kaki. Luar biasa nibb.. semangat terus ya..
Perjalanannya jadi keinget masa-masa waktu kuliah dulu, pergi naik kereta pagi-pagi dari solo dan sampai di lempuyangan untuk kuliah. Hal itu kulakukan hampir setiap hari sampai kurang lebih 1 tahun lebih. Walaupun tidak sesesak di jakarta, tapi bisa ngebayangin lah rasanya gimana hha. Semangat pejuang rupiah hihi..
ReplyDeleteWhoaa jd kangen jd anker alias anak kereta lagi! Hahah dulu pas masih ngantor di senayan, selalu naik dr stasiun Depok dan turun di stasiun Tanah Abang untuk lanjut sampai Palmerah. Benar sekaliii momen dengerin lagu di earphone, pake masker, dan tidur udah paling the bestttt selama di kereta xixie
ReplyDelete"Habis KRL, Terbitlah MRT." KRL (Kereta Rel Listrik) dan MRT (Mass Rapid Transit) adalah dua jenis transportasi massal yang berbeda, tetapi keduanya memiliki peran penting dalam mengatasi masalah transportasi perkotaan.
ReplyDeleteHebat banget orang yang bisa pulang pergi kerja naik kereta. membayangkannya aja udah capek banget, huhuhu. Semangat yaa buat yang tiap hari ke kantor naik kereta, tetap hati-hati dan pastikan tubuh selalu fit
ReplyDeleteNaik kereta di Jkt sejak jaman segerbong sama bebek dan embek, sekarang mereka gak bisa masuk lagi. kasian gak sih pedagangnya harus bawa pakek mobil dari bogor ke kota
ReplyDeleteJaman kerja di jakarta, naik KRL dari stasiun cisauk, rawa buntu, ke tanah abang setiap hari itu bikin sesek. Penuuuh. Tapi kalau weekend jalan-jalan dari tanah abang ke stasiun bogor itu seru aja gitu, daripada di kosan panas.
ReplyDeleteKereta adalah salah satu transportasi yang spesial karena menjadi latar dimana saya dan mantan bertemu dulu hehehe. Saya merasakan padatnya penumpang sudah sejak SMK, karena sekolah saya berada di daerah Gambir, Jakpus. Namun dengan peralihan jalur lintas bogor dan bekasi, saya rasa itu adalah kebijakan yang tepat.
ReplyDeleteAku pernah merasakan naik KRL sama MRT waktu main ke tempat sodara di Jakarta. Selalu kebagian yang penuh. Nggak dapat kursi. Selalu berdiri. Boro-boro buat bengong, kata saudaraku. Ati-ati barang bawaannya. Hehehe
ReplyDeleteCeritanya mengalir, seru,, jadi ga kerasa baca sampai akhir.
ReplyDeleteKalau dikasih durasi waktu perjalanan mungkin buat orang daerah yang tak pernah naik KRL seperti saya bisa lebih berimajinasi, hehe
kalau ngeliat desakan kereta, kadang jadi merasa gak pengen kerja di ibukota meskipun gajinya tinggi. saya pribadi sih pusing dengan keadaan transportasi umum yang seperti itu hehehe 😅
ReplyDeletebengong di kereta itu memang beneran asyik kak, apalagi sambil dengerin musik. Ngosongin pikiran di kereta itu asyik pokoknya, karena aku juga tipe yang suka bengong di kereta hehe
ReplyDeleteSalah satu yang paling buat panik adalah berada di tengah kepadatan lautan manusia. Apalagi jika bepergian bersama anak-anak. Duh, perasaan campur aduk pun muncul. Khawatir, cemas, takut. Begitulah memang jika berada di kereta saat jam-jam sibuk.
ReplyDeleteAlhamdulillah ya kak belum pernah dapetin kejadian aneh-aneh di KRL, padahal banyak banget tuh berita kejahatan-kejahatan yang terjadi.
ReplyDeletesebuah perjalanan kita setiap hari pasti punya cerita unik dan bisa dikenang kembali suatu saat nanti.. sebuah cerita
ReplyDeleteDalam perjalanan banyak disarankan untuk berdoa (dzikir) mungkin itu salah satu alasan agar tidak bengong dan nyasar. Hehehe... Jika saya dalam perjalanan biasanya dipakai buat nulis, Blogwalking, atau main game hehehe
ReplyDeleteSuka banget sama kisah-kisah kak Fandhy.
ReplyDeleteRasanya jadi anker (anak kereta) memang macam-macam yaa... Setiap hari menempuh ribuan kilo untuk mempersingkat jarak dan waktu daripada lelah membawa kendaraan sendiri. Aku naik MRT kalau pas main ke Jakarta aja.. dan itupun gak di rush hour. Jadi masih terbilang aman.
Beda memang menikmati perjalanan dengan kereta apalagi perjalanan jauh
ReplyDeleteWah, baca ini aku jadi nostalgia masa-masa masih di Bekasi. Tiap ke Jakarta mesti pakai KRL. Selama di Jakarta juga begitu. Kadang rasanya pengen bawa KRL dan MRT ke Surabaya, biar transportasi publik lebih banyak di sini. Jadi kangen.. Bahkan dengan hiruk pikuknya orang, kadang juga kangen..
ReplyDeleteKehidupan di Jakarta penuh cerita ya, perjalanan yang jauh untuk menjemput rejeki, membaca cerita kakak rasanya kutak sanggup deh tinggal di Jakarta
ReplyDeleteSekarang asiknya ke Stasiun Sudirman dari arah Bekasi/Cikarang gak perlu lagi transit di Manggarai kayak ebberapa tahun lalu, yak.
ReplyDeleteKalau daku, lepas dari MRT Dukuh atas mau ke KRL, lebih asikan dari stasiun Sudirman Baru, gak numpuk banget kayak di Sudirman
hidup di jakarta ini benar-benar perlombaan yaa terutama buat mereka yang naik kereta tiap harinya. aku dulu pernah juga naik kereta dari jakarta ke bogor cuma pas hari sabtu jadi nggak terlalu penuh keretanya
ReplyDeletemau berangkat kerja aja udah jadi perjuangan tersendiri ya, kalau saya mungkin gak kuat meski awal-awal mungkin seru yaa. tapi kalau ditambah ada beban kerja yang bikin stress, melewati jalur perjalanan pulang yang lama malah bikin males kerja, hahaha.
ReplyDeleteSemangatt Kak.. Aku sering liat story2 teman2 nih, walau belum sempat naik MRT/ KRL, karena waktu ke Jakarta dulu itu aku gak lama dan bareng keluarga.. Next dehh, kalo ada kesempatan kesana mau nyobain juga..
ReplyDeleteAda aja cerita kalau naik transportasi umum, termasuk kereta.. Karena tinggal di Depok, aku ngerasa kebantu banget dengan adanya CL.. Dan iya pas di stasiun atau di kereta jadi salah satu momen bengong juga, kadang dapat inspirasi nulis juga pas di kereta.. :D
ReplyDeleteJadi bisa membayangkan suasana naik kereta dari artikel ini. Terimakasih atas sharing nya, karena saya tidak pernah pergi kerja naik kereta api.
ReplyDeleteWah aku ga kebayang klo harus naik kereta tiap hari desak desakan rebutan bangku ngebayangin nya aja uda pusing, salut sama yang hrus kerja bolak balik naik kereta
ReplyDelete16 tahun di jakarta, aku belum pernah naik KRL Jakarta ini 😅. Jujurnya karena takuuut mas. Udah banyaaak bgt denger keseramannya , apalagi pas bagian dorong2an untuk masuk dan kluar 😅. Aku udh sadar diri sendiri mas, pasti kalah, mana badanku kecil begini 🤣. Makanya sampe Skr ga berani naik. Dulu pas masih kerja kantoran, aku lbih milih ojek online atau taxi aja. Soalnya anak buahku dulu juga banyak yg AnKer. Dan dari mereka aku tau segala cerita soal KRL di saat pagi 😁😄
ReplyDelete