Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Friday, June 12, 2015

Hari Yang Kemarin

Dalam setiap perputaran waktu akan datang masa dimana kita bergembira dan melepaskan beban. Melepas lepas, mengejang, lalu terkulai lemas. Masih teringat dengan jelas tentang hari kemarin yang mana setiap penantian pasti akan berakhir juga. Penantian akan momen bergembira dan berfoto bersama toga dan sejenisnya. Berfoto bersama, bergembira bersama, berteriak lantang lepas lalu sekejap tercetak dalam lensa kamera. Momen wisuda yang begitu ditunggu oleh saya, oleh mereka, oleh kedua orang tua, dan oleh para semua mahasiswa. Dan kemarin, adalah giliran saya untuk menikmatinya. Menikmati wisuda, menikmati kebebasan yang saya pahami dengan jelas bahwa itu hanyalah kebebasan yang sementara. Tapi, tetap saja saya bersyukur bahwasanya saya telah menjadi seorang sarjana, sarjana muda, calon pencari kerja.



Hari yang kemarin biarlah menjadi yang kemarin, yang telah lalu dan melebur bersama waktu. Biarkan hari yang kemarin menjadi momen yang mengkristal dalam setiap keping-keping ingatan yang bersemai menjadi sebuah helaian-helaian kenangan yang nantinya akan terbuka ulang, terbuka lebar, terbuka lapang. Hari yang kemarin biarlah menjadi yang kemarin, layaknya kepingan puzzle yang satu persatu dikumpulkan untuk menghadapi masa yang akan datang. Masa pencarian, masa perjuangan.



Sebuah suara tertangkap lembut menembus lorong telinga, menciumnya sekilas lalu berlanjut lepas menuju ujung yang tak terbatas. Menjadikannya sebuah bunyi dengung, lalu membuatnya bingung, seketika menjadi linglung. Meskipun terdengar begitu lembut mengalun ternyata efeknya masih berdengung, membuat linglung. Dengung yang muncul di tengah kebisingan yang muncul bagaikan hikayat cerita rakyat yang tercipta dari mulut ke mulut menjadikannya tak nyata dan tanpa memberi janji apa-apa dan bahkan nantinya akan lenyap untuk selamanya. Itulah salam perpisahan, salam perpisahan yang melibas, melepas, lalu mengerjap terbang bebas. Layaknya suara dengung yang perlahan menjadi pelan, menjadi sepi, sepi yang benar-benar sepi. Sepi senyap.



Dedaunan kering berserak di pelataran halaman gedung yang kemarin hiruk pikuk penuh dengan berbagai manusia berdasi dan bertoga. Sekarang yang tersisa hanya seorang anak muda bertoga, anak muda ikut disebut sebagai sarjana muda. Terdiam sendiri, memandang ke atas, menatap langit luas, dan berkata “Terima kasih Tuhan Yang Maha Esa, Terima Kasih Alam Semesta. Dengan bantuanmu, Aku bisa menjadi seperti ini. Bimbinglah diri ini menembus bahtera perjalanan hidup yang membentang luas di depan mata. Bimbinglah diri ini menembus hutan belantara kehidupan. Aku mohon bimbingannya sekali lagi, wahai Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta.



Sudah habis ceritaku, ceritaku di perguruan tinggi ini, cerita perjuanganku mencari ilmu, mencari pelajaran kehidupan dari bangku kuliah dan kehidupan dunia kampus. Sekarang sudah waktunya membuka lembar baru yang tak aku ketahui seperti apa bentuknya. Di pelataran parkiran ini aku tertegun melihat buku baru yang tiap lembarnya masih terkunci oleh waktu. Untuk kedua kali aku tertegun melihat kembali dunia yang tak henti-hentinya menuturkan banyak hal walaupun sering kali berulang tetapi tetap menjadi baru karena diceritakan sekali lagi.





Disini aku terduduk menyepi dalam dunia pikiran sendiri, menyapu pandangan ke seluruh alam dan menemukan bahwa aku tak sendiri. Masih banyak tangan yang merangkul, yang mendorong, dan membantu bangkit tatkala jatuh berpeluh. Bersama mereka aku tertawa, bersama mereka aku bergembira, bersama mereka aku menunggu, menunggu waktu yang tepat untuk melepas. Melepas gelar mahasiswa menjadi seorang sarjana muda. Sarjana muda calon pencari kerja.



Terima kasih Angkatan Ilmu Politik 2010 UNSOED. Bagiku kalian bukanlah teman ataupun kawan, tapi sudah menjadi bagaikan sebuah keluarga. Keluarga beda darah namun memiliki satu arah yang sama. Bersama kita tertawa, bersama kita berbagi rasa, bersama kita mewarnai hari masa kuliah yang terasa begitu datar dan membosankan dengan warna baru. Menjadikan kita kompak layaknya sepasang sapatu, berjalan beriringan, berlari bersama mengejar cita-cita bersama. 
Terima kasih banyak. Tanpa kalian, diriku bagai dayung tanpa perahu.











Terima kasih banyak EL POLITICO 2010!



Purwokerto, 12 Juni 2015.

31 comments:

  1. wiih habis di wisuda yaa mas :) sukses deh :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tak terasa sudah 3 bulan lebih aku wisuda :)

      makasih makasih

      Delete
  2. Siap-siap mencari perkejaan nih mas. Selamat ya! :D

    ReplyDelete
  3. Duh jadi pegen cepet2 wisuda bang :'' masih 2 tahun lg tapi uhuhu

    ReplyDelete
  4. selamat ya bang udah diwisuda. semoga cepet dapat kerjaan

    ReplyDelete
  5. Selamaaaat! Semoga ke depannya dimudahkan untuk dapat pekerjaan. Aamiin.

    ReplyDelete
  6. Wah selamat yah... atas gelarnya dan selamat menempung cari kerja hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tak terasa sudah 3 bulan lebih aku wisuda :)

      makasih makasih

      Delete
  7. congrats kaka, smga cpet dpet kerjaan ;)

    ReplyDelete
  8. Awesome!
    Gaya penulisannya itu, loh. Hahahha~

    Selamat menempuh hidup baru, Mas!
    Selamat menjadi sarjana yang insha Allah cepat mendapat kerja!

    Ditunggu kedatangannya di Jakarta.
    *kali aja mau merantau* wkwkkw

    ReplyDelete
  9. Wah... selamat ya :).
    Semoga cepet dapet kerja.
    Good luck !

    ReplyDelete
  10. Selamat ya, Mas Fandhy.. Selamat menempuh lembaran hidup baru, yang penuh tantangan, tawa, sedih, semua. Jalani saja dengan hepi dan syukur ^^

    ReplyDelete
  11. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  12. ciee wisuda :) selamat mendapatkan profesi baru ya..
    salam kenal :)

    ReplyDelete
  13. Selamat .....

    Selamat berjuang lagi dengan lebih keras ;)

    ReplyDelete
  14. selamaatttt
    selamat menempuh kejenjang hidup nyata selanjutnya ^^

    ReplyDelete
  15. Wah congrats! Udah wisuda ya, smoga mudah mencari pekerjaan :)

    ReplyDelete