Kepada yang
terhormat, Bapak Menpora.
Saya sebagai
pecinta sepak bola Timnas Indonesia sejujurnya sangat kecewa dengan adanya surat pembekuanPSSI dari FIFA. Surat pembekuan yang melarang Timnas kita untuk
bermain sepak bola di kancah internasional, serta tak memperbolehkan PSSI untuk
menggulirkan kompetisi dalam negeri. Surat pembekuan dari FIFA yang datang
karena adanya campur tangan pihak-pihak yang kami sebut itu pemerintah. Padahal
sudah jelas adanya aturan dari FIFA yang
mana PSSI haruslah bergerak independen tanpa campur tangan pemerintah, karena
sanksinya apabila melanggarnya adalah sudah jelas, Pembekuan. Namun, bapak
ternyata melanggarnya.
Seperti yang saya kutip dari Pandit Football, Sebagaimana
hukuman yang berlaku segera, pencabutan hukuman pun dapat dilakukan dengan
segera. Selama, tentu saja, PSSI mampu memenuhi empat ketentuan pencabutan
hukuman yang ditentukan FIFA. Ketentuan pertama dari empat ketentuan tersebut
adalah: Komite Eksekutif PSSI terpilih dapat mengelola perkara PSSI secara
mandiri dan tanpa pengaruh dari pihak ketiga, termasuk kementerian (atau badan
kementerian). Ketentuan
kedua berisi pengembalian kewenangan terhadap tim nasional Indonesia kepada
PSSI: Tanggung jawab mengenai tim nasional Indonesa kembali menjadi kewenangan
PSSI. Seperti ketentuan kedua, ketentuan ketiga dan keempat juga berisi
pengembalian kewenangan kepada PSSI (“tanggung jawab mengenai semua kejuaraan
PSSI kembali menjadi kewenangan PSSI atau liga yang dibawahinya” dan “semua
kesebelasan yang berlisensi PSSI di bawah regulasi lisensi kesebelasan PSSI
dapat berkompetisi di kejuaraan PSSI”).
Saya mencoba mengerti dan mungkin mencoba memahami maksud baik bapak yang
dengan getol mencampuri urusan PSSI sampai-sampai memberikan Bapak Menpora memberi surat pembekuan buat PSSI. Jadi sekaligus PSSI mendapat dua
surat pembekuan, pertama dari Bapak Menpora kemudia surat kedua datang dari
FIFA. Ah beruntung sekali andai itu surat cinta, namun sayangnya itu surat
pembekuan. Bagai jatuh tertimpa tangga. Tapi apakah Bapak Menpora memahami
akibat-akibat selanjutnya akibat adanya surat pembekuan dari FIFA ini ? Semoga
Bapak memahaminya. Masih beruntung Timnas U-23 masih bisa berlaga di ajang Sea
Games di Singapura. Mungkin ini hanya sekedar obat pelipur lara yang bersifat
sementara saja.
Saya mungkin
cuma pemain bola voli amatir yang kebetulan mencintai sepak bola, tapi saya
mengerti bagaimana rasanya ketika para pemain dilarang untuk bermain
sepak bola secara resmi. Saya mengerti bagaimana kecewanya mereka (para pemain
sepak bola), ketika seluruh kerja kerasnya ternyata sia-sia belaka. Dan lebih
kecewanya lagi yang menggagalkan usaha mereka adalah pemerintah, kalau sebab
lain misal cedera atau bencana alam itu masih bisa dipahami. Mau jadi apa
kita sebagai pemuda, jika kebebasan kami menendang bola di kompetisi resmi
bapak cabut. Apa gunanya punya kedua kaki lincah mengolah bola jika keinginan
menendang bola demi mengharumkan nama Indonesia yang semakin lama terkenal dengan negeri korupsi-nya itu dilarang.
Layakkah para pemain Timnas Indonesia bermain TarKam? Tentu saja tidak.
Alangkah
beratnya bulan-bulan mendatang yang akan datang tanpa adanya kepastian nasib.
Ketika para pemain yang biasa bertempur di lapangan sepak bola harus memangku
kakinya tanpa sepatu dan hanya bisa memandang luas cakrawala yang membentang di
atasnya dengan hela nafas berat memikul beban ketidakpastian nasib yang semakin
mencekal. Alangkah sulitnya untuk menerima kenyataan ini, tapi apa mau dikata
mereka cuma pemain sepak bola biasa, bukan tokoh pemerintah yang punya
pengaruh. Saya tak peduli dengan urusan perebutan kekuasaan dibalik kisruh dan
pembekuan PSSI. Tapi sekiranya berikanlah mereka kesempatan dan kebebasan
bermain sepak bola demi mengharumkan nama bangsa. Berilah mereka kesempatan
untuk menunjukkan kepada dunia bahwa pemuda-pemuda Indonesia bisa berprestasi
di Sepak Bola.
Alangkah baiknya andai saja kita semua memiliki pemikiran positif, dan pemikiran maju ke depan. Bukan saling menikam, saling hantam, tapi saling merangkul satu sama lain demi kemajuan sepak bola indonesia. Alangkah indahnya, jika Menpora dan PSSI saling bersatu padu berjuang demi kepentingan bangsa, dan bukan hanya kepentingan golongan mereka semata. Ini bukan lagi soal berapa besar uang atau berapa besar pengaruh kuasa dalam sepak bola, tapi ini semua demi kemajuan Sepak Bola Indonesia. Dan saya harap Bapak Menpora paham akan hal ini. Bagi para pemain, khususnya pemain sepak bola mungkin mengerti akan ungkapan seperti "Bertanding sepenuh hati dan memainkan dengan hati gembira niscaya urusan kalah atau menang itu biarkan alam semesta yang memilihnya."
Majulah Sepak Bola Indonesia, Bersatulah Indonesia Raya!
Semoga pihak kementrian membaca surat ini,kasihan pemain sepak bola dalam negeri yabg nasibnya terkatung-katung.
ReplyDeleteSalam dari imalavins.blogspot.com
ps:wah pemain bola voli ya kak,posisinya jadi apa?dulu sempet jadi atlet voli soalnya hehe
haha saya pemukul all-round kakak, kadang jadi wing spiker!
Deletekadang juga jadi middle-blocker :D
Benar semoga menpora dan pssi saling bersinergi bukan saling serang menyerang. Hajar bandit di PSSI tapi jangan rusak PSSI nya karena itu mencakup hajat orang banyak...
ReplyDeleteHajar para bandit-bandit di PSSI!
DeleteAkibat pembekuan ini bnyak yg jadi korban . Semoga aja bisa dicabut pembekuannya
ReplyDeleteSalam Kenal yak
http://superhidz.blogspot.com/
yeah semoga :')
Delete