Sastra Ananta
Seorang anak muda tak sengaja terjebak dalam guyuran hujan sore hari. Hujan sore hari yang mendadak datang mengguyur segala badan, tanpa sempat berkelit, dan basah seketika. Hanya bisa mengumpat, “ Persetan keparat! ” begitu teriaknya. Sumpah serapah begitu saja tercelat keluar dari mulutnya. Tak peduli pada langit, tak peduli pada bumi, baginya hari ini adalah hari yang berat. Setelah tercelat dari pekerjaannya, terpegat dari kekasihnya, dan kini digapyak dengan hujan deras yang menambah derita. Ah konspirasi semesta, begitulah dalihnya. Ah persetan tak peduli, kapan lagi menikmati hujan dua ruangan. Ruang hati dan ruang semesta. Baginya itu terasa seperti menebar mimpi di antara tidurnya. Gratis tak perlu malu pada gadis manis yang pernah jadi kenangan termanis. Menangis dalam gerimis, ah nikmatnya.