Akhir-akhir ini berita
banjir Jakarta sedang membanjiri halaman depan berbagai berita, baik berita
koran, maupun berita televisi. Kalo kita membicarakan kota Jakarta, hal pertama
yang muncul di benak kita adalah MACET, kemudian diikuti masalah BANJIR, iya
banjir. Dan, untuk tulisan ini yang akan saya bahas adalah masalah Banjir.
Bagi kota Jakarta, banjir adalah masalah klasik. Masalah
klasik dari tahun ke tahun yang tak kunjung terselesaikan justru semakin parah.
Berganti-ganti gubernur yang memimpin Jakarta, dan berganti-ganti pula
kebijakan yang dikeluarkan untuk menangani masalah banjir. Namun hasilnya,
masih belum memuaskan. Selalu saja, setiap datang hujan deras ah jangankan
hujan deras, hujan gerimis saja bisa membuat Jakarta menjadi banjir. Sebegitu
rumitkah masalah banjir, sampai-sampai tak kunjung bisa terselesaikan?
Baiklah, untuk pertama-tama kita liat masalah banjir dari
sisi ilmu alam. Banjir umumnya terjadi karena ketidakmampuan sungai dalam
menampung debit air yang mengaliri sungai, dan akibatnya sungai meluap dan
menyebabkan banjir. Selain itu ada pula istilah “Banjir Kiriman”, Banjir kiriman merupakan banjir yang terjadi
akibat hujan deras yang terjadi di daerah hulu sungai yang kemudian menciptakan
debit air yang berlebih, dan debit air berlebih itu kemudian mengalir melalui
sungai menuju ke muara sungai, maka banjir melanda daerah muara, dan Jakarta
merupakan kota besar yang terletak di muara Sungai Ciliwung. Sungai Ciliwung yang membelah Jakarta sudah tidak lagi
berfungsi maksimal dalam menampung air. Selain karena pendangkalan dan
rumah-rumah penduduk yang menyemut di sepanjang pinggirannya, juga karena
sungai-sungai ini penuh dengan sampah.
Untuk mencegah terjadinya banjir yang
sering kali melanda Jakarta alangkah baiknya Pemerintah Jakarta melakukan
cara-cara menangguangi banjir berikut, antara lain:
1.
Meningkatkan kesadaran kepada masyarakat Jakarta untuk tidak
membuang sampah ke sungai, Upaya yang sulit
dilakukan, karena membuang sampah ke sungai sudah menjadi kebiasaan bagi
sebagian warga Jakarta. Padahal seharusnya mereka tahu, bahwa membuang sampah
ke sungai itu bisa menghambat aliran sungai dan menyebabkan banjir. Solusi
pemerintah, adalah menyediakan tempat sampah khusus bagi warga di
sekitar aliran sungai, hal ini dilakukan untuk melatih kebiasaan warga di
sekitar aliran sungai untuk membuang sampah pada tempatnya, dan bukan membuang
sampah di sungai.
2.
Melakukan pengerukan sungai-sungai yang ada di Jakarta,
khususnya sungai ciliwung yang sudah mengalami pendangkalan. Hal ini penting dilakukan agar debit air yang mengalir di
sungai ciliwung menjadi lancar. Selain itu, pengerukan dilakukan untuk membuang
sampah yang ada di dalam sungai.
3.
Membuat saluran-saluran air. Saluran-saluran air yang dibuat untuk membantu tugas
sungai-sungai yang ada di Jakarta. Ketika sungai di Jakarta tak lagi mampu
menampung jumlah debit air maka air bisa disalurkan ke saluran-saluran air yang
nantinya akan dialirkan ke sungai. Solusi pemerintah, membangun saluran
banjir kanal.
4.
Merehabilitasi daerah-daerah resapan air. Daerah-daerah resapan air yang ada di Jakarta saat ini
sudah sangat minim. Minimnya daerah resapan air di Jakarta karena banyak di
antara beralih fungsi menjadi daerah perkantoran dan pertokoan. Akibatnya
ketika hujan turun di Daerah Jakarta maka akan dengan mudah terjadi
genangan-genangan yang kemudian menjadi banjir. Genangan-genangan ini terjadi
karena tak adanya daerah-daerah resapan air. Solusi Pemerintah, Adalah
dengan membuat sumur-sumur resapan. Sumur resapan adalah
sarana untuk penampungan air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur
serapan berfungsi untuk membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah dan
kembali ke siklus air yang semestinya sehingga tidak menggenang di permukaan
dan menyebabkan banjir. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir
atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah.
5.
Bekerja sama dengan daerah daerah di sekitar Jakarta,
khususnya di wilayah hulu sungai Ciliwung. Kerja sama dapat dilakukan dengan cara
mereboisasi hutan-hutan disekitar daerah puncak yang menjadi hulu sungai
ciliwung. Banjir sering terjadi karena daerah-daerah resapan air di puncak telah
beralih fungsi menjadi vila-vila mewah.
6.
Melestarikan Hutan, Kegiatan pembalakan
di mana perjalanan di daerah pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis
dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga terjadi bila aktivitas pembalakan
yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit. Karena itu pemeliharaan hutan merupakan
cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir, karena hutan dapat dijadikan
kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan dari mengalir terus ke bumi.
Dengan melakukan reboisasi. Hutan memiliki fungsi untuk menyerap air hujan dan
mengalir dengan perlahan-lahan ke anak-anak sungai. Ia juga bertindak sebagai
filter dalam menentukan kebersihan dan kejernihan air.
7.
Membuat Lubang Biopori sebanyak mungkin, Lubang biopori bisa dilakukan oleh setiap warga Jakarta.
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk
mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah
organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan),
memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan mengatasi
masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan
malaria. Cara membuatnya cukup mudah, kita cukup membuat lubang di tanah dengan
menggunakan bor tanah. Diameternya cukup 10 cm dengan panjang kira-kira sebesar
100 cm. Semakin banyak lubang biopori di halaman rumah, kita semakin aman dari
bahaya banjir.
Sekiranya
tulisan saya hari ini, semoga bermanfaat. Selamat Malam.
nah, alam memang sulit ditaklukkan dengan teknologi rekayasa, namun yang tersulit ditaklukan sebenarnya adalah kebiasaan manusia agar tergugah memperbaiki perilakunya. untuk setidaknya tidak merusak lingkungan sehingga bisa mengurangi dampak banjir.
ReplyDeletesalam
http://jarwadi.me
iya, bener... tapi jauh lebih sulit merubah disiplin warga jakarta utk tidak membuang sampah di sungai dibanding merekayasa cuaca...
Delete