Tak ada yang tak
mungkin di dunia ini, termasuk mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan.
Sebagian besar dari kita mungkin sudah ada yang bekerja, dan ada pula yang
belum bekerja. Bekerja dan mendapat pekerjaan menurutku adalah soal waktu dan
keberuntungan. Ada kalanya kita bekerja namun di waktu yang salah. Contohnya
seperti anak kecil yang terpaksa bekerja dengan menjual koran sehabis waktu
sekolah demi membantu ekonomi keluarganya. Namun ada pula yang belum bekerja di
waktu yang tepat. Contohnya seperti saya, tak usah dijelaskan, namun intinya
saya masih belum bekerja sampai saat ini. Well, maksud saya sesuai definisi
bekerja menurut orang kebanyakan. Dan tiap orang definisinya tentu saja selalu
berbeda antara satu dan yang lainnya.
Sebagian besar
bertanya apa itu bekerja yang sebenarnya? Jika mengacu pada bekerja adalah
bekerja, maka bekerja pun bisa dilakukan dimana saja tanpa perlu diatur dengan
kontrak kerja. Seperti kata Buya Hamka, Kalau
hanya sebatas kerja, kera pun bekerja. Dan jika sebatas hidup, kambing pun
hidup. Jadi bekerja yang benar benar bekerja itu bagaimana?
Perihal
definisi yang benar benar tepat, saya pun tidak tahu. Tapi menurut saya bekerja
yang benar benar bekerja adalah bekerja yang berdasarkan panggilan hati, bukan
karena paksaan ataupun hanya sekedar untuk memberi jawaban dari pertanyaan
basa-basi “Bekerja dimana sekarang?”.
Tapi bagaimana bekerja yang berdasarkan panggilan hati? Menurut saya, bekerja
yang berdasarkan panggilan hati, adalah bekerja yang rasanya seperti bermain,
namun bermain seperti bekerja, bekerja yang mana ketika melakukannya hati
terasa ringan, jiwa terasa lapang. Begitulah bekerja yang berdasarkan hati.
Mungkin sebagian
orang sudah menemukan pekerjaan yang sesuai hati mereka, namun banyak pula yang
terjebak pekerjaan yang terpaksa. Sungguh beruntunglah mereka yang sudah
menemukan pekerjaan yang sesuai dengan passion mereka. Menurut saya
keberuntungan dari segala keberuntungan dalam pekerjaan, adalah mereka yang
melakukan pekerjaan seperti melakukan kesenangan. Dan mereka melakukannya lebih
dari sekedar bekerja, namun semua yang dilakukan oleh mereka rasanya seperti
sedang melakukan sebuah hobi, dan tentunya hobi yang dibayar. Ah senangnya jadi
mereka.
Ah rasanya
menyenangkan sekali di posisi mereka. Tapi terkadang anggapan yang menyenangkan
itu akan gugur seketika jika kita harus melihat proses bagaimana mereka
berjuang untuk itu semua. Pengorbanan waktu, pengorbanan hati dan pikiran,
berulang kali harapan yang pupus di tengah jalan, berulang kali kesempatan yang
terberangus oleh kenyataan, berapa banyak air mata yang dicucurkan dalam tiap
usaha dan doa mereka, dan menjadikannya mereka layak untuk mendapatkan
pekerjaan yang sesuai hatinya, karena memang mereka berhak mendapatkannya.
Janganlah kalian iri akan mereka, tapi terpaculah dan jadikan pemantik bara api
dalam jiwa yang sempat padam, kobarkanlah kembali bara api dalam hati kecilmu,
namun tetaplah dijaga bara api itu jangan sampai membesar dan membakar jiwamu,
dan menghanguskan sisi hati nuranimu. Lalu bagaimana dengan diri saya? Namun
sayangnya saya masih jauh dari tahap itu, sekedar untuk mendapatkan pekerjaan
pun saya belum mampu. Masih dalam tahap mencari, mencari dan mencari.
Punya pekerjaan yang
mapan dan bekerja dengan penghasilan di atas kata lumayan, bagi sebagian orang
(khususnya orang tua anak gadis mereka) adalah sebuah kriteria, kriteria yang
pada nantinya akan menjadi patokan dan tolak ukur mereka untuk memilih seorang
lelaki yang berhak menjaganya, menjaga sepanjang hidupnya. Dan saya pun tak merasa
heran, jika ada orang yang bilang bahwa “Ketampanan
akan kalah dengan kemapanan.” Ya memang benar, dan sebagian orang tua
terkadang menganggap kemapanan adalah tolak ukur yang utama dalam memilih
pasangan untuk anak gadis mereka. Namun bagaimana nasib mereka yang tak punya
kemapanan, tak punya ketampanan, dan tak punya pekerjaan? Apa iya mereka tak
berhak untuk mendapat pasangan jiwanya? Ah saya pikir tidak begitu, sekiranya
mereka (saya) layak untuk diberi kesempatan untuk membuktikannya, bahwa ketampanan
dan kemapanan bukanlah hal yang utama dan segalanya.
Hal yang utama
dalam setiap pemikiran sebagian orang tua adalah kebahagiaan anak (gadis)
mereka. Dan tentu saja arti kebahagiaan tiap orang itu berbeda-beda, semua
tinggal bagaimana kita mencarinya. Tiap bahagia antara cinta, bekerja, dan
hidup adalah sesuatu hal yang sama namun berbeda. Seperti kata Hector dalam
film Hector Search For Happiness, “Gluck
ist, wenn man dafur geliebt wird, wie man ist.” Kira-kira artinya begini,
“Kebahagiaan adalah bagaimana kau mencintai seseorang, apa adanya.” Untuk
tiap-tiap kebahagiaan anak-anak (gadis)nya, tiap orang tua terkadang
menancapkan kriteria yang terlalu dalam untuk digali, dan terlalu tinggi untuk
didaki tiap lelaki, namun begitulah cerminan seberapa besar arti anak(gadis)nya
di mata mereka.
Perihal bahagia,
terkadang banyak orang yang berharta mengaku tidak bahagia dengan kehidupannya.
Hal ini terbalik dengan orang yang tak punya apa-apa namun begitu bahagia
dengan hidupnya. Jadi sekiranya apa yang salah di antara keduanya? Apa yang
menjadi pembeda? Menurut saya, hal yang jadi pembeda adalah cara bagaimana
melihat hidup yang sebenarnya. Mungkin orang yang berharta tak bahagia karena
dia disibukkan dengan banyak acara, dan salah satunya acara untuk menjaga
hartanya, menjaga hartanya dan tentu saja menambah hartanya lagi dan lagi,
entah bagaimana caranya. Lalu seputar orang yang tak punya apa-apa namun begitu
bahagia dengan hidupnya dikarenakan karena mereka tak lagi sibuk menjaga hartanya,
namun cukup menjaga rasa bahagianya dengan cara bersyukur pada yang maha kuasa,
sekiranya bisa makan tiga kali sehari sudah cukup baginya. Jadi yang jadi
pembeda itu hanyalah rasa syukur, tapi bagaimana sama orang yang berada di
posisi “Orang berharta bukan, Orang tak
punya apa-apa juga bukan.”? Ah entahlah.
Terkadang yang
dibutuhkan oleh sebagian besar dari mereka yang kurang beruntung (seperti saya)
dalam mencari pekerjaan dan pasangan, terkadang hanyalah sedikit waktu
tambahan. Waktu tambahan untuk membuktikan bahwa kita layak untuk berbahagia,
dan layak untuk membagikan kebahagiaannya kepada sesuatu hal, baik itu
pekerjaannya maupun pasangannya. Terkadang berulang kali jatuh membuat trauma,
namun di satu sisi juga membuatnya tertantang. Tertantang untuk bangkit dan mencobanya
sekali lagi, lagi dan lagi. Tak peduli meskipun kegagalan akan terulang
kembali. Namun siapa yang peduli ketika kembali gagal mencobanya, maka mencoba
kembali tak ada salahnya.
Pada akhirnya
tulisan ini seperti memberi kesadaran bagi saya, bahwa sesungguhnya saya ini
masih sangat jauh dari mereka. Masih jauh dari posisi mereka, masih kurang lama
dari waktu yang mereka butuhkan untuk mendapatkan semua, dan tentu saja masih
terlalu kurang dalam mencoba, berusaha, dan berdoa. Jangan khawatir jika kalian
belum mendapatkan pekerjaan, jangan khawatir jika kalian belum mendapatkan
pasangan, dan jangan khawatir jika kalian merasa kurang beruntung. Sekiranya
saya pun mengerti, bahwa dalam hidup tak ada yang instan, segalanya butuh
proses. Saya tak tahu bagaimana saya tahu tentang semua itu, tapi sekiranya saya
tahu bahwa terkadang saya hanya perlu cukup tahu untuk sekedar mencari tahu.
Mencari tahu tentang segalanya yang akan terjadi, karena saya percaya bahwa
ujar-ujar “Life has a strange sense of
humor, and sometimes God makes up for it by working in mysterious ways”
memang benar adanya.
Purwokerto, Minggu Malam, 10 Januari 2016.
Iya, jangan khawatir.. semua sudah diatur oleh Tuhan.. yang penting kita sebagai manusia harus berusaha dan berdoa.. :-)
ReplyDeleteman jadda wa jadda ya kak :D
Delete"Bekerja yang berdasarkan panggilan hati, adalah bekerja yang rasanya seperti bermain, namun bermain seperti bekerja, bekerja yang mana ketika melakukannya hati terasa ringan, jiwa terasa lapang." <- Aku setuju dengan kalimat ini..
ReplyDeleteSejujurnya, aku belum mendapat pekerjaan yang sesuai dengan hatiku. Terkadang pekerjaanku masih dari sebuah paksaan. Namun, caraku mengatasinya adalah tetap sabar dan berusaha agar tidak terjebak dalam situasi seperti itu. :)
nikmati saja nur, terkadang banyak diluar sana yang belum punya pekerjaan :)))
DeleteArtikelnya saya banget Mas, galau benar mengenai tiga hal ini :(
ReplyDeleteiya tiga hal itu memang terkadang sesuatu yang sensitif :D
DeleteQuote dari Buya Hamka memang keren ya. Aku sering baca itu dimana-mana. Memang nyesss sih. Kalimatnya sederhana tapi maknanya dalam :)))
ReplyDeleteAku juga cukup galau sama pekerjaanku sekarang. Nggak sesuai passion. Dan karena nggak sesuai itulah jadinya kayak nggak semangat. Juga jadi kelihatan bodoh. Mau resign, tapi ingat adek yang masih harus kuliah bertahun-tahun lagi. Huhu. Eeh maaf. jadi curhat :'D
Semoga Mas Fandhy segera dapat pekerjaan ya. Semoga dapat pasangan juga. Aamiin. :))
Semangat ichaaak! *lho kok komen di blog orang*
Deletehahaha iya sama cha, aku pun masih punya adik yg masih sekolah dan harus dibiayai juga, dan untungnya kamu masih ada pekerjaan, jadi aman...
Deletetapi terima kasih atas doanya, semoga kamu dan zai cepat tiba ke kursi pelaminannya X)
haha kak laili mah X)
Semangat cari kerjanya mas ! semoga lekas bekerja sesuai passionnya
ReplyDeleteNgomong ngomong soal kerja, saya pun kadang merasa kurang cocok dengan passion saya. Tapi sebisanya tetap di bawa happy biar kerja jadi ibadah ^^
Pernah tertohok sama quotes "Bersyukur itu, kalau senin sibuk kerja.. bukan senin itu nyari kerja"
Jadi bersyukur sama pekerjaan yang sekarang aja, karena saya pun cuma lulusan smk ^^
wah alhamdulillah ya sudah punya pekerjaan walau hanya lulusan SMK saja :)))
Deletenyatanya, mencari pekerjaan memang tak semudah yang diimpikan. dan alangkah beruntungnya mereka diluar sana yang bekerja sesuai dengan passion, hobi yang dibayar :")
ReplyDeleteiya emang jev, butuh perjuangan ekstra :')
Deletedo the best and let God the rest, begitu kata pepatah ... semangat yaa
ReplyDeleteyey! semangat!
Deletekalo sekarang aku ngajar, apa itu termasuk hobi yg dibayar?
ReplyDeleteApa itu definisi bekerja?
Ah, gak mau 😂😂
definisi bekerja? ya itu tuh put haha
Deletesemangaaaaatt!
ReplyDeletesemangat!
DeleteNah setuju nih..pekerjaan yg sesuai passion pasti akan menimbulkan cinta dan membuat bahagia utk dijalani
ReplyDeletebetul kak :))
DeleteTuhan gak bakal diem ko bro.. kalo kita gak males & mau nyari tuh kerjaan.. fighting brother :)
ReplyDeleteterima kasih atas semangatnya :))
DeleteKata saya sih " bekerja adalah menukarkan tenaga, pikiran dan waktu kita pada pihak (perusahaan) yang mau membayar." Pertanyaan sejuta dolarnya adalah, "siapa dan seberapa besar mereka berani membayar tenaga, pikiran dan waktu kita?" Mungkin ini alasan banyak orang ingin jadi sarjana, supaya mereka dihargai (dibayar) lebih besar.
ReplyDeletehaha betul bang, saya setuju dengan anda :))
DeleteAku sebagai manusia yang kurang bersyukur merasa tertampar baca ini, hahaha. Aku tuh kerjaan sesuai hobi, hidup enak, bahagia terus, tapi tetep aja nggak puas. Nggak ngerasa senang. Mungkin karena kurang beryukur dan karena hidupnya stabil jadi nhebosenin... Eeeeh ini kenapa curhat ~
ReplyDeletebe thankful be cheerful mbak :D
DeleteBekerja sesuai hobby dengan gaji yang besar adalah koentji kemakmoeraannn
ReplyDeletehahaha iya can betul
DeleteMas mas celananya kurang pendek
ReplyDeleteWkwkwk
*kabur :D
hahaha iya tuh gak ada celana lagi :D
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteKeinginan orang tua dan anaknya terhadap calon suami emang beda. Kadang ada orang tua yg mau calon mantunya banyak duit tapi anaknya ga. Kadang ada, anaknya yg pgn suaminya pgn banyak duit, hahaha. Tapi sebagai cewek (dan mungkin cewek lain juga berpikiran sama kayak aku), yang dibutuhin itu daya juangnya. Kalau laki2 ga ada daya juangnya mau gimana nantinya?
ReplyDeleteSemangat fandhy! Moga cepet dapet kerja ya!
kalau keinginan orang tua mu perihal kriteria calon suamimu itu gimana ndang? haha
DeleteEmang mau kerjanya jadi apa, Fan?
ReplyDeleteSumpah, gue juga nanti kalo lulus bingung. Gue kan Manajemen, ya. Antara mau jadi marketing, atau tetap fokus nulis-nulis curhatan terus pengin kerja di bagian kepenulisan atau penerbitan. Hahaha.
Santai aja, sih. Gak perlu risau. Selama udah berusaha dan berdoa maksimal, nanti juga dapet kerja. Mangaatsss!
Santai aja, sih. Gak perlu risau. Selama udah berusaha dan berdoa maksimal, nanti juga dapet kerja. Semangat yog!
DeleteSetuju, semuanya butuh proses. :)
ReplyDeleteiya mbak :)
DeleteNgomongin kerja gue belum tau secara luas. Dan intinya berdasarkan yang gue lihat, sekarang kualitas pekerjaan lebih condong dari pendidikan. Jadi kalo sebatas SMA rasanya sulit nyari pekerjaan yang oke. Kalo sarjana mungkin lebih berpotensi. Gitu, sih.
ReplyDeletebutuh perjuangan ekstra ketika mencari pekerjaan :')
DeleteKalo kata wong Jowo "sawang sinawang" kita nggak akan pernah tau, karena kita nggak make sepatunya orang tsb. Bahagia adalah koentji, bener banget...setuju;)
ReplyDeletehehe terima kasih mbak
DeleteWah, pelik banget tampaknya permasalahannya. Gue belum nyampe ke tahap sana. Semoga deh diberikan kelancaran untuk mencapai hal-hal di atas. Aamiin..
ReplyDeleteaamiin!
DeleteWah, pelik banget tampaknya permasalahannya. Gue belum nyampe ke tahap sana. Semoga deh diberikan kelancaran untuk mencapai hal-hal di atas. Aamiin..
ReplyDeleteaamiin!
DeleteBicara soal proses, saya akan terus berproses. Ya.
ReplyDeletebismillah :))
DeleteSing penting usaha lan ndonga
ReplyDeletehaha betul mbeng
Delete