Cerita ini dimulai dengan kisah seorang lelaki tua
yang mendapat lotre di malam hari, lalu terkaget, pingsan tak sadarkan diri, lalu ditemukan mati di pagi hari. Tak
sempat berpesta, tak sempat jadi orang kaya, semuanya terasa sia-sia,
keluarganya seketika berduka. Lotere membawa nestapa.
Kisah diatas adalah kisah kakekku, seorang lelaki
tua dari kota kecil di tengah Jawa. Tapi tulisan ini bukan tentang kisah kakekku,
tapi tentang hidupku, tentang kisah cintaku. Namaku Lestari, lengkapnya Lestari August Signora. Aku terlahir
secara kebetulan, di malam purnama ketika ayahku sibuk dengan garapan disertasinya,
dua puluh lima tahun yang lalu. Lestari
nama titipan kakekku, August nama
pemberian ibuku, dan Signora nama
pemberian ayahku. Setelah aku tahu, ternyata Signora diambil dari julukan
Juventus, La Vecchia Signora (ya, ayahku fans Juventus). Signora berarti Nyonya.
Nyonya Muda, begitu mereka memanggilku sejak kecil dulu.
Kisah cintaku itu lucu, lucu sekaligus bikin
nelangsa jika aku ingat selalu. Cinta pertamaku hadir di masa abu-abu. Masa
dimana berkata saru masih tabu, masa dimana berciuman masih suka malu-malu.
Masa abu-abu, masa dimana tren rambut masih wanita masih bergaya kepang dua, masa
sekolah menengah pertama. Cinta pertamaku lucu, lucu yang jika mengingatnya
suka ketawa malu-malu. Masih ingat akan waktu itu, dimana Seno, teman sekelasku
menembakku di depan ruang guru, dan (bodohnya) aku mengangguk mau. Lalu
diledekin sama guru-guru, disorakin anak-anak, dan dia malu. Lalu mutusin aku
tepat di depan pintu, pintu kelas. Cinta pertamaku begitu lucu, umurnya tak
lebih lama dari lalat hitam, yang konon katanya mati jelang menit kelima. Begitu
ironis, ironis namun menjadi kenangan manis.
Cinta keduaku hadir di masa semester pertama, kelas
dua SMA. Hujan gerimis di bulan pertama, membuatku malas untuk beranjak dari
tepian jendela. Hujan makin deras, dan aku makin malas untuk berkemas dan
berangkat sekolah. Namun siapa kira, ketika mau kembali ke pusara mimpii ibuku berteriak
lantang memanggil namaku. “Tari! Ini ada
temanmu. Cepat turun sini!” Dengan malas, aku menyahut lemah “Iya, bu. Bentar, ngumpulin nyawa dulu.” Padahal
sih aslinya cuci muka dulu, eh siapa tahu yang bertamu itu Dana, teman
sekelasku sekaligus ketua OSIS ganteng, idola gadis-gadis satu SMA. Siapa tahu?
Hehe
Dan ternyata semesta memang sedang bercanda, benar
saja yang bertamu itu si Dana. “Piye toh
mak? Kok ora ngomong nek iki sing mertamu. Aku yo isin, durung adus iki mak.” (Gimana toh bu? Kok gak bilang
kalo dia yang bertamu. Aku ya malu, belum mandi gini) Gugup, gagap, lalu ngoceh
dalam bahasa jawa. Epiknya lagi, sambil tersenyum, si Dana balas ngejawab
dengan bahasa jawa pula “Orapapa toh tar,
durung adus yo ajeg wae, esih ajeg ayune. Yuk mangkat bareng?.” (Gakpapa
kok tar, belum mandi pun tetap saja, masih tetap cantiknya. Yuk berangkat
bareng?). Seketika pipiku merona merah, tak menjawab langsung berlari untuk
mandi. Di dapur, terlihat Ibu tertawa melihat tingkah polah anak gadisnya.
Hari itu, ternyata hari bahagia. Di sekolah, setelah
jam olahraga, si Dana ternyata menembakku dan menyatakan cintanya. Tentu saja,
tidak di depan ruang guru, tapi di Aula sekolah setelah jam olahraga. Di depan
pintu ruang ganti, si Dana sudah menanti. Tanpa suara, dia hanya memberi
selembar kertas bertuliskan “Close your
eyes, and follow me!.” Bodohnya, aku mau saja mengikutinya. Ternyata dia
mengajakku ke Aula, dan disanalah dia menembakku. Dengan barisan lilin yang
membentuk hati, dengan coklat di tangan kiri, bunga di tangan kanan, dia
memintaku untuk jadi kekasihnya. Tentu, aku mau saja, dan menerimanya. Ternyata
semua itu sudah diatur sedemikian rupa olehnya, dengan dibantu teman sekelas,
sampai-sampai di belakangku ternyata ada banner besar bertuliskan namaku, aneh-aneh
saja tingkah si Dana, sampai buat banner besar layaknya mau berkampanye saja.
Kisah cintaku dengan Dana ternyata begitu bertahan
begitu lama. Setelah lulus SMA, ternyata kita kuliah di satu kampus yang sama,
hanya beda jurusan saja. Ah memang benar, namanya rejeki itu tidak bakal
kemana. Dan ternyata kisah cintaku bertahan sampai wisuda. Kami wisuda bersama-sama
di akhir tahun 2014. Baru kali ini, Lestari yang berarti abadi, tidak hanya
menjadi namaku, tapi juga kisah cintaku. Dia diterima kerja di perusahaan
perminyakan, sedangkan aku bekerja mengurus perkebunan dan hotel milik almarhum
kakekku. Dua bulan kemudian, di hari kasih sayang, dia melamarku. Dan aku tentu
saja menjawab mau. Ah bahagianya. Nama adalah doa, dan sebentar lagi aku akan
menjadi Signora, menjadi Nyonya. Nyonya Dana Bramakarya. Ah bahagianya.
Aku baru tahu, ternyata Dana punya phobia. Dia takut
ketinggian, dia takut naik pesawat terbang. Jadi itu alasannya dia lebih
memilih menerima untuk bekerja di perminyakan, dibandingkan menerima beasiswa
S2 di Rusia. Jadi itu alasannya ketika menolak bergabung dengan Tim Basket
Kampus kita akan tanding di luar pulau. Seumur hidupnya, dia takut terbang,
karena dia trauma, trauma karena ternyata kedua orangtuanya meninggal karena
kecelakaan pesawat terbang. Dan aku baru tahu semuanya, ketika dia bercerita
semua di malam setelah usai hari lamaran.
Namun, seminggu kemudian datanglah satu berita.
Berita yang membawa sekeranjang buah simalakama. Berita bahagia sekaligus
berita penuh dilema. Dia mendapat promosi sekaligus menjadi utusan untuk
mewakili perusahaannya untuk berangkat seminar bersama OPEC di Lousiana,
Amerika. Mau tidak mau, dia harus mau. Mau tidak mau, dia harus maju, dan tak
membuat perusahaannya malu. Mau tidak mau, dia harus melawan rasa takutnya akan
naik pesawat terbang. Dan akhirnya dia pun mau, dia memilih untuk melawan
semuanya. Melawan rasa takutnya.
Dikemasi segala pakaian ke dalam koper favoritnya,
dia menata bawaannya segala rupa. Tak lupa dia memakai cincin beralaskan nama
Signora, namaku. Di ujung hari yang mendung, dia berangkat terbang, dengan
pelukan yang masih terasa hangat mendekap tubuhku, dengan ciuman yang masih
membekas lekat di bibirku. Aku lepas dia menuju cakrawala. Aku lihat pesawatnya
mengecil di langit senja, lalu hilang di ujung cakrawala.
Dan ternyata hari itu adalah hari terakhir aku
melihatnya. Keesokan harinya, berita nasional menayangkan berita bahwa pesawat
yang dinaikinya jatuh di tepian Kota Louisiana. Tiada yang tersisa, tiada yang
selamat. Semuanya jatuh berserak, seperti hatiku yang hancur berserakan di
tepian sungai nestapa. Pada akhirnya dia berhasil melawan rasa takutnya, namun
dia juga bernasib sama dengan kedua orang tuanya. Begitu ironis. Kisah cintaku
kandas untuk kali kedua, kali ini berbeda dengan yang pertama, mengingatnya hanya
membuat hatiku kembali terluka. Kisah cintaku yang begitu tragis. Begitu
ironis.
Terkadang hidup itu lucu, dia bisa datang membawa
tabir bahagia sekaligus menyelipkan pisau duka di baliknya, yang siap menggoreskan
luka kapan saja. Terkadang, Semesta jahilnya tiada terkira, ketika aku berpikir
ceritaku akan berakhir dengan bahagia eh ternyata dia menyelipkan lelucon yang
tak lucu untuk endingnya. Semua terjadi
pasti ada alasannya, entah kata siapa yang mencoba menghibur hatiku yang penuh
nestap, penuh luka menganga ditinggal pergi kekasih untuk selamanya.
Ternyata, kehidupan itu lucunya tiada terkira.
Ketika semua aku anggap akan baik-baik saja, rencana indah sudah jadi wacana,
dan menikah sudah diatur tanggalnya, namun tiba-tiba semuanya berantakan begitu
saja. Meledak di depan muka, menyadarkanku bahwa ada Pencipta sang pembuat
rencana untuk tiap umatnya. Entah harus bahagia, entah harus marah, entah harus
kesal, entah harus sedih, entah harus bagaimana aku harus menyikapinya, aku
pasrahkan saja padaNya, aku pasrahkan semuanya. Aku pasrah.
Terkadang, Hidup itu lucu, dia punya cara yang tak biasa
untuk menyembuhkan luka hati manusia. Seperti halnya kemacetan di jalan raya,
semakin aku marah semakin berlangsung lama, namun ketika aku pasrah dan ikhlas
menerima, semua akan terasa baik-baik saja. Aku mencoba untuk kembali membuka
hati, menjalin hubungan dengan banyak lelaki, namun tetap saja aku tak bisa memaksa
hati untuk sembuh seperti sediakala. Layaknya sebuah kondisi, dimana aku punya
sepuluh ribu sendok namun yang aku butuhkan hanyalah pisau. Dan sekalinya aku
temukan lelaki yang cocok, menjadi lelaki pengganti Dana, eh tidak tahunya kemudian
aku bertemu dan dikenalkan dengan istrinya yang cantik jelita. Ironis
ya?
Hidup itu ternyata lucu, karena semakin aku berusaha
untuk melupakannya, semakin terasa rasa perihnya, semakin melebar luka yang
menganga. Mengingatnya hanya membuatku kembali terluka. Lagi, lagi, dan lagi aku
pernah mencoba semuanya, tapi tetap saja tiada gunanya. Jadi, aku biarkan saja,
aku serahkan semua pada waktu dan semesta, aku serahkan semuanya kepada Sang
Pencipta.
Memang benar kata lelaki muda di dekat tambal ban
Surajaya, dia pernah berkata “Terkadang
menambal lubang di ban jauh lebih mudah daripada menambal luka dalam hati.”
Sekiranya jika ban susah untuk ditambal, ya ganti saja dengan yang baru. Mudah
kan! Lalu bagaimana jika hati yang susah ditambal? Mau ganti yang baru? mau beli
dimana? Emangnya Alfam*rt/Indom*rt ada stoknya? Tidak ada! Mereka tidak punya!
Jadi ikhlaskan saja semuanya. Pasrahkan saja semuanya,
biarkan tangan-tangan semesta bekerja sesuai rencanaNya. Biarkan segalanya
berjalan seperti aturanNya, karena pada akhirnya manusia hanya bisa berencana,
dan soal berjalan atau tidaknya segala rencana manusia hanya Sang Pencipta yang
menentukannya. Pada akhirnya, aku hanya bisa berdoa dan berharap semoga hatiku
tersembuhkan dari segala luka yang masih tersisa. Opto, ergo sum! Aku memilih,
maka aku ada! Dan aku memilih berdoa, mengikhlaskan semuanya, dan percaya
bahwa Tuhan Maha Kuasa atas segalanya, termasuk menentukan takdir umatnya.
Cerita ini terinspirasi oleh Lagunya Alanis Morisette - Ironic
fandy,
ReplyDeleteyang benar itu lotre, bukan lotere atau kamu bisa ganti dengan undian.
coba buka sinonimkata dot com yaa buat cari persamaan kata yg sekiranya mau menggunakan bahasa. lain.
hahaha. Fandy
hahah udah aku ganti tuh kaben :D
Deletehehe siap kaben
kiat kan seperti wayang , yang hanay berperan semua dipegang oleh takdir Allah semata
ReplyDeletePada akhirnya hidup di dunia ini hanyalah sebuah permainan, dengan kita sebagai pionnya dan Tuhan yang menentukan dan menjalankannya
Deleteiya tuh bener, dulu waktu sd smp ambil jajan 2 bayarnya 1.hehehehe
ReplyDeletewww.qurban-aqiqah.com
hehehee
DeleteSing ikhlas yo Mas Fandhy. YNWA!
ReplyDelete#FORZAJUVE
DeleteYaarabb Bang Fan, aku turut sedih baca ceritanya. Walau ini hanya fiksi.
ReplyDeleteKeren pembawaan ceritanya. Aku jadi ikut terbawa suasana :'D
hehehe terima kasih ya ka :D
DeleteNjir, kok gue baru tau soal julukan Juventus itu. :))
ReplyDeleteBtw, kenapa setiap main ke sini selalu nemu kata "nelangsa". Ehehe. :D
Mungkin pas di bagian bahagianya terlalu cepet, ya. Tiba-tiba udah kehilangan aja. Huft. :(
Tapi ya, keseluruhan bagus ini, Fan. :))
karena entah kenapa kata "nelangsa" itu sangat pas untuk setiap cerita, khususnya untuk setiap cerita sedih yog hahaha
Deleteya mau gimana lagi ya yog, habisnya semesta terkadang kalau bercanda sukanya tidak kira-kira
haduh si dana... sayang banget tuh s2 di russia ditolak. Masa abu-abu memang paling memyenangkan, setelah lulus... bikin rindu. bikin pingin ngulang lagi, meskipun ciuman masih malu2
ReplyDeletehahaha ya tapi mau gimana lagi jev, sayang tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, ketika malaikat maut sudah berkata "Kau berikutnya!" kita bisa apa ?
Delete"Terkadang, Hidup itu lucu, dia punya cara yang tak biasa untuk menyembuhkan luka hati manusia."
ReplyDeleteKalimat itu keren luar biasa.
Baca itu langsung teringat berbagai masalah yang selama ini gue alami,
tapi gue bisa sruvive sampe sekarang.
Inspirasional banget nih posnya.
terima kasih kak :)))
DeleteHidup itu lucu..
ReplyDeleteTerkadang harus juga melihat sedih orang lain..
Hidup itu lucu..
Terkadang kita juga harus bertahan dari kesedihan kita dan tertawa bersama orang lain..
Hidup itu komedi, komedi ironi yang terkadang memberi tawa dan tangis dalam satu waktu yang sama.
DeleteBener kata Yoga. Bahagianya kecepetan. Tapi, sedihnya selamanya. Aslinya, ancur banget rasanya kalo real story. Syukurnya fiksi. Tapi, gue dapet juga feelnya. Kek ngerasain apa yang dirasain Lestari...
ReplyDeleteQuotenya bagus fan..
ya mau gimana lagi, kadang hidup tak bisa diduga. Terkadang apa yang kita mau tak seperti apa yang semesta mau
DeleteManusia yang berencana, Tuhan yang menentukan segalanya. Bahkan hanya karena gara-gara hujan sekali pun semua rencana bisa jadi gagal. Hehe
ReplyDeleteyes betul sekali
DeleteSpoiler alert.
ReplyDeleteAda awkwkwkwk disini :D
Smoga menang mas fandi dan mbak tiwi :)
bahahahaha salah komentar X)
DeleteBagus cerpennya, rangkaian kata-katanya tepat. Jalan cerita yg naas dan ending menggantung
ReplyDeleteterima kasih :)))
Delete