Bukan bermaksud
meratap, atau berharap ditatap, tapi sekiranya pernahkah mulutmu mengecap, kata
yang tak pernah terucap?
Bagi setiap manusia, menangis adalah hal yang biasa.
Tapi tidak dengan aku yang tak terbiasa untuk mencurahkan rasa lewat cucuran
air mata. Aku hanyalah wanita biasa, yang lebih sering tertawa gila daripada
berurai air mata. Aku wanita biasa, yang lebih mudah jatuh dari tangga daripada
jatuh cinta. Jatuh cinta itu rasanya bagaimana? Apakah rasa sakitnya akan sama dengan
jatuh dari tangga? Aku tidak tahu, dan aku ingin tahu. Sejak saat itu. Sejak
kepergiannya dulu. Entah berapa lama waktu berlalu, aku tak tahu.
Sulitnya jatuh cinta, berbanding lurus dengan
besarnya sebuah rasa, yang aku punya tatkala aku jatuh cinta untuk kali
pertama. Untuk kali pertama, aku tertawa dan menangis dalam satu waktu. Tertawa
bahwa aku jatuh cinta, menangis menyadari bahwa inilah kali pertama jatuh
cinta, terasa begitu terlambat, tapi begitu nikmat. Pelan perlahan, dan begitu terlambat.
Seribu aksara, kulahap tanpa jeda hanya dalam waktu
sekian menit saja. Lebih mudah menghabiskannya dibandingkan makan pagiku yang
ku biarkan begitu saja. Tergeletak, mendingin, lalu mengering di tepian meja,
seperti aku yang kini berbaring tanpa daya di tempat yang sering disebut sofa. Seringkalinya
aku menangis tanpa sebab, menangis memikirkan tentang jarak, yang terbentang
melintang, menyilang dunia kita menjadi dua bagian. Aku disini, kamu disana.
Aku beralaskan busa, kau beralaskan tanah seroja.
Laksana candu, setiap hari tanpa ragu ku tatap terus
fotomu, yang tanpa sengaja aku comot satu dari lembar albummu, dahulu. Biru matamu,
mancung hidungmu, dan bahumu yang kokoh, begitu bidang, laksana lembah yang kau
buat untuk menampungku dalam segala keluh kesah. Hatiku hanya satu, yang aku
berikan hanya untukmu. Hanya itu yang aku punya, selain harga diriku yang
begitu kau puja sampai rela menunda, menunggu sampai kita menikah, lalu bercinta
dengan bahagia.
Tanggal jadi, sudah tersedia, undangan sudah
menyebar ke penjuru kota. Namun tiba satu masa dimana aku sadar, bahwa semua
hanyalah sebuah rencana. Rencana yang aku buat sendirian, dari balik ratapan
kesedihan seorang manusia biasa, seorang wanita biasa. Bukan bermaksud meratap,
atau berharap ditatap, tapi sekiranya pernahkah mulutmu mengecap, kata yang tak
pernah terucap? Terasa begitu pahit, saat kau ingin menjerit, tapi yang terucap
hanyalah derit-derit yang penuh rasa sakit. Tiada lagi yang tersisa, selain debur
ombak yang terdengar, menghampar di lautan.
Semuanya bukan soal aku, juga bukan soal kamu. Aku
selalu iya sekata denganmu, namun tidak dengan penciptamu. Tanganku tak kuasa
menahan dirimu, yang tercabut pergi dari hidupku, berikut membawa pergi hatiku.
Sejak saat itu, sosokmu bukanlah sosok yang nyata, semua kembali menjadi sosok maya,
yang terselip manja di balik aksara, yang aku tuliskan rapi dalam linimasa,
beranda seratus empat puluh kata.
*@KiranaAlena Sign
Out*
Alena saudara Alina-nya SGA ya? Atau selebtweet?
ReplyDeletehahahaaha bukan kok bang, itu alena yang lain haha X)
DeleteSaya kagum, mas Fandhy bisa mengambil dari sisi wanita dalam mengisahkan sebuah cerita.
ReplyDeletePadahal penulisnya laki yaa...?
Suka sekali tulisannya mas.
Boleh tau merujuk pada novel apa?
Bacanya jadi teringat novel-novel jaman dahulu yang langka saat ini.
hehehe terima kasih atas pujiannya mbak lendy :)))
DeleteKalau tulisan ini, merupakan murni hasil dari pemikiran sendiri. Ya semacam ide dadakan di tengah malam mbak. Tapi mungkin ini merupakan salah satu hasil akumulasi ide-ide yang aku dapat dari banyak buku yang pernah aku baca..
Mungkin gaya ceritanya terdengar seperti cerita kukila, semusim dan semusim lagi, atau cerpen yang lainnya, tapi ya mungkin ini hasil akumulasi ide yang aku kombinasikan dengan gaya menulis saya :)))
Benar benar fresh buat saya.
Deleteterima kasih mbak lendy :D
DeleteSaya sampai berulang kali membacanya, Mas. Ini kebiasaan saya, kalau menemukan kalimat yang bagus dan penuh makna. Saya ulang terus, berharap kelak, saya juga bisa menulis seperti itu :)
ReplyDeleteterima kasih mbak nurul atas pujiannya hehe iya mbak, saya pun sama, terkadang kalau menemukan tulisan yang bagus pun suka membaca berulang-ulang, seolah-olah untuk lebih menghayati cerita dan memaknai apa maksud tulisannya :)))
DeleteIya Mas Fandhy, senang membacanya berulang kali untuk lebih menghayati cerita. Cerita dan tokoh ini, fiktif atau nyata, Mas? He he he
Deletealhamdulillah kalau ternyata tulisanku mendapatkan respon positif :))
Deletesebenarnya ini kisah nyata namun fiksi, fiksi namun nyata, entah bagaimana menyebutnya :D
with.. sisi feminine dari sosok maskulin. memandang dari sudut mata lentik. butuh berapa lama nih untuk penelitiannya?
ReplyDeletehahahahaa untuk cerita ini, aku bikin spontan aja bang dodon, gak sempat penelitian. Langsung tulis pas tengah malam lagi dapet ide :D
DeleteSya suka prandaian ini"Lebih mudah menghabiskannya dibandingkan makan pagiku yang ku biarkan begitu saja. Tergeletak, mendingin, lalu mengering di tepian meja," serasa sepi, tak trjamah lagi. Keren.
ReplyDeleteMmbaca crita alena sya tringat crpen yg dbuat oleh aan mansyur yg brjudul kukila, sngat kaya dngan satire dn metafora tpi alena rimanya lebih kental dn masuk akal. Manis!
hahahaha terima kasih bang reyhan atas pujiannya, iya mungkin saja ya, karena saya pun sudah membaca berulang kali tulisannya Aan Mansyur yang kukila itu, dan tulisan ini mungkin banyak dipengaruhi oleh buku-buku yang sudah aku baca, dan ditambah ide, maka hasil akumulasi dari segalanya ya ini, tulisan yang aku tulis secara spontan lewwat tengah malam
Deletewhoaaa keren nih bang. Bisa nulis dr sudut pandang perempuan.
ReplyDeleteIni kisah cinta yang beda keyakinan ya bang? Iya bukan yaa heheee
Tulisannya bener-bener penuh sastra :))
hahaha ayo tebak lan, ini cerita yang kayak gimana ? wkwk
DeleteAlena sopooo iku. Wkwkwk. :v
ReplyDeletesosok fiksi yang aku jadikan tokoh dalam sebuah tulisan :))))
Deletegatau mau komentar apa.
ReplyDeletetapi gue suka tulisan ini fan. nanti pas ke purwokerto mminjem ya bukunya..
hahah kalo mau pinjem buku skripsi, aku sih ada tuh di rumah kaben wkwk
DeleteKeren tulisannya mas,, bisa nemenim malam ini sambil minum es.. hehe
ReplyDeleteBtw, salam kenal mas :)
terima kasih :)))
Deletesalam kenal juga
Penuturan yang bagus dgn tatanan bahasa yg apik
ReplyDeleteterima kasih kak :))
Deletepenulis cerita alena ini kan mamang-mamang kan?...tapi betapa menjiwainya jadi selayaknya mengisahkan dirinya menjadi sosok alena....keren deh ih cara penulisannya makjleb banget euy
ReplyDeletehehehe terima kasih mang :D
Deleteselalu saja kalau ke sini berasa membaca tulisan cowok yang feminim, eh bukan feminim yang melambai, tapi romantis ya begitulah. beruntung sekali jika kirana itu sosok yang tak nyata, mungkin wanitamu akan menjadi pecemburu jika membaca postingan ini *eaaaaaaaak
ReplyDeleteKok kamu tahu kalo wanitaku cemburuan banget, mbak sar? hahaha iya alhamdulillah bisa menulis seperti ini wkwkwk
DeleteMakasih mbak sar :D
Alena, Alena, kekasihku... Bilang saja pada orangtuamu.
ReplyDeleteMantap, Kak, tulisannya. Selalu menarik karena punya rima yang unik di setiap tulisan Kak Fandhy ini. ^_^
hehehe terima kasih kak happy, iya ini juga masih belajar kok kak :)
Deletewih, gokil... pujangga yang satu ini bisa melihat dari berbagai macam gender ya. coba lain kali dari sisi waria, mantep tuh.. atau nggak dari sisi transgender terus di sajak abis :")
ReplyDeletebahahahaha kalo soal sisi waria, akunya nggak bisa jev X)
DeleteAaaaah, mas Fandhy :' selalu suka sama gaya menulismu ini. Manis mas. Sumpah. Kamu cowok loh, tapi bisa semanis ini nulis tentang cewek gitu :D kereeen :D
ReplyDeleteheheh terima kasih feb :')
DeleteUntuk kali pertama mendarat di laman ini. Akan kucatat alamatnya, agar nanti-nanti bisa berkunjung kembali :D
ReplyDeleteterima kasih kak sekar atas response positifnya :))
DeleteSalut buat Fandhy, bisa bikin cerita dengan tokoh perempuan.
ReplyDeletehehe terima kasih kak dian, ini jg masih belajar :))
DeleteIni teh cerita ditinggal nikah, ya?
ReplyDeletehahaha masih belum tepat bang
DeletePertanyaanku sama dengan Iqbal.. Btw aku mau komen tapi nanti via japri aja. Ok XD
ReplyDeletehahaha oke mbak jen :D
DeletePuitis2 gimana gitu bahasanya.
ReplyDeletehehehe iya da
DeleteAgak susah ni buat komentar karna saya bukan org yg melankolis, tapi ya secara keseluruhan masih bisa membayangkan situasi yg dituliskan
ReplyDeletehahaha padahal ini bukan termasuk tulisan yang melankolis loh :D
DeleteBagus tulisannya, aku berasa kamu jadi cewe wkwkwk
ReplyDeleteduh makasih teh :')
DeleteMas Fandy, bacanya kok jadi sedih ya. Hehhee.. Ayok mas, kapan-kapan boleh kita duet membuat tulisan yang serupa. Bagaimana?
ReplyDeleteduh baca komentar ini jadi ingat soal rencana kolab tulisan yang belum kesampaian sampais ekarang :)
DeleteWih... jadi pengen kenalan ah ama alena. Pengen ngasiin bahu 😄😄 tapi nangis sih normal yak
ReplyDeleteduhh ada aja celahnya ya buat modusin :)))
Deleteyang lalu biarlah berlalu, saatnya menancapkan benih benih cinta di hati yang pantas dengan dirimu.
ReplyDeleteHidup adalah soal memilih, memilih melanjutkan atau melupakan kenangan masa lalu. Semua adalah soal pilihan.
Deleteyang lalu biarlah berlalu, saatnya menancapkan benih benih cinta di hati yang pantas dengan dirimu.
ReplyDeleteHidup adalah soal memilih, memilih melanjutkan atau melupakan kenangan masa lalu. Semua adalah soal pilihan.
DeleteFandy, kalo Bena kesana, mau pinjem bukunya ya. mau baca secepat kilat..
ReplyDeletemuehehehee
DeleteBayangin aku yg dulu, wahahah....
ReplyDeleteCinta dunia maya
Btw, kalo aku blh suka nulis fiksi cowok. Mas Fandi cwok yg jd cewek tp lembut bgt
hahaha itu gimana, aku yg jadi cewek, lalu yg jadi cowok, siapa?
DeleteKata-katanya syahdu
ReplyDeletenice!
DeleteSaya pribadi kurang bisa hanyut dalam suasana melankolis, tapi setelah baca ini bisa membayangkan situasinya yg syahdu
ReplyDeleteterima kasih :)))
DeleteFandhy sih jago kalau buat sajak beginian.. kirain ini kisahnya Ipeh Alena (blogger juga).. ternyata hanya fiksi belaka.
ReplyDeleteHahaha bukan ceritanya kak ipeh, mbak :D
Deletehehe iya ini juga masih latihan mbak
Aku seiya sekata dengan mu,tapi tidak Tuhan kita.
ReplyDeleteDia selalu memiliki cerita dengan versi yang berbeda, bisa 180° atau mubgkin tiga ratus enam puluh derajat perbedaannya dengan apa yang diharapkan.
Ikhlas, ikhlas.
ðŸ˜
Cerita perihal kesedihan, coba diajak lebih mrndalami kepedihan yang tersirat dong ma fan. Aku sih bacanya kurang mendayu seperti biasa hehe
hahahaha ya namanya juga masih latihan kak :D
Deletehehe iya itu banyak kata yg tersirat
Wah ini LDR ya? Long distance religionship? Muahahaha~
ReplyDeletebuahahaha bukan kok :D
DeleteJadi kesimpulannya, yang lalu biarlah berlalu... cari mantan baru *eh begitu bukan sih Fan..*
ReplyDeleteYg jelas telisik mata batin seorang Fandy sedang menikmati sosok sisa masa lalu :D
Ditinggal meninggal sama calon suami ya?
ReplyDeleteAnyway, tulisannya baguuuss. Pengandaiannya indah, tapi pas.
Kasihan banget ya, undangan sudah tersebar ternyata tak berjodoh di dunia.
ReplyDeleteSodorin tisu tuk Alena
Kak Fan :( tolong aku....
ReplyDeleteaku nggak betah baca cerita yang isinya deskrpisi doang :(((
aku salit bisa mengambil dari sudut pandang org lain, seakan akan merassakan yg dia rasakan :)
ReplyDeleteIni cerita pait juga ya. Ditinggal kawin kah? Semoga ga kejadian di cerita nyata nya ya, fan. Hahaha
ReplyDeleteFan, dari beberapa tulisan lu yang gue sempet baca. Gue pikir, ini yang terbaik. Soal diksi, lu udah ga usah ditanya. Tapi proses 'story telling' nya ini rapih banget..
ReplyDeleteayolah kita collab.
Btw, @kirana_alena siapa? Sign out?
Nulis sekali-kali di blog gue donk :-)
Deletepernahkah mulutmu mengecap kata yang tak pernah terucap ?
ReplyDeletegosh. .
lafya.
Bisa menulis dengan sudut pandang perempuan? Keren hehe. Penasaran ispirasinya siapa :D
ReplyDeletekeluargahamsa(dot)com
Tulisannya asik mas!
ReplyDeleteDan rasanya memang sulit untuk jatuh cinta ya 😳
jadi nyesek gini bacanya, kalau gak jodoh mau bilang apa ya, yang sabar ya Alena puk puk puk.. btw tulisannya keren nih mas :D
ReplyDeleteHampir setiap calon pengantin pasti memiliki ketakutan seperti ini. Entah gagal karena keputusan sepihak atau usia yang tak sampai waktunya. Baca ini jadi ingat pas mau nikah. Nostalgia.
ReplyDeleteTp aku bacanya sambil deg2an. Ga terlalu suka yang sad ending. Suka hanyut dalam perasaan trus nangis bombay. Seolah2 aku yg susah move on. Hehe
Hai ka fandy, sastra ananta selalu nikmat. Aku nggak tau mau komen apa. Hahaha kadang jadi silent rider aja di sini.
ReplyDeletekalau tidak tahu pemilik blog ini adalah fandhy, pasti dikirain pemiliknya cewek, soalnya sosok alena begitu sempurna deskripsinya
ReplyDeleteNikmati Citarasa Kari Khas Jepang di A&W Restoran
Selalu suka gaya fandy bercerita
ReplyDeleteJadi pengen aktif lg nulis fiksi! Thanks for writing this one, bagus bgt.
ReplyDeleteGimana caranya nih, menjadi bukan diri kita saat menulis. Apalagi berbeda jenis kelamin? Hehehe, aku kadang bikin, pasti selalu terbawa perasaan, ujung-ujungnya berasa menulis diary alias diri-sendiri.
ReplyDeleteaku kira pemilik blog ini yg sedang merasakan hal tersebut, tapi ternyata penulis membuat tulisan dgn mengambil sudut pandang berbeda. keren tulisannya. sedih bgt ya, udah LDR, wanitanya udh seneng banget bisa ngerasain yg namanya hubungan percintaan dan berharap bisa kejenjang selanjutnya, eh malah ndak jodoh. :(
ReplyDeleteSsdih Kak, tapi munhkin begitulah rasa sakit saat jatuh cinta.
ReplyDeleteSuka Bgt sama tulisan mu mas fan.
ReplyDeleteAndai aku bisa berceritera sepertimu
Tapi sayang aku tak punya bakat itu
Keep writing, mas !
Kandida
Keren banget, mas bisa nulis kayak gini. Kirain yang nulis ini cewek, eh ternyata. Hehe.
ReplyDelete