Apakah salah,
jika setiap bangun pagi yang teringat hanyalah kebingungan-kebingungan yang
tiada habisnya?
Adalah sebuah kebingungan tatkala bangun pagi namun
mendapati dirinya seorang diri dalam satu bilik kamar sempit, yang terasa
begitu menghimpit. Adalah sebuah keniscayaan tatkala bangun pagi hanya untuk
diam merenungi diri yang masih saja terjebak dalam sepi. Adalah sebuah
kesia-siaan tatkala bangun pagi yang dilihat hanyalah ada atau tidaknya sosok
yang menemani tidurnya. Entah bagaimana adanya hidupnya semakin hari semakin
dipenuhi perenungan akan hidupnya sendiri.
Seperti halnya sungai yang menyurut tatkala musim
kemarau, dan membanjir tatkala musim penghujan tiba. Dirinya seolah ikan yang
terjebak di antara waktu peralihan musim keduanya. Tanpa menyadari apa yang
disadarinya, tanpa menyadari bahwa dunianya sudah menyempit atau melebar
kemana-mana. Dia merasa seperti ikan yang tak sadar bahwa dirinya masih di
dalam air, namun menggelepar menyangka dirinya terdampar di pinggiran. Adalah
sebuah keniscayaan jika dia hanya pasrah mengikuti kehendak semesta, terserah
semesta saja, begitulah katanya.
Menjauhkan diri dari lingkungannya adalah ciri khas
dirinya. Dia lebih suka mengunci diri di kamar seorang diri, daripada berbaur
dengan lingkungannya. Dia berkilah ini adaptasi diri, namun dia sendiri
menyadari bahwa itu adalah ajang melarikan diri, melarikan diri dari kegagalan
untuk beradaptasi. Bagaimana mungkin Ikan Glodok akan bertahan hidup tanpa air
seharian tanpa adaptasi? namun sayangnya dia bukan ikan glodok, dia hanyalah
ikan buntal yang terdampar di tepian air payau, tanpa orang peduli, tanpa
bantuan sama sekali.
Lewat sinar mentari pertama dia apungkan segala
doa-doa, yang (mencoba) menguatkan dirinya, meski tahu bahwa doa hanyalah
sebatas doa, doa tanpa tindakan yang nyata hanyalah sia-sia. Namun dia sudah
berusaha, bahwa sejatinya semesta sedang mengujinya, tentang bagaimana berjalan
dalam sepi, tentang bagaimana hidup di perantauan seorang diri. Dirinya
bukanlah orang yang mudah percaya, bukan pula orang yang tidak setia, dirinya
hanyalah seorang yang selalu waspada akan sekitarnya. Tapi sayangnya banyak
orang menganggap dirinya terlalu over-protective pada sekitarnya. Mereka tidak
tahu, bahwa dirinya pernah dikecewakan sedemikian hebat. Dia hanya ingin hidup
tenang, hidup mandiri, meskipun terkadang hidup sendiri, dalam sepi.
Bagi seorang introvert seperti dia, ruang ramai
adalah tempat sebisa mungkin dihindari. Namun sesekali perlu dikunjungi, tapi
tahukah bahwa sekiranya dia butuh waktu untuk terbiasa, seperti halnya batu
yang berlobang meski hanya ditetesi air setiap harinya. Dia hanya butuh waktu,
waktu yang cukup lama. Sekiranya dia menyangka bahwa adaptasi di lingkungan
kerjanya sudah berjalan lancar, niscaya adaptasi di lingkungan hidupnya akan mengikutinya
juga. Namun ternyata dia salah, dia belum bisa merekatkan keduanya.
Dia tidak suka mengeluh, karena mengeluh baginya
hanyalah membuang-buang waktu. Perihal pengalaman hidupnya yang sudah lalu, dia
biarkan berlalu. Perihal mantan kekasihnya yang setiap hari mengabarinya bahwa
dia rindu, diabaikan begitu saja. Adalah sesuatu hal yang lucu, ketika melihat
mantan kekasihmu merengek rindu dan minta ketemu, padahal dia sendiri dulu yang
memilih mendua dan meminta berpisah. Dan epiknya dirinya masih jalan berdua
dengan selingkuhannya. Entah bagaimana lucunya, dia menertawakannya.
Dia tidak seperti mereka, yang penuh harta namun
seringkali mengeluh bahwa hartanya begitu kurang jumlahnya. Mereka mengeluh
tentang hidupnya yang tidak bahagia, dan sebagainya. Dia tidak seperti mereka,
yang dengan mudahnya mengumbar segala masalahnya di linimasa media sosialnya,
hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya sedang ada masalah. Dia tidak seperti
mereka, yang dengan mudahnya mengumbar cinta kepada setiap wanita yang
ditemuinya, hanya untuk ditinggalkan setelah menghisap manisnya.
Dia tidak seperti mereka, yang suka berkoar-koar
menghampurkan ribuan kata, demi sebuah pujian, namun tanpa tindakan yang nyata.
Dia hanyalah dia, seorang pemalu yang lebih banyak bekerja dalam diamnya. Dia
hanyalah dia, seorang pendiam yang lebih banyak mengamati dan menuliskannya
dalam baris aksara. Dia hanyalah dia, seorang yang lebih suka berpikir terlebih
dahulu sebelum melakukan sesuatu, karena dia percaya hukum kausalitas begitu
kejam jika sudah menggilasnya.
Adakalanya dirinya merasa rendah diri, merasa rendah
hati, merasa belum siap, merasa gugup, jika harus memulai suatu percakapan
dengan seseorang yang baru, apalagi seorang perempuan. Adakalanya dia begitu
pengecut untuk menerima penolakan, untuk menghadapi kenyataan yang tidak
seindah seperti yang dia bayangkan dalam kepalanya. Dia lebih banyak mengamati,
mempelajari, dan menelusuri lebih dalam lagi sebelum memulai percakapan
pertama. Seperti halnya pengalaman yang lalu, dia seringkali melewatkan
kesempatan emas bertahta intan permata untuk berkenalan dengan seorang wanita
hanya karena dia begitu malu untuk membuka mulutnya. Banyak orang mungkin
menganggapnya angkuh atau sejenisnya, tapi sejatinya dia hanya malu, gugup
ketika memulai sebuah percakapan pertama. Dia lebih banyak diam, lebih banyak
mendengar, dia ramah dalam diamnya, dia ramah lewat telinganya.
Adakalanya dirinya tidak begitu tega untuk merebut
senyuman dari wajah-wajah yang berbahagia. Tapi kenapa banyak orang yang begitu
tega merebut senyuman dari wajahnya? Adakalanya dirinya tidak begitu tega untuk
mengecilkan orang lain hanya untuk membesarkan dirinya. Tapi kenapa banyak
orang yang mengecilkan dirinya hanya untuk membesarkan dirinya? Hidupnya tidak
seperti itu, dia percaya bahwa Tuhan sudah menyiapkan segalanya dengan baik. Dia
percaya bahwa Tuhan tidak pernah bimbang dalam menentukan nasib seseorang,
Tuhan selalu imbang. (Dikembangkan dari
salah satu bagian dalam buku Memberi Jarak Pada Cinta karya Falafu)
Adakalanya dia merasa menjadi lapang tatkala
menuliskan segalanya dalam barisan aksara. Adakalanya dia merasa ringan tatkala
semua beban pikirannya dia lemparkan begitu saja dalam kolom linimasa.
Adakalanya orang menganggap dirinya sebagai orang gila yang berbahagia, dia
bertingkah sesuka hati, meloncat kesana kemari, seolah-olah ada peer di kedua
kakinya, tapi dia tidak peduli karena dia orang gila yang berbahagia. Jadilah diri
sendiri, meskipun dianggap seperti orang gila tapi bahagia. Jadilah diri
sendiri!
Don’t be someone
who’s trying to be somebody else. Find your worth, because when you know your
worth, no one can make you worthless. – Falafu
Ah seperti halnya yang sudah dijelaskan sebelumnya,
dia hanyalah dia, seorang lelaki berkacamata yang hanya bisa menuliskan apa saja
yang ada di pikirannya tanpa tendensi untuk menyakiti hati para pembacanya. Ya
sekiranya, dia hanya merasa bahwa sekiranya tiada telinga yang layak untuk
mendengarkan ceritanya, ya dia bagikan saja semuanya lewat barisan aksara dalam Sastra Ananta.
Karawang, 15 Januari 2017.
Ah, masih pagi baca ginian. Semoga gak melo seharian deh.
ReplyDeleteBtw itu nutupin muka pake apa? Sempak?
anjir! hahah
DeleteBukan sempak. Itu miniset:(
Deletegak, itu semvaak.
Deletebanyak yang bilang kalau sifat introvert itu kurang baik, tapi aku justru pengn punya sifat introvert.
ReplyDeleteseperti yang sudah dijelaskan diatas " tidak mengumbar masalahnya di media sosial", sifat itu masih belum bisa aku hindari.
terus, bagaimana denganku yg phlegmatis ini?
Deleteloh, kok malah balesin komen yak? hehe
hayo kenapa?
DeleteJujur aja, pilihan diksinya lain dari yang lain, ini pertama kalinya saya blogwalking kesini sebagai seorang blogger yang haus bacaan. XD
ReplyDeleteOhiya, saya suka tulisannya tentang "Jadilah diri sendiri, meskipun dianggap seperti orang gila tapi bahagia. Jadilah diri sendiri!".
Kayak jadi penyemangat kalau sudah bosan ngapa - ngapain dan harus menjadi orang lain untuk diterima.
ini abis baca kok jadi laper. jadi kepengen makan mie instant 2 bungkus akh biar heits heheheh
ReplyDeleteBaca ini kayak ngaca bang. Aku bangeeeetttt
ReplyDeleteKebanyakan ngangguk sendiri baca ini :))
Btw, minisetnya keren ya bisa dipake buat cosplay power rangers gitu.
Tulisanmu parah, Fan :") Luas kali kosakatamu. Sumpah ngiri, nyesek bacanya :")
ReplyDeleteAku suka bagian mengapungkan doa-doa,pengganti kata menanjatkan, keren
ReplyDelete