Perihal sebuah cerita yang tiada habisnya, tatkala
semua tokohnya saling sibuk meninggikan egonya. Tanpa adanya kesepahaman, tanpa
ada keselerasan, tanpa ada toleransi, semuanya sibuk meninggikan diri. Adalah
sebuah keniscayaan tatkala semuanya sudah berjalan terlalu lama, enggan untuk
berhenti, namun malas untuk melanjutkan lagi. Dan begitulah kini, yang tersisa
dari sebuah kisah lama, yang kini telah menjadi sebuah diorama.
Adalah sebuah dilema, tatkala ditawarkan dua
pilihan, menjadi mantan atau manten. Tanpa kesiapan mental, tanpa alasan yang
jelas, terciptalah alasan ketiga, menghilang. Tanpa kabar, tanpa cerita, tanpa
aba-aba, tanpa pertanda, tiba-tiba menghilang begitu saja. Selayaknya matahari
yang tenggelam di ufuk barat, hanya untuk muncul kembali di ufuk timur. Seperti
itulah dirinya, yang kini tiada lagi sempat memberikan jeda, untuk sebuah
tanya, “Kenapa kau datang kembali?”
Dalam benakku lama
tertanam, Sejuta bayangan dirimu,
Redup terasa cahaya
hati, Mengingat apa yang telah kau berikan...*
Bagaikan berada di sebuah persimpangan jalan, kanan
dan kiri adalah jebakan. Dua lima enam dua ribu lima belas, tepat adalah hari
dimana semua pilihan menjadi abu-abu. Entah kembali, berbalik diri, atau ambil
kanan maupun kiri, semua adalah sama saja. Itulah dirinya, yang tiba-tiba
datang kembali, tatkala semua luka perlahan mengering, semua kenangan perlahan
mulai membayang, hilang. Namun semuanya kembali seperti sediakala, layaknya
senjakala yang ditawarkan di bulan juni, dirinya datang hanya untuk menawarkan
sebuah reuni. Reuni hati, reuni kisah lama yang dipaksa hidup kembali, hanya tersisa
satu tanya, “Apakah aku sudi untuk
memulainya kembali?”
Masih teringat, lewat sebuah surat, dirinya menitipkan
sebuah tulisan. Tulisan akan sebuah cerita, tentang seribu alasan yang
diapungkan untuk melarungkan hubungan yang telah berjalan. Terapung, terombang-ambing,
tersapu badai, tenggelam, lalu terdampar, begitulah alasannya. Sebagian besar
tersirat jelas dalam sebaris kata, “Tiada
sempat kujelaskan, maafkan aku.” Semuanya menjadi hening, semuanya menjadi
gelap, semuanya menjadi senyap. Telihat akan sesosok perempuan yang termenung
di depan kaca, menatap kosong, lalu lintas di depannya. Samar-samar, terlihat
jelas, perlahan air mata mengalir, membasahi pipinya.
Waktu berjalan lambat
mengiring Dalam titian takdir hidupku.
Cukup sudah aku tertahan
Dalam persimpangan masa silamku...*
Seketika waktu menjadi lambat, seketika hatinya terasa
begitu berat. Tanpa sadar dirinya kini terjatuh, tergugu, menangis tersedu di
depan pintu. Menyadari bahwa kisah cintanya yang sudah sekian lama, kini tak
lagi tersisa. Di depannya kini tercecer pecahan hati yang berhamburan, terserak
sejuta harapan, yang kini telah hancur berantakan. Sekiranya, kisah dua lima enam
dua ribu delapan, kini sudah tak tersisa. Tujuh tahun yang lalu, tepat di
tempat yang sama, di tanggal yang sama, dirinya memulai kisah cintanya, namun
kini semuanya berakhir sudah, yang tersisa hanya seorang perempuan yang masih
tergugu, memeluk kertas biru beramplop warna kuning madu.
Coba tuk melawan, getir
yang terus kukecap. Meresap ke dalam relung sukmaku...
Coba tuk singkirkan,
aroma nafas tubuhmu. Mengalir mengisi laju darahku...*
Adalah dilema, ketika logika menolak untuk menerima,
namun hati menggebu memaksa untuk memberi kesempatan kedua. Adalah dilema,
tatkala mengingat semuanya, mengingat kisahnya, mengingat cerita berdua, hanya
menimbulkan nostalgia, namun tiada lagi keinginan untuk mengulangi dengan orang
yang sama. Semua tak sama, ketika hati memaksa untuk menerimanya, namun logika
memaksa dirinya untuk mengingat setiap luka.
Bukan foto yang sebenarnya, cuma ilustrasi saja. Sumber
Satu dua belas dua puluh empat, akan tiba suatu masa
dimana luka berbalas dengan luka, namun pada akhirnya hati memaafkan juga.
Memaafkan dan menerima kembali itu berbeda. Jangan samakan antara A dan B itu
sama, semua tak sama. Seperti halnya kini, di tempat yang sama, dengan seulas
senyuman yang, nampak seorang perempuan duduk di kursi yang sama, menikmati
kopinya sendirian, dalam kesunyian. Sembari menatap sebuah undangan pernikahan,
antara bekas tokoh utama ceritanya dengan tokoh pendatang baru.
Padi - Semua Tak Sama. Sumber : YouTube
Di ujung sesapan kopinya, dirinya kembali memanggil
namanya, untuk terakhir kalinya, dia berkata “Maaf Karina, Semua (sudah) Tak lagi Sama.”
#NB
·
Lirik
lagunya Padi – Semua Tak Sama
·
Jika ada
kesamaan nama dalam tulisan ini, itu hanyalah kebetulan yang tidak disengaja.
Saya minta maaf sebesar-sebesarnya, semua tokoh dan nama di tulisan ini
hanyalah fiktif belaka.
Kadang gitu, ya. Kitanya udah lupa, eh dia malah kembali lagi. :(
ReplyDeleteKesempatan yang datang dua kali itu kayaknya jarang banget. Kecuali lagi main monopoli. Wqwq.
Anjis. Udah lama nggak dengerin ini lagu. :(
Duuuuuh dia mah bikin baper malem-malem. Btw, aku pernah nulis cerpen dengan judul yang sama dan inspirasi yang sama. :D
ReplyDeleteTanpa kabar, tanpa cerita, tanpa aba-aba, tanpa pertanda, tiba-tiba menghilang begitu saja.
ReplyDelete:')
Lagi kekinian banget nih yang kaya gini :(
ReplyDeleteDalem banget ya.. nyesek banget ya............ semuanya udah tak sama lagi. *jadi galau*
ReplyDeleteMengheningkan Cipta dimulai *Nunduk*
ReplyDeletenow Playing : Padi - Semua tak sama
Seketika hening..
ReplyDeleteAku sampe membacanya 3 kali,
Keren...
Mengheningkan cipta.... mulai *samar samar terdengar lirik semua tak sama....* dan memang tak akan pernah sama
ReplyDeleteasikk... lagu yang dulu saya juga suka mendengarnya
ReplyDeleteKarena sanubari capkali menemukan kebenaran nyata.. ikuti rasa dan nikmati itu jalan kasih sayang beda.
ReplyDeleteSeperti itulang merasakan "sempat kehilangan" sesaat.
Itu godaan ketika udah move on memang. Kadang itu mungkin ujian bagi kita, benarkah kita sudah move on
ReplyDeleteTulisannya bagussss... <3
ReplyDeleteKetika keadaan seperti ini, rasanya hidup segan mati tak mau.
ReplyDeleteIni lagu jaman aku SMP.
ReplyDeleteDan aku masih meresapi tiap kata yang dilantunkan oleh vokalis PADI.
Indah....
Dan (kalau diijinkan) ingin kembali ke masa-masa itu.
ya allah, lagu jaman gue SMP. huft
ReplyDelete</3
ReplyDeletebacanya sakit. everything has change.
Malem malem sunyi baca ginian..... :"
ReplyDeleteWah lagu iniiii!
kerennn bangetttt , bacanya pas pagi ak
ReplyDelete