Di dalam mata yang tertutup, aku melihat keindahan
yang tak terlihat oleh mata manusia. Sejauh mata memandang, yang aku lihat
hanyalah hamparan permadani hijau persawahan, yang terbentang jauh melingkari bukit,
tepat di tengah persawahan, ada sebuah rumah kayu sederhana, dan ditemani
semilir angin sepoi-sepoi, disitulah aku duduk seorang diri.
Duduk diam, lalu mata terpejam, terdiam, tanpa
sadar, waktu sudah berlalu lebih dari setengah jam. Semuanya menghilang ketika
aku membuka mata, dan menyadari bahwa segalanya hanya ada di dalam kepala. Entah
kenapa, aku suka sekali melakukannya. Setidaknya, dalam sehari aku bisa melakukannya
sekali, entah itu pagi dini hari, atau siang sehabis jam makan siang.
Bagi sebagian orang, umur dua lima adalah umur
dimana sudah waktunya untuk berumah tangga, tak terkecuali dengan anggapan kedua
orang tua. Pada awalnya, menikah adalah sebuah bayangan yang tak pernah aku
bayangkan sebelumnya. Tapi semenjak bertemu dengan dirinya, entah kenapa aku
seringkali bertanya pada diriku sendiri, apakah benar, dia adalah orangnya?
Dua puluh lima, jika diukur dalam sudut kedewasaan,
mungkin menjadi umur dimana sifat-sifat remaja sudah hilang seutuhnya, tapi itu
kata siapa? Jika ternyata, di umur dua lima sekarang, aku masih saja
menyimpannya, tersamar di antara pragmatisnya logika, yang menganggap segalanya
adalah canda tawa. Menyikapi kesusahan yang melanda dengan tertawa, menyikapi
kesulitan menghadapi dunia dengan senyuman tanpa makna, yang menyiratkan bahwa
aku baik-baik saja.
Tapi tahukah, ketika aku sedang sendirian, seringkali
aku melepaskan semuanya. Menangis, merenung, tertawa, gembira, sedih, nelangsa,
rindu rumah, bingung, lalu bertingkah seperti orang gila, adalah hal yang
biasa. Begitulah, aku menyebutnya sebagai zona nyaman. Tiada lagi ketakutan,
tiada lagi kepalsuan. Saat itu, aku merasa lega.
Pernikahan, bagi sebagian orang adalah sebuah
kewajiban untuk diselenggarakan dengan pesta yang meriah, dengan berbagai
pernak-pernik keindahan yang memanjakan mata, dengan berbagai makanan yang
memanjakan lidah, segalanya tersaji di dalamnya. Tak peduli pada berapa biaya
yang akan dihabiskan untuk menyelenggarakannya. Pokoknya, pernikahan harus
diadakan dengan cara yang meriah, jika perlu menggadaikan tanah.
Tapi sadarkah, jika ternyata arus budaya tentang
pernikahan penuh pesta pora nan meriah itu, sedikit banyak telah menggeser
kesakralan akan nilai pernikahan itu sendiri? Jujur saja aku sendiri tidak
tahu. Tapi jauh, dalam diriku aku lebih memilih pernikahan yang sederhana namun
bahagia, dan awet sampai akhir masa. Namun, bagaimana anggapan kedua orang
tuanya? Tentu saja berbeda.
Bagi sebagian orang tua, merayakan pernikahan anaknya
akan terasa khidmat nan lengkap jika diselenggarakan dalam upacara yang meriah.
Meskipun itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetap saja akan dipilihnya. Jika
yang mengadakan pernikahan adalah orang yang berpunya, tentu pernikahan dengan
pesta yang meriah takkan memberatkannya. Namun, bagaimana jika yang akan
menikah adalah orang yang tak berpunya? Apakah harus mengikuti gaya pernikahan
orang yang berpunya? Tentu tidak! Pernikahan yang diadakan dengan cara sederhana,
bagiku itu sudah lebih cukup, bagiku yang terpenting adalah kamu sebagai sosok
mempelai wanitanya.
Jauh dalam lingkar kepala yang aku sembunyikan
darimu, banyak pergolakan batin yang seringkali mengapung, dan terhanyut nyaris
ke muara suara, berakhir di ujung lidah yang terkadang tajamnya seperti mata
katana. Setiap kali itu akan keluar, setiap kali pula aku telan dalam-dalam,
berharap lidahku tetap diam, dan berharap hatimu tetap tenteram. Diam-diam,
seringkali aku berkhayal perihal sosok Deus
Ex Machina yang mampu menyelesaikan masalah tanpa masalah. Meskipun terdengar
seperti slogan Kantor Pegadaian, tetap saja aku dengan senang hati, akan menggadaikan
logika konyolku untuk sebuah pengharapan akan kehadirannya. Tapi bukankah itu
sia-sia saja? Ya sejujurnya, memang iya. Sia-sia belaka.
Sungguh disadari atau tidak, pentingnya pernikahan
yang diadakan dengan pesta pernikahan yang menghabiskan banyak biaya itu
sedikit banyak sudah menjadi budaya dalam masyarakat, yang menerjang segala
sisi, tak hanya bagi orang berpunya, orang yang tak berpunya pun terkena
imbasnya. Pada akhirnya, orang yang berpunya hanya untuk orang yang berpunya,
dan orang yang tak punya hanya untuk orang yang tak punya. Lalu, apakah ada
keajaiban yang menjadikan orang tidak punya mendapatkan orang berpunya? Ada. Cinta.
Ya memang terdengar begitu naif, jika pada akhirnya
aku hanya bisa mengeluh melihat berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk
melangsungkan sebuah pernikahan yang sesuai dengan tuntutan permintaan orang
tua. Terkadang, kita sebagai anak hanya bisa menurut apa kata orang tua,
meskipun pada akhirnya pernikahan yang diadakan pada akhirnya tidak sesuai
dengan harapan kita, tapi setidaknya kita berusaha untuk mewujudkan pernikahan yang
diinginkan oleh para orang tua. Anggap saja sebagai bentuk rasa terima kasih
kepada mereka.
Dalam perayaan ulang tahun yang kedua puluh lima,
aku tidak meminta terlalu banyak. Kepada Semesta, yang aku minta hanyalah
sedikit narasi tanpa suara yang mencerahkan logika, dan mengalirkan berbagai
macam ide-ide menulis yang tiada habisnya. Kepada Sang Pencipta, aku apungkan
segala doa tentang segala pengampunan perihal kesalahan-kesalahan yang telah
lalu, dan dalam doa yang sama aku sisipkan namamu, semoga dirimu menjadi yang
terakhir buatku. Untuk yang itu, aku berdoa dengan begitu sungguh. Sungguh, seumur
hidupku belum pernah aku menginginkan sesuatu, sebesar rasa inginku akan
dirimu.
Berjarak selemparan batu dari jalan raya, aku
melihat sosokmu yang sedang menantiku, terduduk di dekat pintu. Dari jauh, aku
melihatmu tersenyum malu-malu, tanpa suara kamu berlari kecil mendekatiku,
tepat di bawah pohon jambu, kamu memelukku, aku balas memelukmu, dari dalam
rumah terdengar suara anak kecil berceloteh sembari berlari, menyambut ayahnya
yang telah kembali.
Dan, ketika aku membuka mata, segalanya kembali
seperti semula. Di tempat yang sama, aku merenungkannya, di tempat yang sama aku
masih merasakan detak jantungmu yang begitu nyata. Tak berselang lama, aku
lihat gadgetku bergetar, tanda akan
sebuah pesan, dengan namamu sebagai pengirimnya, menyuruhku untuk membuka
penutup jendela. Dan, ketika aku melakukannya, terlihat kamu sudah ada di depan
jendela, dengan membawa roti ulang tahun berhias angka dua puluh lima.
Selamat Ulang Tahun....
Karawang, 11 Maret 2018.
Selamat ulang tahun, Fandy
ReplyDeleteAku dah lewat 25, dan kmarin emang dikompor2 ri buat nikah. Tapi ya aku gak mau nikah krn usia. Naif, maunya krn cinta, yg sederhana saja
hahaha terima kasih atas ucapannya ya kak jiah..
DeleteYa mau gimana lagi ya, bagi wanita di umur 23-27an itu masuk umur dimana penuh dengan pertanyaan...
"Kapan nikah?" Kapan nikah?" Kapan nikah? ,,,,
Umur gak jadi batasan kok, yang penting tawakal saja. Hehe. Selamat ulang tahun yaa.
ReplyDeleteiya beruntungnya orang tuaku tidak terlalu memaksa untuk segera menikah, namun tidak dengan orang tua kekasihku yg ingin disegerakan memiliki cucu X)
DeleteSelamat ulang tahun Fandhy. Kita sama Pisces tapi selisih setahun. Untuk laki2 menurutku ga masalah kok menikah di atas 25. Mending fokus kerja dan memantapkan mental dulu daripada merisaukan desakan orang sekitar untuk segera menikah.
ReplyDeleteiya, sebenarnya aku sih santai santai saja untuk tidak terlalu memaksa untuk menikah segera, namun terkadang suatu waktu aku ingin sekali melakukan sesuatu yang tabu dilakukan sebelum nikah
DeleteSelamat memulai kehidupan seperempat abad ya..
ReplyDeleteSemoga segera dipertemukan dan diyakinkan untuk pilihan pendamping hidupnya. Masalah pesta pernikahan, saran aja jangan dengerin kata orang-orang. Cukup yakinkan keluarga kamu dan keluarga calon jika kamu menginginkan pesta yang sederhana. Dengerin omongan orang ra wes-wes hehehe
*komen ini hanyalah dalam rangka berbagi pengalaman dari calon mamak-mamak :D
"Masalah pesta pernikahan, saran aja jangan dengerin kata orang-orang. Cukup yakinkan keluarga kamu dan keluarga calon jika kamu menginginkan pesta yang sederhana. "
DeletePada bagian ini, entah kenapa aku merasa sungkan yang sungguh sungkan, ya gimana ya, resepsi pernikahan ini seperti hadiah terakhir untuk masing masing kedua orang tua, ya seperti hadiah terakhir dari anak kepada orang tuanya..
Untuk itulah, kami sangat ini merayakan dengan pernikahan yang cukup khidmat dan sesuai dengan keinginan orang tua, dan tentu saja sesuai dengan budget yang tersedia..
tapi ya bismillah saja..
semoga ada jalan :))))
Selamat ulang tahun Fandy, semoga harapan untuk melangsungkan pernikahan dengan "dia" segera terlaksana. Tak apa mewah yang penting maknanya, eh salah hahaaa....
ReplyDeleteApapun itu, lakukan sesuai kemampuan aja, karena nikah itu murah yang mahal itu egonya
Andai pemikiran para orang tua sesederhana kata pernikahan yang sederhana, sungguh andai sesederhana itu mungkin semua pihak akan bahagia :)))
Deletebtw terima kasih atas ucapan dan doanya X)
Selamat ulang tahun Fandhy... Semoga tercapai apa yang diharapkan ya. Amin...
ReplyDeleteSoal pesta pernikahan, kalau dikampung apalagi anak pertama sepertinya sudah jadi keharusan. Hanya saja memang harus disesuaikan dengan kemampuan. Jangan sampai pesta selesai hutangnya dimana-mana. Ngeriiii :)
iya benar sekali mbak, bagi anak pertama, pernikahan mesti diadakan dengan upacara resepsi, dan itu entah kenapa menjadi wajib hukumnya...
DeleteNamun apa jadinya, jika masing masing dari kita adalah anak pertama dari masing masing keluarga. Untuk nyari jalan tengahnya, adalah dengan diadakannya upacara pernikahan dua kali, apalagi dengan dua budaya yang berbeda, jawa dan sunda..
Tentunya masing-masing dari keluarga ingin mengadakan upacara pernikahan sesuai dengan budaya mereka, dan tentu saja, dengan diadakan upacara pernikahan dua kali akan memakan banyak biaya..
Dan, untuk soal biaya, entah kenapa aku jadi tidak yakin bisa mencukupi semuanya,,,
Haciee...yang ulang tahu, barakallah ya mas. Semoga yang dicita-citakan tercapai. Masalah pernikahan semoga bisa berlangsung sesui keinginan ya, tapi ya begitulah budaya, terkadang agak susah untuk mengabaikan yang satu ini. Pertengkaran dengan keluarga taruhannya hehe
ReplyDeleteiya kak zefy terima kasih atas doanya,
Deletesemoga masalah pernikahan ada jalannya, semoga aku dimudahkan dalam mencari sumber dana untuk menikah dengannya :))
Oh,,, ternyata intinya pernikahan toh... hahahaha
ReplyDeleteSabarrr,, ada kalanya nanti akan menemukan sesosok yang benar-benar sejalan dengan kita, dan tentunya akan bersedia mendampingi kita selamanya. So, buka hati dan stay positif..
Haha alhamalhamdulillah saya sudah menemukannya, dan ingin menikahinya, hanya saja saya terhalang masalah biaya untuk pernikahannya x)
DeleteSelamat Milad Fandhy, Semoga senantiasa dalm lindungan-Nya.
ReplyDeleteYa, menurutku persoalan umur 25 sebagai batas usia menuju pribadi yg dewasa. Akan tetapi biasanya kegelisahan seperti harus di wujudkan dgn mempersiapkan diri sejak sekarang.
Selain itu, perlu juga untuk melakukan refleksi terhadap masa lalu yg telah terlewati agar bisa menjadi pribadi yg lebih baik lagi.
Waaaak, manis bangeeed Xd
ReplyDeleteHmmm selamat menanti jodoh eh maksudnya selamat 25tahun, Kak Fandhy hihihi. Semoga pernikahan kak Fandhy nanti sesuai keinginan kakak juga orang tua
Selamat ulang tahun, kak. Semoga panjang umur. Semoga berkah dan sehat selalu di sisa umurnya.
ReplyDeleteSantai, gak usah buru-buru nikah. Nikah bukan lomba kok. Jangan cuma cinta sama orangnya, cintai juga segala sifat buruknya,. Baru bahas nikah.
Selamat ulang tahun mas, semoga diumur 25 mendapat pasangan sehidup semati yang paling tepat sampai maut memisahkan. Semoga terus bahagia dan penuh senyuman
ReplyDeleteSelamat ulang tahun.
ReplyDeleteSmoga di umur 25 makin sukses, tercapai apa yg msh diimpikan serta dapat calon pendamping yg cakep, soleha, pintar, setia dan kaya hehehe
Selamat ulang tahun, Fandyyyy, ternyata kita seumuran toh. Hahaha.
ReplyDeleteWelcome to Indonesia, di mana yang menikah bukan hanya pasangan yang sedang dimabuk asmara, tapi juga menikahkan kedua belah pihak keluarga pasangan.
Semoga, pasanganmu ini menjadi yang terakhir untukmu ya, dan doakan aku juga bisa segera mendapatkan jodoh yang tepat. Aaamiinnn.
selamat ulang tahun, Kak. semoga diberi tanda-tanda biar yakin kalau dia memang orangnya. :))
ReplyDelete