Tengah Malam,
Terlalu banyak pikiran yang tidak bisa ditangguhkan ketika kehilangan pekerjaan. Apalagi hal itu terjadi di tengah pandemi. Kehilangan pekerjaan sungguh menyakitkan, tidak bisa dibayangkan jika hal itu bisa memberi bekas yang begitu dalam. Dibandingkan dengan kehilangan kekasih di masa muda, kehilangan pekerjaan di saat-saat seperti ini terasa jauh lebih menyesakkan. Kehilangan pekerjaan dan proses mencari pekerjaan bisa membuat isi kepala berputar setiap harinya. Tidak jarang, hal itu menciptakan perasaan insecure pada diri sendiri, dan menjadikannya overthinking yang berlebihan ketika menyadari bahwa sampai saat ini surat lamaran pekerjaan tidak kunjung mendapatkan balasan.
Jaman sekarang, lowongan pekerjaan sesungguhnya tersedia sangat banyak, namun sebagian besar pekerjaan yang tersedia itu memiliki syarat usia maksimal dua lima tahun, paling mentok ya dua puluh tujuh tahun. Bagi pemilik usia dua puluh delapan tahun, hal itu tentu menjadi penghalang untuk segera mendapatkan pekerjaan. Belum lagi dengan syarat lainnya yang mana selain maksimal umur dua lima tahun, juga harus memiliki pengalaman pekerjaan serupa selama lima tahun. Sungguh menyesakkan dada, ibarat terjatuh tertimpa tangga. Konon, katanya keberuntungan selalu berpihak kepada mereka yang tidak pernah berhenti mencoba, namun dari sekian banyak percobaan surat lamaran pekerjaan yang sudah dikirimkan, tidak lebih dari sepuluh persen saja yang mendapatkan respon. Bedebahnya, respon yang diterima sebagian besar adalah respon penolakan.
Membaca buku, mencari koneksi, mengubah CV, melebarkan relasi, sampai saat ini belum juga mendapatkan hasil akan sebuah pekerjaan yang nyata. Bukan bermaksud terlalu pemilih akan pekerjaan tertentu, namun jika pekerjaan tidak sesuai dengan kemampuan diri tentu sekalipun diterima nantinya akan menyulitkan diri sendiri. Ya ibarat memaksa ikan untuk hidup di dataran gurun pasir, atau mengharap kucing untuk berkokok. Sungguh mustahil untuk menciptakan kenyamanan dan kerelaan, hingga pada akhirnya yang tercipta adalah paksaan yang menyiksa jiwa. Pada akhirnya, semua itu akan menciptakan pekerjaan yang Toxic. Tidak ada kebahagiaan yang didapat, selain setiap hari memulai pekerjaan dengan keluhan dan keluhan. Ya tapi mau bagaimana lagi? Mencari pekerjaan di tengah pandemi sangat sulit sekali, alhasil asal sikat pekerjaan bisa menjadi solusi jangka pendek. Persetan dengan kenyamanan, asalkan dapur keluarga tetap mengepul, kesehatan jiwa rela dikorbankan.
Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja. – Buya Hamka
Ketika sudah yakin untuk bekerja di bidang apa saja, tanpa peduli akan kenyamanan jiwa, malah teringat tentang kutipan seperti di atas. Sungguh malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Alhasil segala keputusan yang sudah dibuat sebelumnya, kembali termentahkan dan menjadi bahan kajian untuk dibahas kembali dalam sesi diskusi tengah malam. Diskusi tengah malam selalu menghasilkan sudut pandang baru dalam melihat sesuatu. Meskipun terkadang sudut pandang baru yang dihasilkan itu memberi efek samping yang tidak bisa disepelekan. Seperti: hasil diskusi tengah malam sebelumnya yang menghasilkan sudut pandang baru untuk menerima apapun jenis pekerjaan di bidang apa saja meskipun harus mengorbankan kesehatan jiwa. Tapi ya jika bayarannya sebanding dengan apa yang dikorbankan, kenapa tidak? Mari kita coba!
Rasa gemas seringkali muncul ketika di media sosial melihat banyak orang yang sudah bekerja di tempat yang nyaman dengan bayaran yang setimpal, namun masih saja mengeluh tentang pekerjaannya. Belum lagi dengan mereka yang seringkali bekerja dengan ogah-ogahan, malas-malasan, sungguh menggemaskan sekali. Andai saja bisa melakukan pertukaran posisi, tentu hal itu sudah diusulkan sedari dulu. Betapa pun beratnya pekerjaan yang kalian miliki, ingatlah satu hal, bahwa banyak di luar sana yang mendambakan posisi kalian. Karena jauh lebih nikmat lelah seharian bekerja, dibandingkan lelah seharian mencari kerja. Setidaknya kalian punya pekerjaan, di tengah pandemi, banyak sekali orang yang rela mengorbankan kesehatan jiwanya demi sebuah pekerjaan. Mau tukar posisi?
Jadi, berhentilah mengeluh. Lupakan segala keluh kesah pekerjaan kalian. Bersyukurlah!
Jika ada informasi lowongan pekerjaan, berbagilah!
Bersyukur adalah kunci nikmat hidup kita..itu satu hal yg sangat kuyakini. Demikian juga dengan terua mencoba yg menjadi salah satu kunci sukses. Terima kasih sdh mengingatkan akan hal2 ini..dan semoga para oencati kerja segera mendapatkan pekwrjaan yg paling tepat baginya. aamiin..
ReplyDeleteMengeluh adalah racun sedangkan bersyukur adalah madu dalam hidup. Tetap semangat para pencari kerja. Kadang keluh kesah itu biasa tapi harus bangkit lagi.
ReplyDeleteSetiap manusia mempunyai perjuangan masing-masing, tinggal bagaimana caranya mensyukuri nikmatNya. Tetap berusaha pastinya.
ReplyDeleteAda beberapa orang yang gampang sekali mendapatkan pekerjaan, ad juga yang sulit, karena rejeki orang itu berbeda-beda. Tapi yang terpenting jangan patah semangat, rejeki sudah diatur, tapi memang jalannya agak panjang. Selalu berpikiran positif, kalau di interview jangan menjelekkan tempat kerj sebelumnya dan selalu menjadi pribadi yang profsional dan menyenangkan untuk diajak kerjasama
ReplyDeleteSisi lain pandemi kali ini adalah jadi punya rasa syukur. Asli! Kalau ngga ada rasa syukur mungkin gatau deh, ngeluh mulu isinya kehidupan. :")
ReplyDeleteBernapas aja bentar, tarik tahannn abis itu udah, keluhan keluar. Tapi ya namanya hidup :")
Kalau ngga diungkapin keluhannya nanti ngebatin sendiri gituu..
Aku sejak kuliah termasuk yang gampang mencari kerjaan. Dengan banyak pilihan, aku memilih kerja mana yang paling iklas. Itu sebabnya aku punya pengalaman resaign 6 kali di umur 28. Bukan tidak beryukur aku hanya pengen menghabiskan masa mudaku mencoba berbagai hal, sampai mentok dan menemukan yang cocok apa yang ingin aku jalani seumur hidupku kelak.... akhirnya pilihan jatuh pada membangun usaha dan karir sendiri..
ReplyDeleteSungguh kalau ingat masa-masa mencari pekerjaan ini memanglah masa-masa yang berat. Kadang senang dengan posisinya, tapi tidak terpilih. Atau tidak senang dengan jenis pekerjaannya, namun tawarannya memberi syarat yang ngadi-ngadi (kaya ijazah ditahan, dan lain sebagainya).
ReplyDeleteSemoga segera berjodoh dengan pekerjaan yang terbaik.
Tetap semangat berdoa dan ikhtiar.
wahh jadi ingat zaman fresh graduate, susah cari kerjaan. Ikut tes cpns pun g lolos.
ReplyDeletesemoga segera mendapatkan pekerjaan terbaiknya ya kak, tetap semangat
Ya allah,, jadi inget sama diriku sendiri beberapa waktu yang lalu saat masuk dunia kerja setelah lulus esema.
ReplyDeleteAku mengandalkan ekskul perakitan, tapi adanya lowongan di tmpat krja tsb design yg dibutuhkan
Alhasil, merepotkan karyawan lain yg satu lini utk mmbntu mengajarkan point2 nya aja.
Alhamdulilah bisa juga, karena kepaksa 😅