Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Monday, December 22, 2014

Manusia Dan Stigma

“Emang ya, kalo udah kena cap salah, mau ngapain aja pasti dianggap salah”.

Ya, itulah bunyi postingan di akun Blackberry Messenger (BBM) saya pas kemarin malam. (Kalo mau minta pin BBM saya, bisa dihubungi secara personal hehe). Terkadang secara tidak kita sadari, penggunaan stigma atau orang sosiologi menyebutnya dengan istilah “Labelisasi” terhadap manusia. Stigma sendiri, menurut saya adalah sebuah anggapan menilai atau memberi cap terhadap orang lain. Entah itu pemberian Cap tersebut berdasarkan opini sendiri, atau karena ikut-ikutan orang lain, itu kembali pada perspektif masing-masing individu. Entah itu cap baik atau buruk, semua kembali kepada masyarakat dalam menilainya. Namun terkadang kebanyakan kasus yang terjadi adalah pemberian stigma negatif pada seseorang yang mirisnya ini semua gara-gara terpengaruh orang lain. Akibatnya sangat fatal, apapun yang dilakukan meskipun itu perbuatan baik akan tetap mendapat stigma negatif dari orang-orang.

Stigma negatif itu seperti setitik noda api dalam kertas putih. Setitik noda api yang mampu menghanguskan seluruh kertas putih dalam sekejap atau kalo menurut peribahasa “Setitik nila merusak susu sebelanga”. Gara-gara satu tindakan salah yang pernah dilakukan oleh seseorang di masa lalu, dan perbuatan itu dianggap salah oleh masyarakat maka selamanya akan dicap salah oleh mereka.


Contoh simpelnya adalah kasus Mantan Pekerja Seks Komersial yang bertobat.
Mau sebersih apapun tobatnya dan usaha kerasnya dalam melepas dari jerat lembah hitam prostitusi, akan tetap saja dicap buruk oleh masyarakat, dan mirisnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Padahal kalo mau menelisik lebih jauh sebelum memberikan stigma negatif, dia menjadi Pekerja Seks Komersial karena desakan ekonomi. Misal dia terpaksa menjual dirinya demi pengobatan anaknya yang sakit keras dan butuh biaya banyak untuk pengobatan sehingga dia terpaksa menjadi Pekerja Seks Komersial guna menutupi biaya pengobatan. Namun, mirisnya terkadang masyarakat yang menjudge dia buruk seolah menutup mata dan telinga, sehingga dia akan dicap seperti itu sampai kapan pun.

Terkadang ini memang tidak adil, tapi mau gimana lagi namanya juga manusia. Tiap manusia punya pola pikir yang berbeda, ada yang maju, ada yang enggan maju, ada yang pura-pura maju, atau bahkan ada yang berpola pikir mundur. Selalu melihat ke belakang tanpa pernah melihat perkembangan yang sudah terjadi, selalu terjebak pada masa lalu. Seperti kasus diatas bagi mereka yang berpikiran maju, mungkin mantan pekerja seks komersial bertobat itu karena adanya dorongan dan niatan baik guna meninggalkan lembah hitam prostitusi. Dan bagi mereka yang tidak berpikiran maju, tentu saja mereka akan berpikiran sebaliknya. Ya begitulah, namanya juga manusia.

Entah bagaimana caranya untuk merubah pola pikir dan stigma negatif itu. Entahlah saya tidak tahu, karena terkadang saya pun masih suka memiliki pola pikir yang negatif meskipun hal ini bukan seperti contoh kasus diatas. Apapun itu alangkah bijaknya untuk melihat lebih jauh, sebelum memberikan stigma negatif atas seseorang. Entah bagaimana caranya merubah semua itu, saya juga tidak tahu.

Apakah disini ada yang tahu ???

26 comments:

  1. Kalo cuma bertanya untuk mendapat konfirmasi tapi orangnya bebal dan menyangka dirinya dicap negatif gmn? Padahal nanyanya baik-baik. Itu gimana?

    ReplyDelete
  2. Mereka cuma manusia biasa mbak, kalo pun dia ditanya baik-baik jawabnya susah mungkin dia sedang tak ingin untuk membahas masalah itu :)))

    ReplyDelete
  3. Caranya dengan selalu berbaik sangka kepada semua orang dan selalu berpikir positif. Semua orang punya sisi negatif dan positif masing-masing. Kita berusaha untuk terus melihat yang baiknya saja. Semoga semua orang mau berusaha untuk itu. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mbak, terkadang perlu banyak2 buat positif thinking

      Delete
  4. AHhaa gue setuju dengan nurul, karena menurut gue berpikir postive sama hal nya dengan merubah mindset kita,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, terkadang masyarakat kita perlu merubah mindset mereka menjadi lebih positif

      Delete
  5. merubah stigma negatif itu emang nggak mudah.
    saya sendiri kalau sudah mencap seseorang negatif, maka hal yang saya lakukan cuma satu. menjauhi orang itu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ngomong2 mas, followback blog saya dong :)

      Delete
    2. Kalo aku sih biasa aja mas, kalo pun dia dapet stigma negatif dari masyarakat asalkan tidak menimbulkan kerugian buat aku sih aku masih bisa maklum dan mentolerir

      Delete
  6. Entahlah, akupun tak tahu, hehe

    Inti permasalahannya ada di pola pikir seseorang. Ada kalanya saat org berbuat salah sama kita, kita slalu nginget trs tp giliran berbuat baik sama kita, kita gampang lupa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tepat sekali kak, yang jadi masalah itu di pola pikir. Terkadang merubah cat kamar itu lebih mudah dibanding merubah pola pikir seseorang

      Delete
  7. Kayaknya hanya dengan berprestasi/berkarya, stigma negatif seseorang bisa hilang. Minimal kembali dapet respect dari masyarakat.

    ReplyDelete
  8. Mau komen, tapi intinya sudah ada di beberapa komen yang ada di atas :D. Tapi kalau pribadi saya mau beropini, setiap ada stigma yang menempel pada diri kita, satu hal yang harus dipertahankan : Jangan pernah membalas.
    Karena kalau dibalas, berarti kita sama saja dengan orang itu, merugikan. Sungguh. :)))

    ReplyDelete
  9. Optimis dan percaya diri aja deh gan ,

    ReplyDelete
  10. nggak bisa menyenangkan semua orang, jadi mari maju terus..:)

    ReplyDelete
  11. syg nya memang kebanyakan org sini suka ngejudge ya... aku sih bnyk nemu org2 bgitu di sekelilingku mas... dan kdg2 sih kalo udh ga sabar ngadepinnya, aku block FB, BB ato kontak2nya mas :D

    ReplyDelete
  12. Bener sih. Contohnya kita punya orang yang kita benci, apapun perbuatan yang dilakukan dia pasti kita anggep salah. Itu bener beenr stigma negatif banget

    ReplyDelete
  13. labelisasi kayaknya emang bakalan susah ilang. apalagi di masyarakat kita, dimana budaya gosip, nyindir dan nyinyir masih lekat.

    ReplyDelete