“Emang ya, kalo udah kena cap
salah, mau ngapain aja pasti dianggap salah”.
Ya,
itulah bunyi postingan di akun Blackberry Messenger (BBM) saya pas kemarin
malam. (Kalo mau minta pin BBM saya, bisa dihubungi secara personal hehe).
Terkadang secara tidak kita sadari, penggunaan stigma atau orang sosiologi
menyebutnya dengan istilah “Labelisasi” terhadap manusia. Stigma sendiri, menurut saya adalah sebuah anggapan menilai atau
memberi cap terhadap orang lain. Entah itu pemberian Cap tersebut berdasarkan
opini sendiri, atau karena ikut-ikutan orang lain, itu kembali pada perspektif
masing-masing individu. Entah itu cap baik atau buruk, semua kembali kepada
masyarakat dalam menilainya. Namun terkadang kebanyakan kasus yang terjadi
adalah pemberian stigma negatif pada seseorang yang mirisnya ini semua
gara-gara terpengaruh orang lain. Akibatnya sangat fatal, apapun yang dilakukan
meskipun itu perbuatan baik akan tetap mendapat stigma negatif dari
orang-orang.
Stigma
negatif itu seperti setitik noda api dalam kertas putih. Setitik noda api yang
mampu menghanguskan seluruh kertas putih dalam sekejap atau kalo menurut
peribahasa “Setitik nila merusak susu
sebelanga”. Gara-gara satu tindakan salah yang pernah dilakukan oleh
seseorang di masa lalu, dan perbuatan itu dianggap salah oleh masyarakat maka
selamanya akan dicap salah oleh mereka.
Contoh
simpelnya adalah kasus Mantan Pekerja Seks Komersial yang bertobat.
Mau
sebersih apapun tobatnya dan usaha kerasnya dalam melepas dari jerat lembah
hitam prostitusi, akan tetap saja dicap buruk oleh masyarakat, dan mirisnya
sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Padahal kalo mau menelisik lebih
jauh sebelum memberikan stigma negatif, dia menjadi Pekerja Seks Komersial
karena desakan ekonomi. Misal dia terpaksa menjual dirinya demi pengobatan
anaknya yang sakit keras dan butuh biaya banyak untuk pengobatan sehingga dia
terpaksa menjadi Pekerja Seks Komersial guna menutupi biaya pengobatan. Namun,
mirisnya terkadang masyarakat yang menjudge dia buruk seolah menutup mata dan
telinga, sehingga dia akan dicap seperti itu sampai kapan pun.
Terkadang
ini memang tidak adil, tapi mau gimana lagi namanya juga manusia. Tiap manusia
punya pola pikir yang berbeda, ada yang maju, ada yang enggan maju, ada yang
pura-pura maju, atau bahkan ada yang berpola pikir mundur. Selalu melihat ke
belakang tanpa pernah melihat perkembangan yang sudah terjadi, selalu terjebak
pada masa lalu. Seperti kasus diatas bagi mereka yang berpikiran maju, mungkin
mantan pekerja seks komersial bertobat itu karena adanya dorongan dan niatan
baik guna meninggalkan lembah hitam prostitusi. Dan bagi mereka yang tidak
berpikiran maju, tentu saja mereka akan berpikiran sebaliknya. Ya begitulah,
namanya juga manusia.
Entah
bagaimana caranya untuk merubah pola pikir dan stigma negatif itu. Entahlah
saya tidak tahu, karena terkadang saya pun masih suka memiliki pola pikir yang
negatif meskipun hal ini bukan seperti contoh kasus diatas. Apapun itu alangkah
bijaknya untuk melihat lebih jauh, sebelum memberikan stigma negatif atas
seseorang. Entah bagaimana caranya merubah semua itu, saya juga tidak tahu.
Apakah
disini ada yang tahu ???
Kalo cuma bertanya untuk mendapat konfirmasi tapi orangnya bebal dan menyangka dirinya dicap negatif gmn? Padahal nanyanya baik-baik. Itu gimana?
ReplyDeleteMereka cuma manusia biasa mbak, kalo pun dia ditanya baik-baik jawabnya susah mungkin dia sedang tak ingin untuk membahas masalah itu :)))
ReplyDeleteCaranya dengan selalu berbaik sangka kepada semua orang dan selalu berpikir positif. Semua orang punya sisi negatif dan positif masing-masing. Kita berusaha untuk terus melihat yang baiknya saja. Semoga semua orang mau berusaha untuk itu. :D
ReplyDeleteBener mbak, terkadang perlu banyak2 buat positif thinking
DeleteAHhaa gue setuju dengan nurul, karena menurut gue berpikir postive sama hal nya dengan merubah mindset kita,
ReplyDeleteIya mas, terkadang masyarakat kita perlu merubah mindset mereka menjadi lebih positif
Deletemerubah stigma negatif itu emang nggak mudah.
ReplyDeletesaya sendiri kalau sudah mencap seseorang negatif, maka hal yang saya lakukan cuma satu. menjauhi orang itu :)
ngomong2 mas, followback blog saya dong :)
DeleteKalo aku sih biasa aja mas, kalo pun dia dapet stigma negatif dari masyarakat asalkan tidak menimbulkan kerugian buat aku sih aku masih bisa maklum dan mentolerir
Deleteudah aku follback mas :D
DeleteEntahlah, akupun tak tahu, hehe
ReplyDeleteInti permasalahannya ada di pola pikir seseorang. Ada kalanya saat org berbuat salah sama kita, kita slalu nginget trs tp giliran berbuat baik sama kita, kita gampang lupa.
Tepat sekali kak, yang jadi masalah itu di pola pikir. Terkadang merubah cat kamar itu lebih mudah dibanding merubah pola pikir seseorang
DeleteKayaknya hanya dengan berprestasi/berkarya, stigma negatif seseorang bisa hilang. Minimal kembali dapet respect dari masyarakat.
ReplyDeleteiya bener mas, dengan prestasi
DeleteMau komen, tapi intinya sudah ada di beberapa komen yang ada di atas :D. Tapi kalau pribadi saya mau beropini, setiap ada stigma yang menempel pada diri kita, satu hal yang harus dipertahankan : Jangan pernah membalas.
ReplyDeleteKarena kalau dibalas, berarti kita sama saja dengan orang itu, merugikan. Sungguh. :)))
iya mas, makasih udah mampir :))
DeleteOptimis dan percaya diri aja deh gan ,
ReplyDeleteiya mas :D
Deletenggak bisa menyenangkan semua orang, jadi mari maju terus..:)
ReplyDeleteyeahh :)
Deletesyg nya memang kebanyakan org sini suka ngejudge ya... aku sih bnyk nemu org2 bgitu di sekelilingku mas... dan kdg2 sih kalo udh ga sabar ngadepinnya, aku block FB, BB ato kontak2nya mas :D
ReplyDeletehaha kalo itu sih gakpapa mbak, :D
DeleteBener sih. Contohnya kita punya orang yang kita benci, apapun perbuatan yang dilakukan dia pasti kita anggep salah. Itu bener beenr stigma negatif banget
ReplyDeleteStigma negatif bener2 merusak
Deletelabelisasi kayaknya emang bakalan susah ilang. apalagi di masyarakat kita, dimana budaya gosip, nyindir dan nyinyir masih lekat.
ReplyDeletebener banget bang arman
Delete