Malam kemarin
adalah malam rabu, malam dimana kopi dan rindu yang menjadi kombinasi rasa yang
baru. Rasa baru yang menjadikan hati dan pikiran menjadi tak menentu, tertutup
awan kelabu. Seketika pahitnya kopi berubah sepahit cairan empedu. Membuat
lidahku kelu, membuat mulutku tergugu, tergugu dan membisu. Tanpa bisa ditahan,
tanpa bisa dicegah semua terjadi begitu saja, semua gara-gara kamu. Kamu, sosok
wanita yang entah kenapa semesta mempertemukannya denganku. Aku tak tahu, tak
tahu mengapa semesta memilihmu?
Manis laksana
madu, itulah kesan pertama tatkala bertemu denganmu. Perkenalan singkat yang
didominasi oleh senyumanmu. Senyum simpul yang begitu menghancurkan,
meruntuhkan segala pondasi benteng pertahanan diri yang sudah berdiri di hatiku
sejak dulu. Seketika lumer, seketika melebur menjadi satu. Itu karena kamu,
kamu dan senyumanmu. Entah kenapa seketika lidahku menjadi kelu, tak bisa
berkata, menjadi bisu.
Jika aku adalah
kopi, maka kamu adalah madu. Sudah selayaknya kopi harusnya bersatu dengan gula,
dan bukan dengan madu. Tapi namanya anak muda, tetap saja (memaksa) berharap akan
sosok dirimu. Berharap madu dan kopi menjadi satu dan menciptakan kombinasi
rasa yang baru. Mungkin terdengar nekat, tapi bukannya itu mencirikan sosok
diriku. Sosok anak muda yang tak tahu malu, yang (selalu) mengharapkan menjadi
pasangan yang pas bagi kamu, kopi jadi pasangan madu. Ah aku memang tak tahu
malu.
Kopi dan madu, perpaduan
yang terlalu baru. Sekiranya menjadikannya pertentangan lama yang membuatnya
tak bisa bersatu layaknya aku dan kamu, tak bisa menjadi satu. Ku akui kita
hidup di dunia yang berbeda, aku di cangkir kopi dan kamu di sarang lebah madu.
Sarang lebah madu yang kamu sebut sebagai keluarga besarmu. Apalah daya seorang
putra peramu kopi yang terlalu mengharapkanmu. Keluarga besarmu telah
memilihkan pilihannya untukmu, dan itu bukan aku. Bagiku kamu itu bukan gula
pasir atau gula jawa, tapi madu. Madu dan kopi yang takkan pernah bersatu.
Ah sudahlah memang
sudah begini adanya, ternyata alam semesta sedang bercanda tatkala
mempertemukan kita. Ternyata itu semua hanyalah gurauan semata. Dan kita adalah
salah satu korbannya, korban gurauan alam semesta. Baru sadar, ternyata kopi
dan madu itu berbeda rasa. Jadi tak mungkin untuk mencampurkannya. Ah sialan,
ternyata kita korban permainan alam semesta.
*Baru tahu ternyata
kopi dan madu bisa buat campuran untuk menghilangkan jerawat dan digunakan
untuk perawatan muka. Ah ternyata saya kudet sekali*
Tulisan galau yang di tulis secara romantis. Ea banget dah pokoknya mah.. :D
ReplyDeleteMantap nih, buat dipratekkin ngilangin jerawat :)
ReplyDeleteKunjung balik ya sob thanks dedimagination.blogspot.com
Aku pun ngga tau manfaat campuran kopi en madu, sampek tulisan ini ku baca.. ._. *ikutan kudet*
ReplyDelete*Baru tahu ternyata kopi dan madu bisa buat campuran untuk menghilangkan jerawat dan digunakan untuk perawatan muka. Ah ternyata saya kudet sekali*
ReplyDeletewah, beneran nih...baru tau juga..