Alangkah
bodohnya pertanyaanku karena memaksa memilih sesuatu yang tak kamu suka, dan
tak ada yang tepat bagimu untuk memilihnya. Memaksamu untuk memilih kanan atau
kiri, buruk atau baik, salah atau benar, karena apapun pilihannya pada dasarnya
semua akan tak berguna. Karena kau tak akan mampu untuk menjawabnya, karena kau
bukan keduanya. Kau adalah sesuatu yang lain, sesuatu yang berbeda yang tak
tertulis dalam enkrispi alam semesta, sesuatu yang lain yang mana tak akan
mungkin keluar penjelasan yang sekiranya sesuai dengan jalan pikiranku,
pikiranmu atau pikiran mereka. Semua jawaban tidak akan mungkin keluar kalau
kau tidak diusut dengan pertanyaan yang sebodoh ini. Pertanyaan bodoh yang
membuatnya makin terlihat bodoh.
Semalam kau bilang
ini berbeda, berbeda karena ini tidak menyuruh orang menjadi pintar. Juga tidak
berusaha untuk nampak menjadi pintar, karena aku tahu buat apa menjadi pintar
jika pada akhirnya kebodohannya akan tampak juga. Karena yang saya tahu dari
kebodohan itu adalah sepandai-pandainya kamu menyimpan kebodohan pasti suatu
saat akan kelihatan juga. Ya walaupun dalam hal ini, terkadang aku masih suka bertingkah bodoh dan bersikap masa bodoh. Ini
sesuatu yang tidak menuntut apa-apa. Bagiku itu semua tak jadi soal, karena
jujur saja aku masih suka bertingkah layaknya orang bodoh. Haha bagiku
bertingkah layaknya orang bodoh hanya sebagai kamuflase semata. Lebih baik
mana, bertingkah sok pintar tapi nyatanya
bodoh, atau bertingkah layaknya orang bodoh tapi pada dasarnya emang cerdas dan
pintar. Lebih baik mana ?
Haha apapun
jawabannya yang pasti tak banyak orang yang mau dan mampu untuk menanggapinya.
Karena itu memang bukan sesuatu yang layak ditanggapi secara berlebihan. Anggap
saja itu sebagai intermezzo kehidupan semata.
Alangkah
nikmatnya, menjadi kau yang selalu terdengar cemburu tatkala berpisah. Karena siapa
tahu di setiap tikungan kau akan direbut orang. Dan untungnya tak pernah
sekalipun berjumpa dengan orang yang berkata seperti itu. Kebanyakan yang
ditemui hanyalah satu dua pertanyaan bodoh. Pertanyaan bodoh dari orang yang
sok pintar sekaligus bodoh, dan orang yang sok bodoh namun aslinya memang
bodoh. Tak peduli lagi. Hanya satu pertanyaan yang jadi fokus pikirannya,
terdengar bodoh ah namanya juga pertanyaan bodoh. Dan pertanyaannya mungkin
akan terdengar bodoh olehmu karena pertanyaan itu keluar dari mulut seorang
yang kau anggap pintar itu.
Seperti katamu, kalau kau mencintai Tuhan, Tuhan akan
mencintaimu.
Katamu, kalau kau sayangi Tuhan, Tuhan akan
menyayangimu.
Tapi kenapa, kalau aku mencintaimu, kenapa kau tidak
mencintaiku?
Kenapa kau tak menyayangiku selayaknya aku sayang
kepadamu?
Dikutip dari beberapa petikan-petikan karya Aforisma
dalam buku Uap karya Putu Wijaya
qoute yg terakhir keren kak "kalau aku mencintaimu, kenapa kau tidak mencintaiku ?"
ReplyDeletehaha
hehe makasih :D
DeleteKeren referensi bacaannya Aforisma. Nice
ReplyDeletehehe makasih
DeleteLebih baik mana, bertingkah sok pintar tapi nyatanya bodoh, atau bertingkah layaknya orang bodoh tapi pada dasarnya emang cerdas dan pintar.
ReplyDeleteHmm.... Pilihan yang cukup sulit.
Yah namanya juga pilihan, kalo nggak memilih ya dipilijh #kyaaaa
DeleteBang Fandy bacaannya udah ke Putu Wijaya, trus bahasanya udah makin filosofis. Abis baca, aku mendadak merasa bodoh. :|
ReplyDeleteSepakat sama abang yang ini komennya :(
Delete@mas howhaw:: hahaha maapin ya bang, tapi sekarang udah jarang baca buku begituan. Gak ada waktu buat baca, lagi sibuk -__-
Delete@putri :: hahaha iya dahh
aku nggak bodoh kok, aku cuma kurang pinter :|
ReplyDeleteHaha apa bedanya nak ?
DeleteKenapa ngga carik yang jugak mencintai kita? ._.
ReplyDeleteLagi mencari beb :')
Deletebahasanya filosofis bnaget nih,, zaman sekarang sudah banyak orang yang sok pinter :D
ReplyDeletetapi kak? aku gak jadi orang yang sok pinter kok :3
DeleteHahaha, gaya tulisannya udah kaya adimas imanuel broo
ReplyDeleteAh terima kasih kakak, tapi dibandingkan adimas imanuel aku mah apa atuh :')
DeleteWaduhh, karya mas Putu Wijaya, ya. Keren badai ini. Logika yang terperajam banget bahasanya. Tentang sebuah pilihan.
ReplyDeleteKarena, disudutkan dengan banyak pilihan, akan membuat kitanya semakin gimana... gitu. Antara merasa benar dgn pilihan, atau malah sebaliknya. Memilih untuk membuat kenyataan baru.
Aih pangeran bisa aja memujinya, makasih ya pangeran :')
Deletejawaban buat pertanyaan terakhirnya: karena siapapun itu yang ditanya, bukan Tuhan. huehehe
ReplyDeletehaha lha ini agak betul
Delete