Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Saturday, June 6, 2015

Surat Untuk Bapak Menpora

Kepada yang terhormat, Bapak Menpora.

Saya sebagai pecinta sepak bola Timnas Indonesia sejujurnya sangat kecewa dengan adanya surat pembekuanPSSI dari FIFA. Surat pembekuan yang melarang Timnas kita untuk bermain sepak bola di kancah internasional, serta tak memperbolehkan PSSI untuk menggulirkan kompetisi dalam negeri. Surat pembekuan dari FIFA yang datang karena adanya campur tangan pihak-pihak yang kami sebut itu pemerintah. Padahal sudah jelas adanya aturan dari FIFA yang mana PSSI haruslah bergerak independen tanpa campur tangan pemerintah, karena sanksinya apabila melanggarnya adalah sudah jelas, Pembekuan. Namun, bapak ternyata melanggarnya.

Seperti yang saya kutip dari Pandit Football, Sebagaimana hukuman yang berlaku segera, pencabutan hukuman pun dapat dilakukan dengan segera. Selama, tentu saja, PSSI mampu memenuhi empat ketentuan pencabutan hukuman yang ditentukan FIFA. Ketentuan pertama dari empat ketentuan tersebut adalah: Komite Eksekutif PSSI terpilih dapat mengelola perkara PSSI secara mandiri dan tanpa pengaruh dari pihak ketiga, termasuk kementerian (atau badan kementerian)Ketentuan kedua berisi pengembalian kewenangan terhadap tim nasional Indonesia kepada PSSI: Tanggung jawab mengenai tim nasional Indonesa kembali menjadi kewenangan PSSISeperti ketentuan kedua, ketentuan ketiga dan keempat juga berisi pengembalian kewenangan kepada PSSI (“tanggung jawab mengenai semua kejuaraan PSSI kembali menjadi kewenangan PSSI atau liga yang dibawahinya” dan “semua kesebelasan yang berlisensi PSSI di bawah regulasi lisensi kesebelasan PSSI dapat berkompetisi di kejuaraan PSSI”).

Saya mencoba mengerti dan mungkin mencoba memahami maksud baik bapak yang dengan getol mencampuri urusan PSSI sampai-sampai memberikan Bapak Menpora memberi surat pembekuan buat PSSI. Jadi sekaligus PSSI mendapat dua surat pembekuan, pertama dari Bapak Menpora kemudia surat kedua datang dari FIFA. Ah beruntung sekali andai itu surat cinta, namun sayangnya itu surat pembekuan. Bagai jatuh tertimpa tangga. Tapi apakah Bapak Menpora memahami akibat-akibat selanjutnya akibat adanya surat pembekuan dari FIFA ini ? Semoga Bapak memahaminya. Masih beruntung Timnas U-23 masih bisa berlaga di ajang Sea Games di Singapura. Mungkin ini hanya sekedar obat pelipur lara yang bersifat sementara saja.

Saya mungkin cuma pemain bola voli amatir yang kebetulan mencintai sepak bola, tapi saya mengerti bagaimana rasanya ketika para pemain dilarang untuk bermain sepak bola secara resmi. Saya mengerti bagaimana kecewanya mereka (para pemain sepak bola), ketika seluruh kerja kerasnya ternyata sia-sia belaka. Dan lebih kecewanya lagi yang menggagalkan usaha mereka adalah pemerintah, kalau sebab lain misal cedera atau bencana alam itu masih bisa dipahami. Mau jadi apa kita sebagai pemuda, jika kebebasan kami menendang bola di kompetisi resmi bapak cabut. Apa gunanya punya kedua kaki lincah mengolah bola jika keinginan menendang bola demi mengharumkan nama Indonesia yang semakin lama terkenal dengan negeri korupsi-nya itu dilarang. Layakkah para pemain Timnas Indonesia bermain TarKam? Tentu saja tidak.

Alangkah beratnya bulan-bulan mendatang yang akan datang tanpa adanya kepastian nasib. Ketika para pemain yang biasa bertempur di lapangan sepak bola harus memangku kakinya tanpa sepatu dan hanya bisa memandang luas cakrawala yang membentang di atasnya dengan hela nafas berat memikul beban ketidakpastian nasib yang semakin mencekal. Alangkah sulitnya untuk menerima kenyataan ini, tapi apa mau dikata mereka cuma pemain sepak bola biasa, bukan tokoh pemerintah yang punya pengaruh. Saya tak peduli dengan urusan perebutan kekuasaan dibalik kisruh dan pembekuan PSSI. Tapi sekiranya berikanlah mereka kesempatan dan kebebasan bermain sepak bola demi mengharumkan nama bangsa. Berilah mereka kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa pemuda-pemuda Indonesia bisa berprestasi di Sepak Bola.

Alangkah baiknya andai saja kita semua memiliki pemikiran positif, dan pemikiran maju ke depan. Bukan saling menikam, saling hantam, tapi saling merangkul satu sama lain demi kemajuan sepak bola indonesia. Alangkah indahnya, jika Menpora dan PSSI saling bersatu padu berjuang demi kepentingan bangsa, dan bukan hanya kepentingan golongan mereka semata. Ini bukan lagi soal berapa besar uang atau berapa besar pengaruh kuasa dalam sepak bola, tapi ini semua demi kemajuan Sepak Bola Indonesia. Dan saya harap Bapak Menpora paham akan hal ini. Bagi para pemain, khususnya pemain sepak bola mungkin mengerti akan ungkapan seperti "Bertanding sepenuh hati dan memainkan dengan hati gembira niscaya urusan kalah atau menang itu biarkan alam semesta yang memilihnya."

Majulah Sepak Bola Indonesia, Bersatulah Indonesia Raya!

6 comments:

  1. Semoga pihak kementrian membaca surat ini,kasihan pemain sepak bola dalam negeri yabg nasibnya terkatung-katung.

    Salam dari imalavins.blogspot.com

    ps:wah pemain bola voli ya kak,posisinya jadi apa?dulu sempet jadi atlet voli soalnya hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha saya pemukul all-round kakak, kadang jadi wing spiker!
      kadang juga jadi middle-blocker :D

      Delete
  2. Benar semoga menpora dan pssi saling bersinergi bukan saling serang menyerang. Hajar bandit di PSSI tapi jangan rusak PSSI nya karena itu mencakup hajat orang banyak...

    ReplyDelete
  3. Akibat pembekuan ini bnyak yg jadi korban . Semoga aja bisa dicabut pembekuannya

    Salam Kenal yak

    http://superhidz.blogspot.com/

    ReplyDelete