Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Friday, July 31, 2015

Entah

Entah sudah berapa lama aku berhenti untuk menulis? Entah sudah berapa lama aku tak menyentuh lembar putih yang aku sebut kertas? Entah sudah berapa banyak waktu yang aku habiskan untuk memikirkan sesuatu yang tak ada habisnya? Entah sudah berapa banyak lembaran mimpi yang aku bakar dengan mimpi yang baru? Entah berapa banyak umpatan yang aku keluarkan untuk mengenyahkan segala praduga-praduga yang aku ciptakan sendiri? Entah sudah berapa lama mimpi kecilku tergantung begitu saja di pojokan kamar tanpa aku sentuh, tanpa aku lirik, tanpa aku kejar? Entah sudah berapa lama, aku pun tidak tahu.

Read More

Sunday, July 12, 2015

Aku Ingin Bercerita

Aku ingin bercerita tanpa menjadi orang pintar terlebih dahulu. Aku ingin bercerita tanpa menjadi orang bijaksana seperti dahulu. Aku ingin bercerita dengan segala kebodohanku, dengan segala kedunguanku tentang pernik kehidupan. Pernik kehidupan yang dijungkirbalikkan oleh mereka, mereka yang menganggap dirinya lebih tahu, lebih pengalaman. Kalau saja berpamer menjadikannya mereka seperti raja, lalu aku ini apa?! Kalau saja aku lebih paham dan lebih mengerti dibanding mereka, layakkah aku menjadikannya seorang raja? Raja di antara para raja. Lalu apa gunanya semua itu, jika tak lain hanya sekedar kepuasan nafsu.

Aku ingin bercerita lewat tubuh ini, tanpa menjadikannya seperti daun kering yang mengalir di antara sela batuan kali. Aku ingin bercerita dengan apa adanya, tanpa melebihkan apalagi melawan arus kehidupan. Ku utarakan ceritaku dengan lidah dan mulutku yang barangkali tak terlalu banyak berkata bijak. Bercerita tentang betapa kerdilnya jiwa mereka yang menganggap dirinya agung, sok berpengalaman, dan sok mengerti soal kehidupan. Aku tak mengerti kenapa mereka lebih banyak berbicara yang tak perlu, mengumbar sesuatu yang tak ingin semesta dengar. Aku tak tahu.

Read More

Monday, July 6, 2015

Tulisan Kemarin Malam

Masih ada saja yang terjaga di malam yang semakin malam, yang tersisa hanya desiran angin dan gemerisik sayup bunyi ranting di kejauhan. Terdengar sengal nafas tak beraturan dari sosok yang berlarian dikejar bayang. Bayang-bayang mentari pagi yang terus mengejarnya. Menjadikannya tampak nyata dan menjadikannya debu seketika. Ah sekiranya hantu pun berlarian tatkala melihat dirinya. Sekiranya aku ini apa ? Ah aku cuma nisan tua di tengah hutan, menanti sang empunya pulang meski pagi sudah hampir datang menjelang.

Akan aku katakan apa yang harus aku katakan. Tanpa hentakan, tanpa paksaan, semua hanya soal kerelaan. Kerelaan untuk mengatakan yang sebenarnya, tanpa tersirat ataupun tersurat pengaruh kuasa. Menjadikannya kebal menjadikannya kebas, tanpa pernah merasa akan siksa yang menantinya. Tatkala mulut terucap perlahan kebebasan pun seolah terhisap masuk dalam setiap dengung suaranya. Suara yang menuntut pembebasan, suara yang menuntut pembenaran.

Read More