Jaman sekarang sepak bola dan politik itu sudah menjadi semacam
suatu hubungan interaktif yang saling berpengaruh dan saling memiliki
kepentingan satu sama lain. Awalnya, sepak bola dan politik merupakan hal yang
berbeda jauh. Sepak bola adalah sebuah olah raga, dan politik adalah sebuah
bidang kajian di tentang perebutan kekuasaan. Jadi, intinya sepak bola dan
politik itu sangat jauh dan tidak saling berhubungan. Jadi, sangat mengherankan
jika sepak bola dijadikan mesin politik untuk merebut kekuasaan.
Sepak bola awalnya tercipta hanya untuk olahraga dan hiburan dan bukan menjadi mesin politik. Namun, semua berubah
kala Adolf Hitler sang pemimpin NAZI pada tahun 1930an memakai sepak bola
sebagai mesin politiknya. Masih ingat, kala itu ketika Jerman menginvasi
Austria yang kala itu Timnas Austria dikenal sebagai Wunderteam-nya eropa, yang
mana dipimpin oleh pemain legendaris Austria, Matias Sindelaar. Lewat sepak
bola inilah Adolf Hitler mencoba untuk menganeksasi para pemain timnas Austria
agar mau membela timnas Jerman. Namun, nyatanya mereka menolaknya. Hal ini
membuat Hitler geram dan marah, akibatnya Matias Sindelaar pun dibunuh.
Lain Jerman, Lain pula dengan italia. Lagi-lagi di Era tahun
1930-an. Kala itu kasus yang terkenal adalah ulah si Pemimpin Fasis Italia,
Benito Mussolini. Pada piala dunia 1934 yang berlangsung di Italia, yang mana
Mussolini mengancam akan membunuh semua para pemain Italia jika mereka tak bisa
menjuarai Piala Dunia 1934, Ancaman ini terkenal dengan istilah Crash. Selain itu, menjadi hal menarik
kala di partai puncak, sang pengadil lapangan alias si Hansip eh Wasit terlihat
sedang berada di tribun istimewa dan terlihat mengobrol dengan Mussolini. Entah
apa yang sedang dibicarakan, yang pasti hasil akhir pertandingan final Piala
Dunia 1934 dimenangkan Italia 2-1 setelah mengalahkan Cekoslowakia.
Siapa sih yang tak kenal Silvio Berlusconi, pemilik klub Legendaris
Italia, AC Milan? Silvio Berlusconi merupakan mantan perdana menteri Italia
yang memanfaatkan Sepak Bola sebagai ajang kampanye yang efektif untuk menarik
dukungan masyarakat italia. Awalnya sebelum menjadi pemilik AC Milan, hampir
tak ada yang kenal dengan siapa Silvio Berlusconi. Rata-rata hanya sebagian
besar masyarakat Italia yang mengetahui perihal sosok Silvio Berlusconi.
Rata-rata mereka mengenal sosok Silvio Berlusconi sebagai seorang pengusaha
dibanding dengan seorang penguasa.
Tahun 1986, merupakan tonggak awal rezim Silvio Berlusconi di AC
Milan. Awal kepemilikan AC Milan, Berlusconi membangun AC Milan dengan modal
puluhan juta dollar. Salah satunya dengan merekrut trio belanda, Marco Van
Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard dan talenta lokal pada diri Roberto Donadoni dan Carlo Ancelotti, serta merekrut pelatih muda nan
jenius, Arrigo Sacchi untuk melatih AC Milan. Hasilnya sungguh dahsyat, Sacchi membawa Milan meraih scudetto musim 1987-88 dan merajai eropa dengan meraih 2 titel Piala Champions musim 1989, 1990.
AC Milan kala itu menguasai sepak bola Italia dan Eropa dengan prestasinya yang
mengkilap. Dampaknya sangat terasa, AC Milan memiliki basis pendukung yang
besar di Italia, dan menjadi Tim Legendaris kala itu. Salah satu prestasi yang
terkenal adalah kala AC Milan dalam 3 tahun tak pernah terkalahkan di kompetisi
liga domestik Serie-A musim 1992-1995)
Prestasi yang mencorong berkorelasi positif dengan naiknya jumlah
pendukung atau fans AC Milan. Dan, Berlusconi pun tak menutup mata perihal
masalah ini. Pada Januari 1994, reputasi Berlusconi dalam dunia politik Italia naik cepat, Hasilnya pada tahun 1994 dia terpilih menjadi perdana menteri Italia dalam pemilihan parlemen 1994. Namun, kabinetnya runtuh setelah 9 bulan. Pada tahun 2001, Berlusconi kembali terpilih menjadi Perdana Menteri Italia untuk periode 2001-2006. Namun, sayangnya dalam perjalanan karir politiknya Berlusconi sering terlibat kasus kontroversial. Akibatnya sangat fatal, pada pemilihan berikutnya dia kalah dalam pemilihan. Pada tahun 2008, Berlusconi terpilih untuk kali ketiga menjadi perdana menteri Italia sampai tahun 2011.
Dalam perjalanan politiknya, Berlusconi sering kali menggunakan AC Milan sebagai mesin politiknya guna mendapat dukungan masyarakat italia, khususnya para pendukung AC Milan. Secara tidak langsung, hal ini menunjukkan bahwa Klub Sepak Bola sekarang sudah menjadi alat politik bagi para politikus untuk merebut kekuasaan. Meskipun awalnya Sepak Bola dan politik merupakan dua kubu yang saling berseberangan, namun nyatanya jaman sekarang Klub sepak bola sering digunakan sebagai mesin politiknya. Selain contoh berlusconi, ada pula contoh kasus Manchester City. Kala pada tahun 2006, Manchester City diakuisisi oleh perdana menteri Thailand, Thaksin Sinawatra. Banyak yang beranggapan bahwa akuisisi ini dilakukan sebagai ajang untuk cuci uang, karena pada saat itu Thaksin Sinawatra terkenal sebagai tokoh yang korup di Thailand.
Sepak bola dan Politik, diakui secara tidak baik itu di lingkup klub professional ataupun timnas suatu negara pengaruhnya sangat kuat. Meskipun, dalam pengaruh timnas ada larangan dari FIFA bahwa apabila Timnas dicampuri oleh pemerintah maka akan mendapat hukuman dari FIFA dengan dilarang tampil di kancah internasional. Hal ini pernah menimpa Timnas Yunani pada awal 2000-an.
sangat informatif :) aku sih gak terlalu suka politik jadi gak terlalu memperhatikan :3
ReplyDeletehahaha iyaa gakpapa mbak :)) makasih udah baca
DeleteMudah mudahan Erick Tohir gak ketularan sama Berlusconi, amiin.... hehehe :D
ReplyDeleteHahaha semoga jangan
Delete-____-
ReplyDelete