Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Wednesday, June 21, 2023

Pikiran Tengah Malam

Di umur ketiga puluh, aku sedang berada di fase “Tak Bermimpi”

Fase dimana aku tidak memimpikan apapun, tidak menginginkan jadi apa-apa, hanya hidup, hidup untuk hari ini, hari esok, hari nanti, dan hari seterusnya. Begitu saja. Dan, aku merasakan semakin lama, fase itu membuatku seperti orang yang hanya menghitung hari, dan menanti hari tua datang secara pasti. Ya begitulah waktu. Waktu yang terus berputar, tak peduli soal aku, tak peduli soal kamu, tak peduli pada siapa pun. Waktu adalah waktu.

Terkadang, waktu itu bisa berlari secepat kilat, namun terkadang waktu bisa berjalan begitu perlahan, mengendap-endap seperti singa di padang rerumputan. Menanti untuk menyergap, dan Ketika menyadarinya, semua sudah terlambat. Begitu tersadar, dirimu sudah diterkam waktu. Tergilas oleh waktu. Dan, waktu, brengseknya lagi, sekalinya sudah terlewati maka tidak ada kesempatan untuk memutarnya kembali. Ya itu waktu, seperti halnya aku yang baru menyadari waktu, di umur yang ketiga puluh.

Bisa dibilang, sedari dulu, aku adalah orang yang jarang sekali bermimpi, bukan karena tidak punya mimpi, atau tidak berani menghadapi mimpi, tapi karena, bagaimana ya menyebutnya, atau mungkin efek pengalaman dan pelajaran dari orang tua yang mengajarkan untuk selalu tahu diri, mawas diri. Ajaran itu secara tidak langsung, membuatku tidak berani untuk membuat mimpi, membuat target. Sekalinya membuat target, atau memberi patokan, aku menjalaninya seolah apabila hal itu gagal terjadi, ya tidak jadi soal. Begitu rendah ekspektasi.

Semua itu ternyata membentuk kepribadian yang relatif Slow, Low Expectations, Low Profile, Santai, Inferior dan Medioker. Pernah suatu kali, aku memasang mimpi yang kelewat tinggi, dan Ketika mimpi itu tak terpenuhi, rasanya sungguh sakit sekali, sakit sekali. Sampai hari ini, rasa sakit itu masih membekas di dalam hati. Ternyata, selain mengidap inferiority complex, aku juga mempunyai perasaan yang mudah menyimpan rasa sakit. Dan, sialnya lagi, sekalinya sakit hati, itu bisa menjalar jadi dendam pribadi. Rasanya sungguh bedebah sekali.

Hidup rasanya begitu monoton, hanya seperti pagi ke pagi, kereta ke kereta, rumah ke kantor, dan begitu sebaliknya, setiap hari. Dan, bersyukurlah bahwa kepala tidak lekas meledak karenanya.

Aku mendapatkan sebuah pencerahan yang mana itu menciptakan sensasi seperti terkena tamparan di pipi kanan dan kiri. Sebuah sensasi yang membuatku tersadar, bahwa ternyata hidup haruslah punya mimpi. Walau diriku ingin sekali menjadi Nobody tapi di sisi lainnya, aku merasakan gejolak rasa untuk diakui. Diakui sebagai orang yang punya mimpi.

Ketika melihat kanan kiri, dan melihat orang-orang sedang menikmati apa yang menjadi mimpiku itu, jauh di dalam hati, tiba-tiba muncullah rasa ingin memiliki juga, dan rasa iri. Sesekali aku merasa seperti meledak dalam histeria rasa iri yang sudah memuncak dan tidak terkendali. Apakah itu masih manusiawi?

Seringkali, aku tidak pernah menaruh harapan pada orang lain. Tidak pernah menuntut apa-apa kepada orang lain. Aku pun selalu mencoba mengerti posisi orang lain. Mencoba terbuka, mencoba memahami, bahwa di dunia yang semakin gila ini, tidak semua apa yang aku inginkan harus terkabulkan. Bahkan terkadang banyak orang yang merasa aku terlalu gila karena sudah sedemikian berkorban banyak untuk orang lain. Jujur saja, mungkin mereka akan kaget apabila mengetahui timbal balik apa yang aku dapatkan. Namun, apakah aku peduli?

Sialnya, terkadang aku merasakan betapa menyenangkan apabila kemudian aku pun mendapatkan kemudahan yang sama, seperti halnya aku yang begitu mudah melakukannya. Namun, bukan begitu cara dunia bekerja, sobat!

Tengah malam, seringkali aku terbangun, hanya untuk terdiam beberapa saat, menyadari ada yang hilang dalam tidur. Dan, itu adalah mimpi. Bahkan dalam tidur pun, aku kehilangan apa yang Namanya mimpi. Hidup terkadang bisa sedemikian semenyedihkan itu, namun terkadang hidup juga bisa semenyenangkan itu.

Dan, terkadang dalam keheningan malam, aku sering bertanya:

Apakah kalian merasa bahwa ternyata mimpi yang kalian punya itu terlalu sederhana?

30 comments:

  1. Bener juga ya, di satu sisi kadang pengen hidup "ya let it flow aja" cuma di sisi lain kadang society menjadikan kita sebagai pembanding dan mau gak mau kita jadi punya (lagi) tolak ukur. Yang bahaya kalau sudah mulai insecure berlebihan dan nggak bersyukur

    ReplyDelete
  2. tidak ada mimpi yang terlalu besar atau terlalu sederhana, tergantung sudut pandang kita ketika menatap saja. Kalau di kitab suci muslim kan jelas tertulis bahwa hidup seperti tangga, artinya kita perlu memang lebih baik dari pada hari kemarin. Bukan malah jatuh ke bawah, tapi kalau ga maju apa yang mesti diperbaiki. atau menepi sebentar sambil mengevaluasi langkah ya kak. tetap semangat

    ReplyDelete
  3. well... kehilangan mimpi itu biasanyaaa terperangkap di sebuah tempat bernama jenuh dan hopeless!
    yuk yuk semangat, mimpi itu nihil biaya, kan?

    so... bikin mimpi buanyaaaaaak buanyaaaakkkkkk!

    ReplyDelete
  4. Dulu waktu awal umur 30an (atau bahkan sebelumnya) memang ada rasa begitu; hidup kok gitu2 aja, seperti siklus aja dan bagai mesin berulang2 aja begitu. Tapi it means kita memang harus cari purpose in life. Di umur 30 aku menikah, itu merubah banyak hal. Salah satunya tujuan hidup ngga hanya duniawi, tapi juga akhirat. Belum menikahpun harus mulai berpikir ke sana, biar jiwa ngga lelah ya mikirin kerja, kerja, atau yang tampak di mata aja. termasuk cari validasi atau penghargaan dari orang, lebih baik cari sesuatu yang diridhoi-Nya

    ReplyDelete
  5. Goals atau mimpi ini sama kan ya...
    Aku tiap jelang akhir tahun selalu menuliskan bucket list impian dalam setahun. Dan meski berjalan apa adanya tiap hari, tapi Allah ajaibnya mengarahkan ke kemudahan untuk menggapai berbagai impian yang aku tulis. Yah, walau banyak juga yang gak sesuai harapan.

    Semoga dengan mimpi, kita semua bisa kembali merasa "hidup".

    ReplyDelete
  6. Aku pernah ada di fase gini juga, apalagi pas awal nikah dan punya anak. (sampe sekarang sih hahaha) Duh, kekurung banget gitu rasanya, dan sehari-hari kerasa sempit plus monoton. Tapi ya, pelan-pelan cari ritmenya aja lagi. Cari seruatu yang ingin kita kejar, dan cari teman yang tepat buat diajak ngobrol dan berkeluh kesah. Niscaya akan ada semangat baru dalam keseharian.

    ReplyDelete
  7. kalau dulu aku termasuk orang yang santai aja menjalani hidup. tapi makin ke sini berasa kok gini-gini aja sih hidup nggak ada pencapaian apa-apa akhirnya mulai belajar bikin target gitu dalam hidup meski mungkin agak telat

    ReplyDelete
  8. Kadang aku juga akan merasa begitu. Ya udahlah. Apa yang harus terjadi ya biar saja terjadi. Tanpa ada mimpi atau sederhananya keinginan untuk begini atau begitu. Jadi kerasa saja monotonnya hidup. Bangun tidur, scroll medsos terus mengerjakan aktivitas harian. Lalu waktu berlalu sampai malam dan aku tidur lagi. untuk kemudian besok melakukan hal yang sama.

    ReplyDelete
  9. sering saya juga bermimpi namun banyak mimpi saya yang tercapai dan membuat semakin semakin untuk megejar mimpi-mimpi lainnya, apalagi mimpi itu untuk orangtua dan keluarga serta masa depan kita. Namun sama seperti kakak ada beberapa mimpi besar saya juga yang belum tercapai bahkan kandas dan itu bikin sedih namun itu justru saya jadikan semangat untuk menghabiskan kegagalan saya

    ReplyDelete
  10. Tulisan ini juga mewalikili isi otakaku sebagai emak-emak šŸ˜ bener banget nih, kita ssama

    ReplyDelete
  11. Dari kecil aku hidup sudah punya mimpi / keinginan mau ini dan itu, setelah dewasa beberapa mimpi itu kuusahakan dan Tuhan mewujudkannya, sampai saat ini masih punya mimpi punya harapan... tapi harapan itu hanya berani kuceritakan pada Sang Pencipta saja :)

    ReplyDelete
  12. Saya meyakini setiap mimpi, besar atau kecil di mata orang, sama berharganya.

    ReplyDelete
  13. Waktu berjalan tepat dijalurnya. Adapun perasaan bahwa ia berjalan cepat dan lambat dipengaruhi oleh kondisi psikologis kita.

    Terlepas dari itu, tulisa masnya bagus. Saya cukup menikmati storytelling nya. Cocok dijadikan video estetik bernarasi.

    ReplyDelete
  14. Bagiku, setiap dari kita memang harus punya mimpi. Agar hidup yang dijalani akan selalu lebih baik. Entah besar kecilnya mimpi, semua sama berharganya. Semangat terus kak!

    ReplyDelete
  15. Aku pernah punya mimpi, lalu patah. Sekarang setelah dewasa, lebih sadar diri, mengukur kemampuan juga. Jadi ya hidup santai dulu, tanpa banyak ambisi. Mau menikmati yang ada

    ReplyDelete
  16. Tenang, Mas, dirimu gak sendiri, kok. Aku juga dulu sempat berhenti bermimpi karena apa yang kurencanakan ternyata gak sesuai harapan. Akhirnya merasa, ah ... buat apa bikin planning dan target kalau gak tercapai? Namun, ternyataaa ... aku salah banget.
    Setelah membaca banyak buku motivasi dan self-development, aku mulai berani menulis mimpi lagi di buku tulis setiap menjelang tidur. Rasanya legaaa banget. Apalagi, banyak impian yang akhirnya terwujud dengan cara ajaib. Ternyata memang ada hubungan, lho, antara menulis tangan dengan terwujudnya keinginan melalui palam bawah sadar.
    Gak ada salahnya dicoba, Mas. Good luck!

    ReplyDelete
  17. Insha Allah. Tidak ada mimpi yang terlalu besar atau terlalu sederhana. Semoga hal-hal baik yang kita inginkan dan rencanakan kelak bisa terwujud dan diijabah oleh Allah SWT. Aamiin. Semangat!

    ReplyDelete
  18. mimpi bisa jadi pecut sih dan penyemangat hidup. meski kadang saya pun merasakan yang kakak rasakan, hidup ya gitugitu aja menjalani yang itu itu juga dengan hectic yang sama sampai lupa dengan mimpi.

    ReplyDelete
  19. Rasanya bermimpi ini bagian dari doa.
    Tapi kalau gak punya impian juga bukan berarti gak berdoa. Jadi gak perlu khawatir, semua punya jalannya masing-maasing dan takdir akan bekerja dengan sedemikian indahnya dalam jalan hidup seseorang.
    In syaa Allaa~

    ReplyDelete
  20. Saya pun sepertinya sedang dalam posisi ini Kak. Malas bermimpi, terlebih lagi usia sudah tak lagi muda. Sekarang mimpi saya lebih banyak dialihkan untuk anak-anak. Belajar untuk mendukung mereka meraih mimpi-mimpinya. Walau begitu sebenarnya mimpi sendiri salah satu jalan untuk meraih kehidupan yang lebih baik ya. Dengan bermimpi, kita jadi punya target yang perlu diusahakan dengan lebih serius.

    ReplyDelete
  21. Mimpi mungkin bisa jadi tujuan hidup kita. Saya merasa perlu bermimpi untuk lebih semangat menjalani hari, ya walaupun mungkin pada akhirnya ada yang belum tercapai, tetapi setidaknya sudah berusaha. InsyaAllah ada hal baik yang dapat dijadikan hikmah kehidupan

    Terima kasih sudah menuliskan ini, Kak. Saya jadi introspeksi lagi

    ReplyDelete
  22. Dengan mimpi sebenernya seperti punya tujuan hidup. Semoga mimpi dan doa yang mengiringi bisa terwujud kelak.. :) Tapi memang semakin berumur, semakin sadar sama kemampuan diri dan kondisi. Tapi tetap sih mimpi terus ada walaupun entah kapan bisa kesampaian. Gakpapa, yang penting masih punya mimpi dan harapan, kak..

    ReplyDelete
  23. bahkan kebanyakannya saya malah mengubur mimpi kak wkk, saking banyaknya yang tak paham dan tak mendukung. Tapi pastinya ga terkubur semua cuma dibiarkan tertidur sejenak. Ketika orang2 yang menentang lengah, saya pun kembali melangkah tanpa suara

    ReplyDelete
  24. aku juga terkadang berpikir kalau mimpiku sederhana, malah bangun tidur kayak ngomong "mimpi apa ya tadi" atau bahkan kayak ga ada mimpiny hahaha
    entahlah

    aku juga pernah di posisi terlalu banyak berkorban buat orang lain, tapi kalau nggak ada kayak mutualismenya, biasanya aku perlahan mengurangi intensitas gitu dan bukan menjauhi, mungkin perlu intropeksi diri juga

    ReplyDelete
  25. sya sangat pernah diposisi ini, bermimpi di masa muda, tp mulai memudar ketika umur semakin bertambah, drama semakin banyak dan tekanan dimana2.. melelahkan tp ternyata mimpi itu emang harus diwujudkan.. krna kita gk mau dong mimpi2 tadi cuma jadi "angin" doang.. wujudkan aja walau cuma membuat "pondasi"nya aja

    ReplyDelete
  26. Saya pribadi untuk saat ini mencoba berpikir sederhana dalam menjalani hidup, berusaha tidak memiliki ekspektasi tinggi terhadap manusia lain, karena mungkin sudah dewasa yaa, sudah sedikitnya tahu bahwa dunia ini tidak melulu mewujudkan apa yg kita mau. Kecewa pernah, puas juga pasti sering, jadi. Punya beberapa mimpi, cuma juga nggak terlalu nhoyo mengejarnya. Thx for sharing kak...

    ReplyDelete
  27. Saya termasuk orang yang suka berpikir tentang masa depan, banyak bermimpi walaupun kadang ada fase kecewa but is okay ttp smgt

    ReplyDelete
  28. Setengah iya dan setengah juga enggak. Dan tiap orang bisa saja berbeda. Ada yang "yawes apa kata nanti. "Ada juga yang apa yg kita pilih sekarang menentukan apa yang ada di depan". Tapi klo ditanya pikiran pribadi, di usia 30, aku lebih aware sama apa yang akan dipilih hari ini.

    ReplyDelete
  29. Menarik sekali pov ttg low profile ini ya. Sebagian org perlu mimpi dan cita2 utk hidup, sebagian yg lain takut bermimpi. Ya sah2 saja keduanya.

    ReplyDelete
  30. Iya yaa, ternyata aku gak sendirian, pernah banget merasa begini dan itu terjadi di malam hari yang mana pikiran ovethinking itu mulai terjadi.. Dan pas bermimpi pun ada resikonya juga kak.. Yaa hidup memang gini nano nano ya Kak, kadang ya let it flow aja deh dan kadang pingin bermimpi tinggi tapi resikonyo tinggi juga.. Semangatt deh!

    ReplyDelete