Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Showing posts with label Sekali Duduk. Show all posts
Showing posts with label Sekali Duduk. Show all posts

Wednesday, January 31, 2024

Tulisan SKS: Detik-detik Akhir Januari

Apakah yang akan terjadi dalam enam puluh menit terakhir di bulan Januari?

Apakah bisa, dalam waktu yang kurang satu jam ini bisa menuliskan sesuatu di blog?

Mari kita coba.
Ah masa? Yakin lu, bisa?

Dalam satu bulan terakhir, ada satu kegaduhan yang disebabkan oleh seorang bapak yang getol banget membantu anaknya dalam masa menjelang pemilihan suara. Suara-suara sumbang dan protes dari berbagai pihak tak diabaikannya. Seolah tutup mata pada pasangan anaknya yang memiliki banyak sekali problematika di masa lalu dan di masa kini seolah tidak ambil peduli, toh terpenting duitnya seolah tak berseri. Lucu memang, ketika yang di bawah tidak boleh memihak satu pun, eh yang atas malah getol banget menunjukkan keberpihakan pada satu calon, yang ada anaknya si bapak itu tadi.
Read More

Wednesday, June 21, 2023

Pikiran Tengah Malam

Di umur ketiga puluh, aku sedang berada di fase “Tak Bermimpi”

Fase dimana aku tidak memimpikan apapun, tidak menginginkan jadi apa-apa, hanya hidup, hidup untuk hari ini, hari esok, hari nanti, dan hari seterusnya. Begitu saja. Dan, aku merasakan semakin lama, fase itu membuatku seperti orang yang hanya menghitung hari, dan menanti hari tua datang secara pasti. Ya begitulah waktu. Waktu yang terus berputar, tak peduli soal aku, tak peduli soal kamu, tak peduli pada siapa pun. Waktu adalah waktu.

Terkadang, waktu itu bisa berlari secepat kilat, namun terkadang waktu bisa berjalan begitu perlahan, mengendap-endap seperti singa di padang rerumputan. Menanti untuk menyergap, dan Ketika menyadarinya, semua sudah terlambat. Begitu tersadar, dirimu sudah diterkam waktu. Tergilas oleh waktu. Dan, waktu, brengseknya lagi, sekalinya sudah terlewati maka tidak ada kesempatan untuk memutarnya kembali. Ya itu waktu, seperti halnya aku yang baru menyadari waktu, di umur yang ketiga puluh.
Read More

Thursday, June 30, 2022

Cerita Sekali Duduk: Lagu Tanpa Judul

Ada begitu banyak lagu yang berputar di dalam kepala. Beberapa di antara mendengungkan nada-nada dan menyamarkan luka dalam kata-kata. Liriknya seringkali terdengar gembira, meski nyatanya seringkali terdengar liris penuh nestapa. 

Terlebih bila hujan sedang melanda, hal-hal yang begitu sederhana bisa dengan mudah memancing ingatan-ingatan penuh romantika. Tidak jarang kenangan penuh luka menghanyut begitu saja, mengikuti air hujan dan bermuara pada hati yang perlahan kembali basah, oleh luka, oleh kenangan, oleh kisah lama, oleh semuanya. 

Sesekali terdengar guntur menyambar, sesekali terdengar percik dan suara bisik yang tersamar sempurna di balik irama lagu. Tidak banyak yang tahu, bila ada satu dua lagu, sangat dihindarinya namun sudah sebegitu dihapalnya di luar kepala. Bukan karena tidak suka, namun karena lagu-lagu itu begitu spesial untuknya. Terlalu sakit untuk diingat, terlalu manis untuk dilupakan.

Malam itu, Dia mengajakmu pergi. Malam dimana seharusnya menjadi waktu untuk mengumpulkan kembali rasa-rasa yang sempat tercerai berai oleh jarak. Terlihat dari jauh, dirimu masuk ke dalam mobil lelaki asing, tertawa dan bersenda gurau seolah kalian sudah begitu dekat. Sejak kapan? Entah, bahkan cerita tentangnya pun tak pernah.

Terbayang kembali semuanya di dalam kepala, sesekali dalam mimpi, ada sosok yang datang ke dalam mimpi. Dirinya terlihat samar, tidak jelas dirinya siapa, namun suaranya begitu familiar, suara yang seringkali membuat sadar akan siapa sebenarnya.

Esok hari, adalah waktu yang dijanjikan, bagi siapa saja yang percaya. Percaya akan kekuatan lagu, yang bisa membuatmu lupa akan luka, yang bisa membuatmu tertawa dalam derai air tawa. Banyak rasa yang ditawarkan, tinggal bagaimana dirimu memilih lagu yang tepat. Hanya saja, sayangnya, dirimu payah dalam memilih lagu.

Sendirian menatap langit malam, berharap segalanya menguar ke udara, masih saja tak ada bedanya. Keheningan masih menggantung di udara, ketika kemudian terlihat sorot cahaya dari kejauhan. Sorot cahaya dari lampu mobil, mobil yang tadi membawamu pergi. Kini sudah kembali lagi. Heran, begitu cepat mereka kembali, atau sudah terlalu lama dirinya terpaku menatap langit?

Tidak banyak yang dilihatnya, karena cahaya tiba-tiba padam, dan yang tersisa hanyalah bayangan-bayangan samar dua manusia yang sepertinya masih di dalam mobil, entah melakukan apa. Sampai kemudian terdengar suara pintu mobil yang terbuka, dan diikuti dengan suara mesin mobil yang menyala. Sorot cahaya mengagetkanmu, dan menyadarkanmu bahwa yang tersisa kini hanyalah kegelapan dan kegelapan. 

Segalanya sudah menjadi gelap, termasuk hubunganmu yang kini sudah semakin gelap. Tidak jelas mau diapakan lagi. Sepertinya sudah tidak ada harapan lagi.

Terkadang mimpi yang begitu indah tapi tak terwujud, ya sudahlah.

Read More

Tuesday, June 21, 2022

Cerita Sekali Duduk : Kembalilah Esok Hari

Kadang-kadang ia bertanya dalam hati, terutama di musim kering, ketika cuaca malam begitu cerah, tentang negeri-negeri liar di luar sana, yang tak pernah terjamah dan hanya bisa terpetakan oleh imajinasinya. Tentang bagaimana negeri-negeri itu mendapatkan kiriman bulir-bulir putih dari langit, yang terkadang diiringi dengan jatuhnya reruntuhan langit yang sering membuat penduduknya menggigil dalam tidurnya.

Membayangkan bagaimana pemandangan pagi yang ditawarkan oleh alamnya, tentang bagaimana keadaan langit pagi yang semburat merahnya begitu berbeda dengan apa yang ada di negerinya. Belum lagi perihal gunung-gunung yang berjejer di balik hutan yang jarang dijamah oleh penduduknya, karena mereka percaya, hutan tempatnya para penyihir dan makhluk-makhluk aneh yang suka memangsa siapa saja yang memasuki wilayahnya.

Read More