Apakah yang akan terjadi dalam enam puluh menit terakhir di bulan Januari?
Apakah bisa, dalam waktu yang kurang satu jam ini bisa menuliskan sesuatu di blog?
Mari kita coba.
Ah masa? Yakin lu, bisa?
Dalam satu bulan terakhir, ada satu kegaduhan yang disebabkan oleh seorang bapak yang getol banget membantu anaknya dalam masa menjelang pemilihan suara. Suara-suara sumbang dan protes dari berbagai pihak tak diabaikannya. Seolah tutup mata pada pasangan anaknya yang memiliki banyak sekali problematika di masa lalu dan di masa kini seolah tidak ambil peduli, toh terpenting duitnya seolah tak berseri. Lucu memang, ketika yang di bawah tidak boleh memihak satu pun, eh yang atas malah getol banget menunjukkan keberpihakan pada satu calon, yang ada anaknya si bapak itu tadi.
Bila memang hidup adalah komedi, namun bagaimana dengan mereka yang mengaku wakil rakyat, namun hanya hadir ketika menjelang waktu pemilihan saja. Brengseknya, ketika sudah terpilih, mereka pura-pura lupa. Entah karena pikun, atau karena memang sengaja pura-pura lupa?
Pura-pura lupa, ah bisa jadi, itulah yang dirasa oleh si bapak pasangannya si anak bapak tadi, yang seolah lupa pada cerita-cerita masa silamnya. Bagaikan gajah di pelupuk mata yang tak tampak, para pendukungnya seolah silau akan gemerlap harta yang dimiliki si bapak itu. Tapi emang benar faktanya, di antara ketiga bapak-bapak yang berkacamata atau yang berambut putih, si bapak tengah ini memiliki harta paling kaya di antara ketiganya. Kalau tidak salah angkanya mencapai dua triliun. Bukan main, sungguh bukan main. Duit segitu banyak seolah masih kurang. Ah memang benar, keinginan manusia yang dikuasai gelapnya dunia akan selalu merasa kurang kurang dan kurang.
Bila hendak mencari anomali semesta, cara mudah saja. Cukup beri beliau mic dan kesempatan bicara, niscaya berbagai hal-hal "penuh keajaiban" diluar nalar akan keluar dari mulutnya. Itu pun bila tidak terbumbu oleh emosi meledak-ledak seperti ciri khasnya yang katanya kini telah beralih rupa. Namun tetap saja, watak asli mau dipoles sedemikian rupa akan tetap terlihat juga.
Untuk obrolan soal si bapak, lebih baik dicukupkan sampai sini saja. Beralih ke hal lain, semisal kasus seorang emak-emak yang "meletakkan" springbednya di tengah rel kereta api. Alhasil tergilaslah itu springbed, degilnya lagi per spring bed menyangkut di roda kereta KRL. Kagak ada bedanya sama si bapak, bedanya si emak springbed-nya habis tergilas roda kereta, kalau kasus si bapak berharta tidak pernah hilang digilas roda zaman. Selalu muncul lagi, muncul, dan muncul lagi. Menolak Lupa.
Seperti halnya kini, yang hendak menolak lupa, bahwa jam dua belas malam sebentar lagi tiba. Sudahlah ya, yang sudah-sudah ya sudah, terima kasih sudah membacanya. Semoga saja bisa menjadi pencerah, atau setidaknya bisa menjadi berkah, berkah bahwa kita tetap sadar dan tetap ingat akan segala cerita di masa-masa yang telah lalu.
Menolak lupa, bersama pernik-pernik kepingan ingatan masa lalu yang kini bertransformasi dan menjelma menjadi ingatan digital yang bisa diakses oleh siapa saja. Semoga para generasi muda, bisa dengan penuh kesadaran menentukan pilihannya.
Hidup adalah pilihan, dan pilihan saya adalah Menolak Lupa.
Menolak lupa perihal fakta bahwa tadi pagi baru saja gajian.
Ya Allah, ini duit kemana larinya?
Selamat malam dan jangan lupa berbahagia.
--------------------
nb: SKS = Sistem Kebut Sejam
0 comments:
Post a Comment