Menulislah, Seolah-olah Besok Kamu akan Melupakannya

Thursday, October 12, 2017

Sebuah Pertanyaan Agung

Pernahkah kamu merasa, kita semua terlahirkan ke dunia dengan membawa tanda tanya agung? Tanda tanya itu bersembunyi sangat halus di setiap atom tubuh kita, membuat manusia terus bertanya, dihantui, seolah-olah misi hidupnya pun hanya untuk menjawab tanda tanya itu. Tanda tanya agung.” – Reuben, (Supernova: Ksatria, Putri, & Bintang Jatuh).

Kehidupan di dunia ini akan terasa berbeda jika tanpa manusia. Populasi manusia tersebar secara acak di berbagai belahan dunia. Tersebar ke segala penjuru, dari sudut ujung Semenanjung Siberia sampai ke tepian Semenanjung Iberia, dari ujung Kutub Utara sampai ke seberang selatan Benua Antartika, tercecer segala jenis manusia yang terbagi dalam berbagai macam suku bangsa, ras, agama, dan bahasa. Semua hidup bersama, dengan satu tarikan nafas yang sama, di bawah langit yang sama, di Bumi yang sama, dengan sebuah tanda tanya yang sama. Tanda tanya tentang dirinya. Untuk apa dirinya hidup di dunia?


Terkadang banyak manusia yang jarang menyadarinya. Menyadari tentang kemampuan mereka, kemampuan dirinya untuk menjawab tanda tanya. Terkadang banyak manusia yang memalingkan muka tatkala dihadapkan pada jawabannya, seolah menghindarinya, seolah enggan melihatnya sejenak untuk menjawabnya. Tanpa terkecuali, antara saya, engkau, mereka, dia, atau semuanya saling berlomba untuk memalingkan muka seolah tidak menyadari akan jawabannya. Jawaban dari sebuah tanda tanya. Tanda Tanya Agung.

Setiap diri manusia, disadari atau tidak memiliki empat sisi tentang dirinya sendiri. Empat sisi yang mana pada akhirnya akan membantunya dalam menjawab tanda tanya. Menurut saya, empat sisi tersebut adalah:

Sisi Putih, dikenal pula sebagai Sisi Kebaikan. Sisi kebaikan yang menentukan bagaimana jalan hidup seseorang akan dilalui seperti apa, menjadi apa, dan bagaimana pada akhirnya. Mendominasi dalam pemikiran akan kebaikan, menentukan sikap dan sifat yang menjadi ciri khas kebanyakan orang-orang berjiwa besar, budiman, bijaksana, penuh dengan kearifan, semuanya dipenuhi oleh sisi kebaikan yang oleh semesta sering dijadikan sebagai tokoh pahlawan, tokoh pahlawan sang pembela kebenaran. Bagaikan Ksatria yang membebaskan Sang Putri dari genggaman Penyihir Jahat, dan menjadikan kerajaan menjadi tempat yang sejahtera, aman, dan tentram. Begitulah sisi kebaikan tatkala jadi dominan dalam arus waktu kehidupan akan seorang manusia. Manusia pilihan.

Sisi Hitam, Tercipta sebagai lawan dari sisi putih. Sisi hitam, banyak dikenal sebagai sisi gelap seseorang. Sisi gelap yang dipenuhi dengan unsur kejahatan. Sisi gelap yang mana hanya segelintir cahaya yang mampu menembus, salah satunya cahaya dari Yang Maha Kuasa. Sisi hitam muncul sebagai bahan tandingan sisi putih, kejahatan lawan kebaikan begitulah rencana alam semesta memberikan keduanya dalam satu manusia. Sisi gelap yang mampu menjadikan seseorang penjahat, kriminal, dan perusak. Penuh dengan sikap sifat yang tak baik, memilihnya menjadi sosok yang merugikan.

Setiap jiwa manusia terlahir dengan dua sisi yang berdampingan, dan hidup dalam satu rumah yang sama, rumah jiwa, hati manusia. Selalu berpasangan, selalu bertentangan. Keduanya saling bergerak dalam pola yang sama, dengan kekuatan yang sama, dengan tujuan yang sama, menjadi penguasa utama dalam jiwa manusia. Baik atau buruknya seorang manusia ditentukan oleh keduanya. Mau jadi apa selanjutnya, semua kembali pada roda waktu hidup seorang manusia, apakah mau berhenti berdetak dalam kebajikan atau malah tersesat jatuh ke dalam arus kegelapan? Semua terserah sang waktu, Juru Penghakiman.

Sisi Abu-abu, merupakan hasil dari sebuah keniscayaan, ketidaktegasan, dan kelabilan akan jiwa seseorang manusia, yang membuatnya tak lagi putih atau hitam, tapi abu-abu. Tanpa status, tanpa arah, tanpa pilihan. Begitulah abu-abu, mereka yang jadi korban dominasi sisi jiwa abu-abu akan menjadi sosok manusia yang tak punya arah, tanpa tujuan, dan tentunya tanpa pilihan mau jadi apa selanjutnya, dan bingung bagaimana mereka akan menjadi jawaban dari setiap tanda tanya yang ada untuknya.

Terkadang, jiwa abu-abu dilambangkan sebagai sosok pengecut, si muka dua, yang enggan memilih mau jadi apa, tanpa tahu arah, dan iya atau tidaknya menjadi sebuah kesukaran dalam tiap pemikirannya. Menjadi sosok abu-abu seolah tiada gunanya, mereka cenderung latah, dan mudah terbawa arus kehidupan. Menjadikannya plin-plan, menjadikannya kutu loncat, dari satu sisi ke sisi yang lain. Tanpa tujuan, tanpa jawaban.

Andai tomat-tomat ingin menjadi melon, betapa menggelikannya. Sungguh heran saya, melihat banyak orang yang ingin menjadi sesuatu yang bukan diri mereka sendiri.
Paulo Coelho

Dan, diakui atau tidak, setidaknya dalam kehidupan yang fana ini, hampir sebagian manusia, termasuk saya, pernah terjebak dalam sisi abu-abu, yang mana ketidakjelasan adalah temannya. Kebingungan dalam sebuah pencarian adalah sebuah kewajaran, semua akan menjadi jelas tatkala jiwa mendapat sebuah pencerahan. Pencerahan yang datangnya entah dari hasil perenungan, atau datang dari sebuah bencana. Bukankah, di balik sebuah bencana terkadang terselip sebuah hikmah yang bisa kita ambil pelajarannya?

Sisi Diri-nya Sendiri, merupakan bagian dimana seseorang menjadi sosok yang tak peduli tentang pilihannya. Baginya diri sendiri adalah yang utama. Tak peduli bagaimana orang lain menilainya seperti apa, dirinya tetaplah menjadi dirinya. Menjadi diri sendiri, begitulah alasan utama yang dijadikan tolak ukurnya. Menjadikannya sosok yang punya pilihan, tanpa ragu berjalan di jalurnya, menjadikan tiap detik waktu sebagai karpet merahnya, tanpa peduli apa kata orang, selain terus berjalan, menghadap ke depan.

Hidup adalah serangkaian resiko yang tidak akan ada habisnya, dan siapa pun yang melupakan ini, tidak akan pernah siap menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan untuknya, sekedar untuk menjawab pertanyaan tambahan yang pada akhirnya akan mengerucut pada satu jawaban, jawaban akan pertanyaan yang selama ini menghantui hidupnya, tanpa terkecuali dengan saya. Sampai hari ini pun, saya masih mencarinya.

Dan, yang membedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya hanyalah rasa berani. Berani untuk memilih, memilih menjadi apa, dan berani menjadi diri sendiri. Adalah ketenangan hidup yang hakiki, tatkala kita hidup tanpa peduli apa kata orang, tanpa peduli komentar orang lain, jika sekiranya hidup hanya sebatas mendengarkan komentar orang lain, maka apa bedanya kehidupan dengan daun berguguran, yang dengan mudah diterbangkan angin, terombang-ambingkan kesana kemari, tanpa pernah mendapatkan penjelasan akan sebuah jawaban yang selama ini kita cari.

Jadi, Untuk apa kita hidup di dunia?

Karawang, 12 Oktober 2017

Penuh Pertanyaan

22 comments:

  1. Macan harus berburu, burung harus terbang; Manusia cuma duduk dan bertanya-tanya 'mengapa, mengapa, mengapa?'
    Macan pergi tidur, burung kembali mendarat; Manusia terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia mengerti.

    ReplyDelete
  2. Ini bener banget. Baca tulisan ini pikiranku jadi lebih terbuka sekarang. Inspiratif banget. Kayak baca buku-buku pengembangan diri.

    ReplyDelete
  3. Kalau sebagai muslim, sebenarnya sudah jelas jawaban dari pertanyaan terakhir itu, yaitu untuk beribadah.
    Tapi saya tahu ini sedang ada dalam alam pikiran yang berbeda :)
    Dan, tiap orang pasti punya kepuasan yg berbeda pula dalam berpikir. So, selamat berpikir dan berpikir kembali :)

    ReplyDelete
  4. Semua manusia pernah atau bahkan masih menjalani fase abu2.. Dimana semakin dewasa biasanya fase abu itu akan jadi tegas ke putih atau ke hitam

    ReplyDelete
  5. aku baru aja dengar ceramah alm Zainudin MZ tentang manusia, jin dan malaikat. Ya, dunia ini enggak akan berwarna kalau enggak ada manusia. kalau cuma ada malaikat, maka dunia ini akan monoton karena malaikat hanya melakukan sesuatu yang diperintahkan Allah, beda dengan manusia, akal yang diberika Allah membuat kita berpikir dan menjadikan kita berbeda dengan malaikat atau jin

    ReplyDelete
  6. Duh, postingannya, bikin pengen berwudhu deh jadinya T_T Jadi inget sama dosa2 yang makin banyak, bukannya banyakain followers malah banyakin dosa aku ini.

    ReplyDelete
  7. Instrospeksi diri, mungkin ink cara kita menyadari sperti apa kita seharusnya. Spertiny aku msih ada dsisi abu2 yg cenderung jdi pengecut inginny ambil aman saja

    ReplyDelete
  8. Karena potensi di dalam dirinya, manusia menciptakan warna dan drama bagi dunia ini. Kewl artikel.

    ReplyDelete
  9. baca si hitam dan putih kok aku malah jadi ingat dengan kisan si hotam yang hajat dan si putih yang baik ya, Si Hitam Putih

    ReplyDelete
  10. Gelap tercipta karena ketiadaan cahaya, gelap adalah deskripsi kita untuk menggambarkan kondisi tidak adanya cahaya.

    Tak ada yang sepenuhnya hitam, tak ada yang sepenuhnya putih. Ada kebaikan dalam setiap ketidakbaikan yang terjadi. Tinggal kita memaknainya dan memutuskannya.

    ReplyDelete
  11. Gue punya keempat sisi kehidupan. Disesuaikan sama keadaan aja, mau dipakai yang mana. Apapun itu, semoga bahagia dengan pilihan masing"

    ReplyDelete
  12. Ini semacam kaya oertanyaan tanpa akhir ya, aku aja kadang bingung yang bener2 asli aku itu kaya gimana, soalnya kayanya banyak yang sama. Sisi yang banyak dipakai kayanya abu2, kadang tiba2 ganti gajelas sampai bingung sendiri ini kenapa.

    ReplyDelete
  13. Sebuah refleksi yang luar biasaa yah dari Mas Fandi.
    Intinya sih memang jadi diri sendiri adalah yang terbaik.
    Susah emang tetapi selalu yg terbaik

    ReplyDelete
  14. Waw... aku pernah disemua fase nih. pernah juga di fase yang ngga ada ditulisan ini. Tapi jarang sih bertahan disatu fase lama lama kecuali yang abu abu hehehehe. bisa lama banget itu

    ReplyDelete
  15. Sisi putih pemahamanku malaikat, sisi hitam berarti iblis/setan. Jadi sisi abu2 adalah manusia...begitu bukan?

    ReplyDelete
  16. Kita memang punya sisi2 yg disadari atau tidak. Tp memang balik ke masing2 org, mau ambil pilihan dan risiko atau tidak. Jd inget film inside out deh

    ReplyDelete
  17. Aku sepertinya dominan dengan sisi dirinya sendiri wkwkwk gak mau diatur, bodo amat sama orang mau ini atau itu. Kalau aku udah memilih, yaudah gak ada yang bisa mengganggu gugat. Kecuali, ada alasan logis yang bikin aku berubah pikiran.

    ReplyDelete
  18. Betul banget, diantara hidup dan mati itu adalah pilihan..

    Mau menampilkan apa di hadapan org lain itu jg pilihan..

    Type yg terakhir itu mungkin nurani kali ya, krn kalau saya sih percaya, sehitam hitamnya orang pun pasti ada kebaikannya atau sisi putihnya

    ReplyDelete
  19. Pertanyaan terakhir yang Fandhy tulis, persis seperti quote drama Korea favorit aku.

    "Jadi untuk apa kamu diciptakan di dunia ini?"

    Dan jawaban dalam drama ini adalah untuk menjalankan peran dan misi hidup kita diciptakan.

    ReplyDelete
  20. Tapi kadang milih jd abu2 itu bikin tentrem, gak ikutan war-war'an, meskipun risikonya emang dikatain plin-plan siiiihhh...

    Mungkin ya gmnpun jd diri sendiri aja deeehhh, kalau memang ada sesuatu yg gk disuka ya gk perlu maksain utk melakukannya #imho lho ya

    ReplyDelete
  21. Setiap manusia pasti mempunyai sisi putih dan hitam.

    Tentunya setiap sisi tersebut mempunyai perbedaan dari sifat dan sikap akan tetapi, semuanya saling bersatu padu

    ReplyDelete
  22. Untuk apa dirinya hidup di dunia?

    Pada kenyataannya tidak semua orang mempertanyakan itu. Untuk makan saja susah, mana sempat memikirkan hal-hal mendalam.

    ReplyDelete