“Pernahkah
kamu merasa, kita semua terlahirkan ke dunia dengan membawa tanda tanya agung?
Tanda tanya itu bersembunyi sangat halus di setiap atom tubuh kita, membuat
manusia terus bertanya, dihantui, seolah-olah misi hidupnya pun hanya untuk
menjawab tanda tanya itu. Tanda tanya agung.” – Reuben, (Supernova:
Ksatria, Putri, & Bintang Jatuh).
Kehidupan di
dunia ini akan terasa berbeda jika tanpa manusia. Populasi manusia tersebar
secara acak di berbagai belahan dunia. Tersebar ke segala penjuru, dari sudut
ujung Semenanjung Siberia sampai ke tepian Semenanjung Iberia, dari ujung Kutub
Utara sampai ke seberang selatan Benua Antartika, tercecer segala jenis manusia
yang terbagi dalam berbagai macam suku bangsa, ras, agama, dan bahasa. Semua
hidup bersama, dengan satu tarikan nafas yang sama, di bawah langit yang sama,
di Bumi yang sama, dengan sebuah tanda tanya yang sama. Tanda tanya tentang
dirinya. Untuk apa dirinya hidup di dunia?
Terkadang banyak
manusia yang jarang menyadarinya. Menyadari tentang kemampuan mereka, kemampuan
dirinya untuk menjawab tanda tanya. Terkadang banyak manusia yang memalingkan
muka tatkala dihadapkan pada jawabannya, seolah menghindarinya, seolah enggan
melihatnya sejenak untuk menjawabnya. Tanpa terkecuali, antara saya, engkau,
mereka, dia, atau semuanya saling berlomba untuk memalingkan muka seolah tidak
menyadari akan jawabannya. Jawaban dari sebuah tanda tanya. Tanda Tanya Agung.
Setiap diri
manusia, disadari atau tidak memiliki empat sisi tentang dirinya sendiri. Empat
sisi yang mana pada akhirnya akan membantunya dalam menjawab tanda tanya.
Menurut saya, empat sisi tersebut adalah:
Sisi Putih,
dikenal pula sebagai Sisi Kebaikan. Sisi kebaikan yang menentukan bagaimana
jalan hidup seseorang akan dilalui seperti apa, menjadi apa, dan bagaimana pada
akhirnya. Mendominasi dalam pemikiran akan kebaikan, menentukan sikap dan sifat
yang menjadi ciri khas kebanyakan orang-orang berjiwa besar, budiman,
bijaksana, penuh dengan kearifan, semuanya dipenuhi oleh sisi kebaikan yang
oleh semesta sering dijadikan sebagai tokoh pahlawan, tokoh pahlawan sang
pembela kebenaran. Bagaikan Ksatria yang membebaskan Sang Putri dari genggaman
Penyihir Jahat, dan menjadikan kerajaan menjadi tempat yang sejahtera, aman,
dan tentram. Begitulah sisi kebaikan tatkala jadi dominan dalam arus waktu
kehidupan akan seorang manusia. Manusia pilihan.
Sisi Hitam,
Tercipta sebagai lawan dari sisi putih. Sisi hitam, banyak dikenal sebagai sisi
gelap seseorang. Sisi gelap yang dipenuhi dengan unsur kejahatan. Sisi gelap
yang mana hanya segelintir cahaya yang mampu menembus, salah satunya cahaya
dari Yang Maha Kuasa. Sisi hitam muncul sebagai bahan tandingan sisi putih,
kejahatan lawan kebaikan begitulah rencana alam semesta memberikan keduanya
dalam satu manusia. Sisi gelap yang mampu menjadikan seseorang penjahat,
kriminal, dan perusak. Penuh dengan sikap sifat yang tak baik, memilihnya
menjadi sosok yang merugikan.
Setiap jiwa
manusia terlahir dengan dua sisi yang berdampingan, dan hidup dalam satu rumah
yang sama, rumah jiwa, hati manusia. Selalu berpasangan, selalu bertentangan.
Keduanya saling bergerak dalam pola yang sama, dengan kekuatan yang sama,
dengan tujuan yang sama, menjadi penguasa utama dalam jiwa manusia. Baik atau
buruknya seorang manusia ditentukan oleh keduanya. Mau jadi apa selanjutnya,
semua kembali pada roda waktu hidup seorang manusia, apakah mau berhenti
berdetak dalam kebajikan atau malah tersesat jatuh ke dalam arus kegelapan?
Semua terserah sang waktu, Juru Penghakiman.
Sisi Abu-abu,
merupakan hasil dari sebuah keniscayaan, ketidaktegasan, dan kelabilan akan
jiwa seseorang manusia, yang membuatnya tak lagi putih atau hitam, tapi
abu-abu. Tanpa status, tanpa arah, tanpa pilihan. Begitulah abu-abu, mereka
yang jadi korban dominasi sisi jiwa abu-abu akan menjadi sosok manusia yang tak
punya arah, tanpa tujuan, dan tentunya tanpa pilihan mau jadi apa selanjutnya,
dan bingung bagaimana mereka akan menjadi jawaban dari setiap tanda tanya yang
ada untuknya.
Terkadang, jiwa
abu-abu dilambangkan sebagai sosok pengecut, si muka dua, yang enggan memilih
mau jadi apa, tanpa tahu arah, dan iya atau tidaknya menjadi sebuah kesukaran
dalam tiap pemikirannya. Menjadi sosok abu-abu seolah tiada gunanya, mereka
cenderung latah, dan mudah terbawa arus kehidupan. Menjadikannya plin-plan,
menjadikannya kutu loncat, dari satu sisi ke sisi yang lain. Tanpa tujuan,
tanpa jawaban.
Andai tomat-tomat ingin menjadi melon, betapa menggelikannya. Sungguh heran saya, melihat banyak orang yang ingin menjadi sesuatu yang bukan diri mereka sendiri.
Paulo Coelho
Dan, diakui atau
tidak, setidaknya dalam kehidupan yang fana ini, hampir sebagian manusia,
termasuk saya, pernah terjebak dalam sisi abu-abu, yang mana ketidakjelasan
adalah temannya. Kebingungan dalam sebuah pencarian adalah sebuah kewajaran,
semua akan menjadi jelas tatkala jiwa mendapat sebuah pencerahan. Pencerahan
yang datangnya entah dari hasil perenungan, atau datang dari sebuah bencana.
Bukankah, di balik sebuah bencana terkadang terselip sebuah hikmah yang bisa
kita ambil pelajarannya?
Sisi Diri-nya Sendiri, merupakan bagian dimana seseorang menjadi sosok
yang tak peduli tentang pilihannya. Baginya diri sendiri adalah yang utama. Tak
peduli bagaimana orang lain menilainya seperti apa, dirinya tetaplah menjadi
dirinya. Menjadi diri sendiri, begitulah alasan utama yang dijadikan tolak
ukurnya. Menjadikannya sosok yang punya pilihan, tanpa ragu berjalan di
jalurnya, menjadikan tiap detik waktu sebagai karpet merahnya, tanpa peduli apa
kata orang, selain terus berjalan, menghadap ke depan.
Hidup adalah
serangkaian resiko yang tidak akan ada habisnya, dan siapa pun yang melupakan
ini, tidak akan pernah siap menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang telah
disiapkan untuknya, sekedar untuk menjawab pertanyaan tambahan yang pada
akhirnya akan mengerucut pada satu jawaban, jawaban akan pertanyaan yang selama
ini menghantui hidupnya, tanpa terkecuali dengan saya. Sampai hari ini pun,
saya masih mencarinya.
Dan, yang
membedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya hanyalah rasa
berani. Berani untuk memilih, memilih menjadi apa, dan berani menjadi diri
sendiri. Adalah ketenangan hidup yang hakiki, tatkala kita hidup tanpa peduli
apa kata orang, tanpa peduli komentar orang lain, jika sekiranya hidup hanya
sebatas mendengarkan komentar orang lain, maka apa bedanya kehidupan dengan
daun berguguran, yang dengan mudah diterbangkan angin, terombang-ambingkan
kesana kemari, tanpa pernah mendapatkan penjelasan akan sebuah jawaban yang
selama ini kita cari.
Jadi, Untuk apa kita
hidup di dunia?
Karawang, 12 Oktober 2017
Penuh Pertanyaan
Macan harus berburu, burung harus terbang; Manusia cuma duduk dan bertanya-tanya 'mengapa, mengapa, mengapa?'
ReplyDeleteMacan pergi tidur, burung kembali mendarat; Manusia terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia mengerti.
Ini bener banget. Baca tulisan ini pikiranku jadi lebih terbuka sekarang. Inspiratif banget. Kayak baca buku-buku pengembangan diri.
ReplyDeleteKalau sebagai muslim, sebenarnya sudah jelas jawaban dari pertanyaan terakhir itu, yaitu untuk beribadah.
ReplyDeleteTapi saya tahu ini sedang ada dalam alam pikiran yang berbeda :)
Dan, tiap orang pasti punya kepuasan yg berbeda pula dalam berpikir. So, selamat berpikir dan berpikir kembali :)
Semua manusia pernah atau bahkan masih menjalani fase abu2.. Dimana semakin dewasa biasanya fase abu itu akan jadi tegas ke putih atau ke hitam
ReplyDeleteaku baru aja dengar ceramah alm Zainudin MZ tentang manusia, jin dan malaikat. Ya, dunia ini enggak akan berwarna kalau enggak ada manusia. kalau cuma ada malaikat, maka dunia ini akan monoton karena malaikat hanya melakukan sesuatu yang diperintahkan Allah, beda dengan manusia, akal yang diberika Allah membuat kita berpikir dan menjadikan kita berbeda dengan malaikat atau jin
ReplyDeleteDuh, postingannya, bikin pengen berwudhu deh jadinya T_T Jadi inget sama dosa2 yang makin banyak, bukannya banyakain followers malah banyakin dosa aku ini.
ReplyDeleteInstrospeksi diri, mungkin ink cara kita menyadari sperti apa kita seharusnya. Spertiny aku msih ada dsisi abu2 yg cenderung jdi pengecut inginny ambil aman saja
ReplyDeleteKarena potensi di dalam dirinya, manusia menciptakan warna dan drama bagi dunia ini. Kewl artikel.
ReplyDeletebaca si hitam dan putih kok aku malah jadi ingat dengan kisan si hotam yang hajat dan si putih yang baik ya, Si Hitam Putih
ReplyDeleteGelap tercipta karena ketiadaan cahaya, gelap adalah deskripsi kita untuk menggambarkan kondisi tidak adanya cahaya.
ReplyDeleteTak ada yang sepenuhnya hitam, tak ada yang sepenuhnya putih. Ada kebaikan dalam setiap ketidakbaikan yang terjadi. Tinggal kita memaknainya dan memutuskannya.
Gue punya keempat sisi kehidupan. Disesuaikan sama keadaan aja, mau dipakai yang mana. Apapun itu, semoga bahagia dengan pilihan masing"
ReplyDeleteIni semacam kaya oertanyaan tanpa akhir ya, aku aja kadang bingung yang bener2 asli aku itu kaya gimana, soalnya kayanya banyak yang sama. Sisi yang banyak dipakai kayanya abu2, kadang tiba2 ganti gajelas sampai bingung sendiri ini kenapa.
ReplyDeleteSebuah refleksi yang luar biasaa yah dari Mas Fandi.
ReplyDeleteIntinya sih memang jadi diri sendiri adalah yang terbaik.
Susah emang tetapi selalu yg terbaik
Waw... aku pernah disemua fase nih. pernah juga di fase yang ngga ada ditulisan ini. Tapi jarang sih bertahan disatu fase lama lama kecuali yang abu abu hehehehe. bisa lama banget itu
ReplyDeleteSisi putih pemahamanku malaikat, sisi hitam berarti iblis/setan. Jadi sisi abu2 adalah manusia...begitu bukan?
ReplyDeleteKita memang punya sisi2 yg disadari atau tidak. Tp memang balik ke masing2 org, mau ambil pilihan dan risiko atau tidak. Jd inget film inside out deh
ReplyDeleteAku sepertinya dominan dengan sisi dirinya sendiri wkwkwk gak mau diatur, bodo amat sama orang mau ini atau itu. Kalau aku udah memilih, yaudah gak ada yang bisa mengganggu gugat. Kecuali, ada alasan logis yang bikin aku berubah pikiran.
ReplyDeleteBetul banget, diantara hidup dan mati itu adalah pilihan..
ReplyDeleteMau menampilkan apa di hadapan org lain itu jg pilihan..
Type yg terakhir itu mungkin nurani kali ya, krn kalau saya sih percaya, sehitam hitamnya orang pun pasti ada kebaikannya atau sisi putihnya
Pertanyaan terakhir yang Fandhy tulis, persis seperti quote drama Korea favorit aku.
ReplyDelete"Jadi untuk apa kamu diciptakan di dunia ini?"
Dan jawaban dalam drama ini adalah untuk menjalankan peran dan misi hidup kita diciptakan.
Tapi kadang milih jd abu2 itu bikin tentrem, gak ikutan war-war'an, meskipun risikonya emang dikatain plin-plan siiiihhh...
ReplyDeleteMungkin ya gmnpun jd diri sendiri aja deeehhh, kalau memang ada sesuatu yg gk disuka ya gk perlu maksain utk melakukannya #imho lho ya
Setiap manusia pasti mempunyai sisi putih dan hitam.
ReplyDeleteTentunya setiap sisi tersebut mempunyai perbedaan dari sifat dan sikap akan tetapi, semuanya saling bersatu padu
Untuk apa dirinya hidup di dunia?
ReplyDeletePada kenyataannya tidak semua orang mempertanyakan itu. Untuk makan saja susah, mana sempat memikirkan hal-hal mendalam.